Monday, August 31, 2009

ZAKHEUS DAN KITA


REFLEKSI MINGGU KE-35
01 SEPTEMBER 2009

Apa yang paling kita ingat dari cerita tentang Zakheus? Banyak orang yang terutama mengingat postur tubuhnya yang pendek. Bahkan, ada yang memberi nama ejekan kepada orang-orang pendek dengan nama Zakheus. Padahal, Yesus sama sekali tidak berbicara tentang ukuran tubuh Zakhesus. Yesus juga tidak mengunjungi Zakheus ke rumahnya dalam rangka menambah tinggi badannya.

Sedikitnya ada dua hambatan bagi Zakheus untuk dapat melihat Yesus. Pertama, hambatan fisik, yaitu karena ia pendek. Jadi, nampaknya karena itulah mengapa ukuran tinggi badannya disebut dalam nats Alkitab ini. Kedua, hambatan sosial. Zakheus dibenci banyak orang. Ia bisa saja tidak diberi kesempatan oleh khalayak ramai untuk mendekati Yesus. Memang Zakheus pendek orangnya; tetapi tebal dompetnya; (Ada pula yang tinggi besar orangnya, tetapi tipis dompetnya).

1. Zakheus ingin melihat Yesus. Lebih dari itu, Yesus menerimanya dan masuk ke rumahnya.

Hasrat hati Zakheus hanya mau melihat Yesus. Tetapi Yesus malah mau mengunjunginya ke rumahnya. Yang jelas, ada kerinduan Zakheus untuk bertemu dengan Yesus. Mengapa Yesus ke rumah Zakaheus? Yesus lebih mengetahui cara yang tepat untuk memenangkannya, untuk menyelamatkannya, untuk mengubah hatinya.

Zakheus menyambut Yesus dengan sukacita. Apa yang tadinya samar, sekarang ia bertemu muka dengan Yesus. Ia mendapat lebih daripada yang dia harapkan.

Hal ini mengingatkan kita bahwa Yesus memberi lebih dari yang diharapkan oleh manusia.

2. Orang banyak membenci Zakheus. Yesus membenci dosa tetapi mengasihi Zakheus.

Di sini Yesus menyatakan kasihNya. Tetapi orang banyak justru bersungut-sungut. Mereka tidak menyadari bahwa jika Yesus tidak menemui Zakheus, ia tidak akan pernah berubah. Dikatakan dalam ayat 10: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”. Jika Yesus mengikuti pendapat orang banyak, Zakheus tidak akan pernah bertobat.

Lagi pula kehadiran Yesus di rumah Zakheus pada akhirnya adalah demi kebaikan orang banyak itu, karena mungkin saja dari antara mereka atau saudara mereka yang akan mendapat pemberian Zakheus yang dijanjikannya itu.

Yesus lebih peduli pada diri kita daripada dosa-dosa kita. Mengubah orang, tidak dengan membencinya tetapi mengasihinya.

3. Kasih dan penerimaan Yesus mengubah kehidupan dan perbuatan Zakheus.

Dengan hubungan yang baru dengan Allah, Zakheus melakukan dua hal: (1) setengah hartanya diberikan ke orang miskin. Biasanya, waktu itu memberi 20% dianggap sebagai orang yang sangat baik. Zakheus lebih dari stadandard rata-rata masyarakat pada zamannya. (2) sekiranya ada yang ia peras dari seseorang akan dikembalikan empat kali lipat. Kini, kasihnya kepada Allah dinyatakan dengan kasihnya kepada orang lain. Ia berubah dari semangat mengumpul ke memberi. Zakheus menunjukkan bagaimana harus merespon kepada Injil. Keterbukaan hatinya kepada Tuhan, membukan tangannya kepada orang yang berkekurangan.

Tuhan Yesus menerima kita apa adanya dan mengampuni dosa kita. Kiranya kasih-Nya mendorong kita untuk berbuat yang terbaik dalam hidup ini kepada Tuhan dan sesama manusia.

Apa yang kita harapkan dari Yesus dan orang lain ketika kita berada dalam keadaan seperti Zakheus?

Sunday, August 23, 2009

JEJAK BIJAK PENSIL KECIL


REFLEKSI MINGGU KE-34
23 Agustus 2009

Perumpamaan tentang Pensil[1]

Pembuat pensil berpesan kepada pensil buatannya sesaat sebelum memasukkannya ke dalam kotak. “Ada 5 hal penting yang perlu kau ketahui,” katanya kepada pensil, “Sebelum aku mengutus engkau ke dunia. Ingatlah selalu pesan ini dan jangan pernah lupakan, sehingga kau dapat menjadi pensil yang baik dan berguna”.

Satu: Engkau akan dapat melakukan banyak perkara besar, tapi hanya jika engkau merelakan dirimu berada di tangan seseorang”.

Dua: Engkau akan mengalami penajaman yang menyakitkan, tapi engkau membutuhkannya untuk menjadi pensil yang baik”.

Tiga: Engkau akan dapat memperbaiki setiap kesalahan yang mungkin engkau lakukan”

Empat: Bagian yang selalu terpenting dari dirimu adalah bagian yang ada di dalam.”

“Dan lima: Pada setiap permukaan apa pun engkau digunakan, engkau mesti selalu meninggalkan jejak. Apa pun yang terjadi, engkau mesti terus menulis.
.
Pensil itu mengerti pesan tersebut dan berjanji akan terus mengingatnya. Kemudian, ia masuk ke dalam kotak dengan memelihara tujuan hidupnya di dalam hatinya.

*************

Sekarang gantikan tempat pensil ini dengan diri Anda. Ingatlah selalu dan jangan pernah lupakan, dan Anda akan menjadi pribadi sebagaimana yang Tuhan rencanakan sebelum menghadirkan Anda ke dunia ini.

Satu: Anda akan dapat melakukan banyak perkara besar, tapi hanya jika Anda merelakan diri berada di tangan Allah. Dan bukalah diri Anda untuk kehadiran orang lain untuk menerima karunia-karunia yang dipercayakan kepada Anda.”

Dua: Anda akan mengalami proses penajaman yang menyakitkan dari waktu ke waktu dengan mengalami aneka masalah dalam hidup, tapi Anda membutuhkannya untuk menjadi pribadi yang tangguh dan utuh.

Tiga: Anda akan dapat memperbaiki setiap kesalahan yang mungkin Anda lakukan.”

Empat: Bagian yang selalu terpenting dari diri Anda adalah bagian yang ada di dalam, bukan faktor luar atau penampilan.”

“Dan lima: Di mana pun Anda berada, Anda mesti selalu meninggalkan jejak. Apa pun yang terjadi dan dalam situasi apa pun Anda mesti terus menunaikan tugas panggilan.

Gunakan perumpamaan tentang pensil ini meneguhkan keyakinan bahwa Anda adalah seorang pribadi yang spesial di mata Tuhan dan Anda sendiri yang dapat memenuhi rencana-Nya yang menghadirkan Anda ke dunia ini. Jangan biarkan diri Anda menjadi tawar hati dan berpikir bahwa hidup Anda tidak punya arti apa-apa dan tidak dapat membuat perubahan. Sebaliknya, jangan pernah kita menjadi sombong, sebab hidup dan pekerjaan kita hanya bermakna oleh Dia Pencipta dan Pemelihara kita.


[1] Diterjemahkan secara bebas dari http://www.spirituality.org/is/136/page05.asp, diakses 11/12/2006

Friday, August 21, 2009

KESEHATAN OMPUI EPHORUS HKBP MEMBAIK


Mujizat itu nyata. Ompui Ephorus HKBP, Pdt Dr Bonar Napitupulu berserta dengan Ompung boru, br Sitanggang mengalami kecelakaan pada Minggu, 16 Agustus 2008. Mobil yang dikendarai langsung oleh Ompui Ephorus jatuh ke jurang sedalam 200 meter di Sipintupintu (antara Balige dan Siborongborong). Dari penuturan langsung Ompui dan Ompung boru, di RS Mt Elizabeth, kejadian ini berlangsung jam 5 sore sepulang pelayanan dari Medan. Ketika itu hujan rintik-rintik turun, dan entah bagaimana (Ompui menginjak rem dan mobil tergelincir) mobil masuk jurang.

Syukur kepada Tuhan, mereka selamat, meski mengalami luka dan patah tulang. Pertolongan pertama dilakukan di RS HKBP Balige dan selanjutnya dibawa ke RS Gleanagle-Medan. Pada Rabu, 19 Agustus beliau diterbangkan ke Singapura untuk menjalani pengobatan lanjutan di Mount Elizabeth Hospital. Hari ini, 21 Ags, Ompui i Ephorus menjalani operasi tulang pinggul selama 3 jam yang dipimpin oleh Dr Jeffree dan berjalan dengan baik.

Pada saat mobil masuk jurang, ada dua orang yang melihatnya. Kemudian, Pdt Martin Simanullang yang pada waktu itu lewat berhenti dan mengetahui bahwa ada mobil yang masuk jurang. Pdt Martin juga melihat serpihan mobil 'Ford'. Ia turun langsung ke jurang dan menjumpai Ompui ada di dalam mobil. Karena sinyal HP tidak ada di lokasi, ia terpaksa naik sekitar 100 meter ke atas untuk menguhubungi Sekjen HKBP dan Bupati Tapanuli Utara. Pertolongan pun datang dan evakuasi dilakaukan sekitar 1 jam.

Ada lumayan banyak komentar atau pendapat yang mengemuka terhadap peristiwa ini. Tetapi tugas kita sekarang adalah:
1. Bersyukur atas perlindungan Tuhan.
2. Berdoa terus untuk kesembuhan beliau
3. Mendoakan semua yang terlibat sebagai perpanjangan tangan Tuhan menolong beliau sejak evakuasi hingga saat ini di RS.
4. Memberi pertolongan konkret, khususnya yang mendapat titipan berkat khusus dari Tuhan.

Saturday, August 15, 2009

BUMI SEDANG MENDERITA DEMAM


REFLEKSI MINGGU KE-33
13 AGUSTUS 2009

Apa hubungan antara perumpamaan tentang ‘orang Samaria yang baik hati’ dan ‘the Golden Rule’ dengan lingkungan hidup? Bukankah pilihan-pilihan kita akan rumah, mobil, pakaian, peralatan atau barang-barang yang kita gunakan hanyalah masalah gaya hidup, dan karena itu bukan sesuatu yang berkaitan dengan masalah moral dan spiritual? Apakah Allah mempersoalkan saya mengenderai SUV, membiarkan TV menyala sepanjang malam, atau terbang keliling dunia? Demikian untaian pertanyaan dari J. Matthew Sleeth. Ia juga memberi jawaban lugas bahwa memang Alkitab tidak berbicara langsung tentang hal-hal ini. Semuanya itu belum ada pada zaman Yesus dulu. Akan tetapi, Yesus mengajarkan dan memberi contoh yang sempurna dalam hal kasih. Ajaran kasih dan contoh mengasihi yang Ia beri merupakan dasar moral perilaku dan tindakan kita.

Perampok dan pembunuh saat ini tidak saja mereka yang menggunakan kekerasan fisik atau senjata, tetapi juga dalam bentuk yang lain. Misalnya:

- Mereka yang merokok di tempat umum atau di rumah sendiri yang secara langsung melakukan ‘bunuh diri kredit’ dan secara tidak langsung membunuh orang lain melalui polusi udara yang mereka semburkan.

- Para pemilik industri besar, industri kecil atau rumah-rumah tangga yang mencemari udara, tanah dan air oleh limbah mereka, yang membunuh mahkluk hidup, mengakibatkan ketidakseimbangan dalam alam dan menyebabkan aneka peneyakit kepada orang lain.

- Yang memboroskan bahan bakar untuk hal-hal yang tidak perlu yang mengakibatkan polusi dan pemanasan global. Bukan saja dengan mengendarai kendaraan boros bahan bakar atau penerbangan yang tidak kebutuhan, tetapi juga yang menggunakan barang-barang (pakaian, perhiasan, alat-alat, kertas, kantong plastik secara berlebihan) yang semuanya menguras enerji, merusak ekosistem dan menyisakan banyak penderitaan dan penyakit kepada manusia dan makhluk hidup lainnya.

Sebagai pengikut Kristus, terlalu pendek jarak yang kita tempuh mengikut-Nya sampai di gereja saja. Kita mesti mengikut-Nya dalam seluruh gerak hidup kita: di rumah, di jalan, di lingkungan kerja, di meja makan, di lingkungan bersantai atau beristirahat. Gaya hidup kita penghuni bumi ini amat menentukan keberadaannya, yang saat ini sudah menderita demam karena tingkat konsumsi berlebihan sebagian umat manusia. Secara konkret kita dapat pertimbangkan dan hidupi:

  1. Allah menciptakan bumi ini dan Ia melihatnya baik adanya. Ia tetap menghendakinya baik hingga hari ini bahkan sampai waktu yang Ia tetapkan untuk kesudahannya. Tuhan tidak menghendaki terjadinya ‘kiamat’ sebelum waktu yang Ia tetapkan hanya karena kita umat manusia menghancurkannya.
  2. Yesus mengamanatkan kepada kita untuk memberitakan Injil kepada seluruh makhluk (Mrk 16:15). Itu tidak berarti bahwa kita mengkotbahi monyet atau kecoa, tetapi memelihara alam dan mahluk ciptaan-Nya.
  3. Hukum keenam “Jangan membunuh” bukan hanya larangan membunuh manausia secara langsung tetapi juga larangan membunuh manusia secara tidak langsung bahkan mencakup larangan membunuh bumi dengan membunuh hutan, membunuh danau, membunuh sungai milik Tuhan.
  4. Kata ‘cukup’ dalam bagian dari doa Bapa Kami “Berikanlah kepada kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”, perlu mendapat perhatian kita secara khusus. Kecukupan merupakan patokan kita mengkonsumsi segala sesuatu. Hal ini juga mengingatkan kita pada pernyataan meneguhkan dari Mahatma Gandhi, “The earth is sufficient for everyone’s needs but not for everyone’s greed.” (Bumi ini cukup menyediakan kebutuhan setiap orang tetapi tidak cukup untuk ketamakan setiap orang).
  5. Kita perlu dengan rendah hati di hadapan Tuhan, saat ini, mengenali hidup kita. Mungkin kita tidak merasa membunuh siapa-siapa, padahal gaya hidup kita yang tidak ramah lingkungan sesungguhnya menyatakan bahwa kita ‘pembunuh’. Kita mungkin tidak kena hukuman pidana karenanya. Tetapi kita berdosa di hadapan Tuhan, dan kita membutuhkan pengampunanNya serta pembaharuan tekad dan kehidupan keseharian.

Saturday, August 8, 2009

MENJUAL 'HARI'



REFLEKSI MINGGU KE-32
09 Agustus 2009


Penetapan suatu hari tertentu sebagai perayaan khusus untuk kelompok usia, status, profesi atau peristiwa penting semakin bertambah. Ada Children’s Day, Youth’s Day, Mother’s Day, Father’s Day, Parents’ Day (bahkan ada pula yang memulai ‘Single Parent Day’). Yang mungkin segera dimasyarakatkan adalah ‘Granpa and Grandma’ Day (Ompung’s Day dalam bahasa Batak!). Kita juga mengenal Valentine Day,Teacher Day, Labour Day dan mungkin akan masih bertambah lagi.
.
Tanpa mengabaikan nilai-nilai luhur di dalam setiap hari khusus tersebut, yang kiranya perlu dihindari adalah kecenderungannya yang sarat dengan --karena beberapa di antaranya juga lahir demi—konsumerisme. “Konsumerisme telah merasuki hari-hari peringatan khusus,” demikian kesimpulan Stearns setelah meniliknya dari kaca mata sejarah.
.
Sengat konsumerisme ini tidak saja meracuni hari-hari khusus yang bersifat profan, tapi juga merasuk dan merusak lingkup keagamaan. Beberapa di antaranya dapat disebut di sini:
  • Hadiah Natal sudah mulai pada 1830 di Amerika Serikat dan masih marak hingga saat ini. Natal di Amerika sendiri dan kota-kota besar di dunia bukan terutama berhubungan dengan gereja melainkan lebih banyak di mall atau pusat-pusat perbelanjaan, restoran dan tempat-tempat hiburan.
  • Kartu komersial untuk Valentine Day diperkenalkan di Inggris pada tahun 1855. Sekarang ini sudah mewabah ke hampir semua negara, walaupun kebanyakan orang tidak memahami maknanya.
  • Perayaan ulang tahun dengan hadiah-hadiah merupakan inovasi lain dari dunia konsumerisme, yang hingga saat ini tetap berlangsung.
  • Sesudah tahun 1900 hari-hari libur mulai diciptakan yang juga bertujuan konsumeris, walaupun dilabeli dengan nilai-nilai keluarga. Mother’s day misalnya, diproklamirkan secara resmi di Amerika Serikat pada 1914, yang akhirnya lebih merupakan alat konsumerisme ketimbang penghargaan dan penghormatan kepada kaum ibu.

Melihat kenyataan ‘penyelewengan’ hari-hari khusus tersebut menjadi ajang penyubur konsumerisme, muncullah apa yang disebut dengan ‘Buy Nothing Day’ sebagai protes terhadap konsumerisme yang dirayakan dimulai di Canada dan sekarang ‘dirayakan’ juga di Amerika setiap Jumat sesudah ‘Thanksgiving’, yang tahun ini jatuh pada 27 Nopember. Para ekologis mengkampanyekan pelaksanaan ‘Buy Nothing Day’ kepada seluruh umat manusia demi lestarinya bumi ini.

Yang paling penting dalam hal ini adalah:

Pertama, perubahan hidup dan komitmen kita menghargai semua dan setiap manusia: anak-anak, remaja, pemuda, ayah, ibu, orangtua, kakek-nenek, guru, pekerja dan sebagainya “setiap hari”, bukan terutama dengan pemberian hadiah kecil sekali setahun. Apalagi hadiah yang kita berikan bukan ‘kebutuhan’ mereka. Pemberian kita sia-sia, padahal setiap barang yang kita beli mempunyai konsekuensi langsung dengan kelestarian alam.

Kedua, ‘buy nothing day’ baik, tapi tidak cukup. Apalagi, kalau sebelum dan sesudah ‘buy nothing day’ orang-orang menumpuk. Yang terpenting adalah: beli kebutuhan (bukan karena ingin), beli sesuai kemampuan, dan beli kepada orang lain yang tidak mampu membeli kebutuhan.

Monday, August 3, 2009

REPOT RAPAT


RAPAT PENDETA HKBP 2009
.
“Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati" (Lukas 6:36). Inilah tema Rapat Pendeta HKBP (RPH) yang dimulai hari ini (03 Agustus) di Seminarium Sipoholon-Tarutung. Rapat kali ini dihadiri sekitar 1500 pendeta HKBP. Jumlah yang besar untuk menggumuli suatu tema akbar. Website HKBP menyebutkan ada beberapa topik pembahasan, di antaranya: penyeragaman teknis pelayanan pendeta HKBP, teologi persembahan, perkawinan, sakramen, pelayanan holistik dan transformatif. RPH juga akan memilih Ketua Rapat Pendeta (KRP) yang baru. (Melihat pengalaman sebelumnya, KRP menjadi tugas tambahan terhadap suatu tugas pokok, nampaknya sudah saatnya menjadi penuh waktu. Tugas pelayanannya begitu luas. Dan yang terpenting jabatan KRP adalah fungsi pelayanan gembala, bukan posisi atau jabatan bergengsi. Ia tidak terutama berkaitan dengan 'keahlian' melainkan 'keteguhan iman, integritas dan karakter kristiani).
.
Akhir-akhir ini beberapa keprihatinan mengemuka dari beberapa warga jemaat dan pendeta, di antaranya ada yang mengatakan bahwa RPH tidak efektif karena jumlah peserta terlalu banyak, biaya terlalu besar --untuk biaya rapat saja memakan biaya 1.500.000.000 (satu setengah miliar rupiah). Ada pula yang menilai rapat ini menjadi ajang reuni dan sebagainya. Yang lain lagi melihat biaya perongkosan para pendeta ke Tapanuli dan biaya yang harus dikeluarkan mengundang pendeta gereja tetangga untuk pelayanan yang dibutuhkan selama pendeta HKBP berada di Tarutung membuat total pengeluaran RPH amat mahal. Itu sebanya ada beberapa yang mengusulkan agar rapat pendeta HKBP menjadi semacam “Rapat Utusan Pendeta”. (Dapat ditambahkan, barangkali salah satu keunikan HKBP adalah kebiasaannya yang tergolong 'repot rapat'. Di tingkat jemaat, ressort, distrik, pusat lumayan banyak rapat. Tapi, sejauh semua kerepotan rapat ini sebagai bagian dari kasih kita kepada Tuhan dan sesama atau bagian dari tugas panggilan kita sebagai gereja tidak ada masalah dengan rapat).
..
Perhitungan-perhitungan pengeluaran RPH di atas ada benarnya. Akan tetapi, dalam kehidupan bergereja bukan kalkulator yang paling penting. Sejauh RPH menjadi sarana di tangan Tuhan untuk memperlengkapi para pendeta, semakin meneguhkan komitmen para pendeta untuk melayani-Nya melalui pelayanan gereja-Nya yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan rasa kasih, hormat dan takut akan Tuhan, RPH sangat baik dipertahankan (apalagi sekarang sudah berubah menjadi sekali 4 tahun). Artinya, jangan karena pengalaman sebelumnya RPH kurang efektif maka jalan keluarnya ditiadakan atau diciutkan, tetapi dengan membuatnya lebih berkualitas. Mengenai RPH menjadi kesempatan ‘reuni’, sebagaimana sebagian orang memprihatinkannya, tidak ada yang salah di situ. Asal jangan sampai yang pokok menjadi sampingan dan yang sampingan menjadi yang pokok.
.
RPH kali ini merupakan bukti ‘kemurahan hati' Bapa. Kiranya kemurahan hati juga mewarnai seluruh proses rapat dan akan terpancar secara nyata dalam kehidupan dan pelayanan para pendeta sesudah rapat ditutup.
..
Kita doakan bersama kiranya Tuhan, Pemilik HKBP, menguatkan dan memperlengkapi seluruh peserta, panitia dan pemimpin RPH. Kiranya Ia menjauhkan segala ancaman teroris luar-dalam.

Sunday, August 2, 2009

AIR KEMASAN YANG MENCEMASKAN

REFLEKSI MINGGU KE-31
03 AGUSTUS 2009



Air minum kemasan kian deras mengalir ke mana-mana. Bukan saja di kota-kota besar, tetapi juga sudah menjangkau kota kecil hingga desa terpencil. Di Belgia maupun Balige, di Cililitan maupun Parlilitan air kemasan mengalir tanpa rintangan. Dalam skala global industri air kemasan tergolong lahan super-subur. Sepanjang 2008 Singapore, misalnya, mengimpor 135.000 ton air kemasan. Termasuk di dalamnya produk Indonesia. Padahal, National Water Agency PUB Singapura menjamin kualitas air minum yang mengalir di kran rumah-rumah penduduk sangat baik.


Mengapa orang membeli air kemasan? Kelihatannya sedikitnya ada empat alasan. Satu, praktis. Mudah di dapat dan bisa langsung memuaskan rasa dahaga. Dua, anggapan higienis. Pemahaman umum bahwa air kemasan lebih bersih dibandingkan dengan air biasa. Tiga, harga relatif murah dan mudah terjangkau. Ia tersedia di keramaian kota-kota di Indonesia seperti terminal bus dan lain-lain. Para pedagang di Singapur terbilang amat lihai mempengaruhi konsumer. Pusat-pusat perbelanjaan sering menawarkan harga khusus air kemasan merek tertentu dengan harga $1 untuk 3 botol (lebih murah dari Indonesia). Harga sebotol air kemasan tidak terlalu terasa bagi jutaan pembeli, tetapi menjadi lahan basah bagi pihak produsen. Empat, kebanyakan orang tidak tahu dampak buruk plastik kemasannya terhadap kesehatan dan kerusakan lingkungan berkaitan dengan memproduksi dan mendistribusikan air kemasan. Berbagai hasil penelitian telah menyimpulkan bahwa dalam kondisi tertentu (seperti dalam keadaan panas) bahan kimia plastik kemasan air minum mencemari air tersebut yang dapat menimbulkan kanker.
.
Efek negatif air kemasan terhadap lingkungan hidup di antaranya disebabkan penggunaan minyak bumi dalam memproduksinya. Di Amerika saja 1,5 juta barrel minyak dihabiskan untuk memproduksi ‘botol’ yang digunakan untuk insdustri air kemasan –sama dengan jumlah minyak untuk menjalankan 100.000 mobil selama setahun di sana. Itu berarti bahwa untuk memproduksi botol-botol air kemasan sama dengan menambah karbondioksida yang merupakan salah satu penyebab pemanasan global. Itu baru Amerika. Bagaimana dengan total global? Pasti angka yang sangat fantastis. Belum lagi botol-botol bekas air minum kemasan yang berserakan di seluruh dunia yang berdampak buruk terhadap lingkungan hidup.
.Mengacu pada dampak negatif air kemasan dalam kehidupan dan kelestarian alam, maka penduduk kota kecil Bundanoon (Australia) melarang bottled water (air minum kemasan) merupakan sebuah langkah bijak dan bajik. Mereka merupakan yang pertama di dunia melarang peredaran air kemasan. Semoga negara-negara atau kota-kota lain mengikutinya. Tapi sekiranya kota-kota di mana kita tinggal tidak pernah melarangnya, kita dapat melarang diri sendiri. Jika kita semua tidak membeli air minum kemasan, para produsen hanya akan memproduksi untuk kalangaan mereka sendiri. Dan itu tidak akan berpengaruh banyak memperparah pemasan global.
.
.Slogan “Think globally, drink locally” dapat kita jadikan motto keseharian berkaitan dengan air minum. Bagi kita yang keseharian beraktivitas di luar rumah kita dapat menyediakan air minum dalam wadah non-platik. Ini adalah salah satu bagian dari ibadah kita kepada Tuhan: merawat diri kita dan merawat ciptaanNya agar tidak kiamat sebelum waktuNya.



ShoutMix chat widget