Monday, September 22, 2008

R O K O K

MATIKAN ROKOK SEBELUM IA MEMATIKAN ANDA
Sekiranya Tuhan menghendaki manusia ciptaan-Nya itu menjadi perokok, maka Ia pasti menciptakan lubang hidungnya mengarah ke atas seperti cerobong pabrik

****************
Ada kisah menarik soal kalkulasi biaya membeli rokok. Seorang istri sudah dua puluh tahun bergumul dan berusaha dengan segala cara agar suaminya berhenti merokok. Sayang sekali, ia selalu gagal. Terakhir, dia mengambil kalkulator dan menghitung. Rp. 10.000/ hari x 30 = Rp. 300.000/ bulan x 12 = Rp. 3.600.000/ tahun x 20 = Rp. 72.000.000 dalam waktu 20 tahun. “Bapak membakar uang Rp. 72.000.000 selama 20 tahun. Lebih mahal dari rumah kita ini”, kata istrinya menyadarkan suaminya.

Suatu ketika, suaminya sedang keluar. Istrinya memasak makanan di rumah. Karena tiba-tiba ia dipanggil oleh temannya untuk membicarakan gossip yang sedang beredar, ia pun keluar meninggalkan rumahnya. Sayang sekali, ia lupa mematikan kompor. Kompor itu pun meledak dan dalam sekejap rumahnya habis dilahap sijago merah. Ia benar-benar frustrasi. Bukan saja karena rumahnya habis, tetapi juga memikirkan reaksi suaminya terhadap kejadian itu. Ia tahu bahwa suaminya seorang pemberang, yang emosinya lebih cepat memanas dibandingkan dengan kompor minyak tanah. Dalam keadaan pilu dan takut itu suaminya datang. Tapi, mengherankan, kali ini ia tenang. Tidak ada nada marah atau wajah memerah. Istrinya heran tidak kepalang. Sebelum istrinya menjelaskan duduk persoalannya, si suami langsung berkata, “Tidak apalah Ma, kita sama-sama punya kesalahan”. Bedanya, saya membakar Rp. 72.000.000 dalam tempo dua puluh tahun, Mama membakarnya dalam tempo dua puluh menit.

Pesan dari cerita di atas bukanlah soal kesabaran seorang perokok ketika menghadapi musibah sebagai kompensasi kesalahannya tetapi kiranya mendorong kesadaran kita bahwa sesungguhnya rokok benar menghancurkan paru-paru dan ‘merobek kantong’ juga. Cerita itu juga menyingkapkan kenyataan betapa sulitnya seseorang berhenti merokok dengan berbagai alasan. Berikut ini adalah berbagai alasan (‘asalan’) para perokok yang sangat umum dan apa respon singkat terhadap setiap alasan tersebut.
--
ALASAN:
Tidak ada di dalam Alkitab larangan merokok. (Ini salah satu alasan ‘asalan’ yang paling sering saya dengar).
RESPON:
Alkitab juga tidak ada menganjurkan merokok, bukan? Alkitab sangat menegaskan pentingnya manjaga kesehatan tubuh dan kesehatan ‘kantong’. HKBP telah secara eksplisit mencatumkan dalam Konfesinya (pasal 14) agar warga HKBP tidak dikuasai oleh rokok. Itu sebabnya, kepada para pengkotbah sering saya katakan, “Khotbah yang dipersiapkan dengan tenaga asap, sangat sulit meresap”.

ALASAN:
Rokok perlu untuk pergaulan
RESPON:
Pertanyaan, “apakah sahabat perokok jauh lebih banyak dan berkualitas dengan yang mereka yang tidak merokok? Mengapa persahabatan dibangun dengan hal yang menghancurkan kehidupan. Buatlah persahabatan dengan minum jus bersama dan sebagainya.

ALASAN:
Tidak bisa konsentrasi dan mendapat inspirasi tanpa rokok.
RESPON:
Inilah masalahnya, kalau orang sudah kecanduan, orang akan menggantungkan diri pada perusaknya sendiri. Konsentrasi adalah masalah pilihan kita sendiri. Inspirasi (yang bisa diterjemahkan: dimasuki atau didiami Roh Tuhan) justru terhalang karena dihadang oleh asap rokok.

ALASAN:
Takut berat badan naik kalau berhenti merokok.
RESPON:
Bukankah ada begitu banyak cara mempertahankan berat badan dengan cara yang sehat dan hemat?

ALASAN:
Ah, orang tidak perokok pun mati juga, ada perokok yang umurnya panjang sedangkan yang tidak merokok umurnya pendek.
RESPON:
Mengapa membandingkan diri dengan orang lain? Perokok seharusnya tidak membandingkan dirinya dengan orang lain berkaitan dengan kesehatan dan usia. Ia harus membandingkan dirinya dengan harapan hidupnya sendiri. Andaikan Tuhan mengehendaki Anda hidup 100 tahun. Karena rokok, Anda memangkas sendiri menjadi 60 tahun, itupun sesudah batuk-batuk, berdahak pula.

ALASAN:
Tutup saja pabrik rokok.
RESPON:
Mana lebih mudah: berhenti merokok sehingga pabrik rokok tutup, atau tutup pabrik rokok supaya orang berhenti merokok? Kalau kita lebih memikirkan tanggung jawab kita sendiri, maka langkah yang kita tempuh adalah berhenti merokok, industri rokok akan gulung tikar sendiri.

ALASAN:
Dengan merokok, kita membantu banyak orang yang bekerja mulai dari petani tembakau, pekerja pabrik, pedagang rokok, pemasang iklan dan semua orang yang terkait dengan industri rokok.
RESPON:
Anda terkesan sangat penderma. Tetapi, jika Anda benar-benar penderma, Anda tidak perlu menyalurkannya melalui bisnis rokok, bantulah melalui Gereja, LSM, Panti Asuhan dan sebagainya.

ALASAN:
Devisa negara amat besar dari industri rokok –penting untuk menjalankan roda pemerintahan.
RESPON:
Di samping devisa ada penyakit berbisa akibat rokok. Benar, negara berhasil menarik devisa triliunan rupiah dari industri rokok, tetapi sayangnya banyak anggota masyarakat yang sengsara akibat rokok, bukan hanya si perokok itu sendiri tetapi juga mereka-mereka yang dijajah oleh si perokok seperti anggota keluarga di rumah-rumah, penumpang angkutan umum, bahkan di gereja dan ruang konsistori. Kita harus sadar bahwa ada begitu banyak orang yang tersiksa pada saat naik angkutan umum di Indonesia di mana para perokok sama sekali tidak peduli dengan terus mengepulkan asap rokoknya. Memang Permen 225 sudah menetapkan di areal mana saja seseorang boleh dan tidak boleh merokok, tetapi peraturan nampaknya ada sekadar untuk dilanggar. Walaupun hampir setengah juta manusia mati per tahun karena penyakit yang disebabkan oleh rokok[1]. , kita masih terus mendukung insdutri tembakau dan rokok. Amat menyedihkan memang.

Masih ada alasan lain? Mungkin masih banyak, tetapi semuanya pasti alasan 'asalan' juga. Yang jelas, fakta-fakta sudah menunjukkan bahwa merokok menimbulkan berbagai penyakit. Bagaimana caranya berhenti merokok? Sangat mudah. Prinsip dasar: kasihilah diri Anda. Dengan demikian, jangan beli rokok dan sama sekali jangan pegang. Dan yang terpenting: karena Allah mengasihi Anda semua yang merokok, sambutlah kasihNya dengan mematikan rokok sebelum semuanya amat terlambat.



[1] John F. Kavanaugh, Following Christ in a Consumer Society (Maryknoll: Orbis Books, 2006), 19

6 comments:

  1. Ada pula yang bilang, merokok tidak merokok, sama saja miskin.

    ReplyDelete
  2. Kalau 'terpaksa' harus miskin; lebih baik miskin tidak merokok ketimbang miskin merangkap perokok

    ReplyDelete
  3. ada yang pernah bilang : semua orang berpotensi terkenan kanker. bila terkena rokok, maka sel kanker akan bertumbuh. tetapi ada juga yang justru begitu tersentuh rokok, sel kanker itu mati. jadi bisa berbahaya, juga bisa menyelamatkan. :)

    ReplyDelete
  4. Rokok membunuh sel kanker? Hati-hatilah pada tipu daya penggoda. Kata-kata itu menyesatkan.

    ReplyDelete
  5. Ada juga yang bilang, kalau tidak merokok tidak jantan, tidak ganteng, 'gak laki', dsb. Teman SMA saya dulu punya pantun untuk itu, : "Ayam jantan berkokok di atas genteng, gak merokok gak ganteng". Seolah-oleh kejantanan, keberanian, dan sesuatu yang bersifat maskulin identik dengan rokok.

    ReplyDelete
  6. katanya merokok dapat menghangatkan badan?apalagi di daerah dingin..ckckkck

    ReplyDelete

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget