Tuesday, December 23, 2008

MENANTI DENGAN HATI DAMAI


Apa benar “menunggu itu membosankan”? Nampaknya tidak sedikit orang menerimanya sebagai kebenaran. Tetapi, ‘menunggu’ itu sebenarnya adalah sebuah ‘ujian’. Ia adalah suatu kesempatan untuk memilih apa yang terbaik untuk dipikirkan dan dilakukan. Memang suasana hati kita dalam menanti sangat dipengaruhi oleh apa yang kita tunggu. Jika yang kita tunggu itu adalah sesuatu yang sangat kita dambakan, tentu kita bisa saja tidak sabar menunggunya. Satu jam bisa terasa seperti seminggu. Tapi jika yang kita tunggu itu adalah batas waktu membayar hutang –padahal belum dapat kita bayar—satu minggu terasa seperti sehari, bukan? Selain itu, agak aneh juga kalau terpidana hukum gantung misalnya merasa bosan menunggu eksekusi.
.
Satu hal yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana sikap kita pada saat menunggu. Bayangkan petugas bandara udara mengumumkan keberangkatan pesawat akan ditunda 6 jam. Reaksi orang dapat saja amat beragam, tergantung pada suasana hati masing-masing. Mungkin ada yang mengumpat, ada yang membantingkan koper, ada yang protes dan sebagainya (walaupun reaksi seperti itu tidak dapat mengubah jam keberangkatan). Tetapi, bisa saja ada yang tinggal tenang dan menggunakan waktu 6 jam untuk hal-hal yang bermakna seperti membaca, berdoa, menelpon dan apa saja yang bermanfaat.

Ada yang yang istimewa dalam hal 'menanti' sebagaimana diserukan dalam Zakharia 9:9-10. Penantian di sini berkaitan dengan 'siapa' dan 'bagaimana'. Yang dinantikaan adalah Mesias, sang Raja. 'Bagaimana' sikap penanatian? Dikatakan supaya 'bersorak-sorak dengan nyaring', yang artinya dengan penuh sukacita.

Ketika nubuatan ini diperdengarkan, orang-orang Israel sedang menanti-nantikan seorang raja. Mereka sudah memiliki pengalaman beberapa raja sebelumnya dan mereka juga mengalami penaklukan penguasa-penguasa lain. Mereka merindukan keadilan dan kedamaian. Di tengah situasi seperti itulah seruan untuk bersukacita menyambut seorang Raja diperdengarkan. Raja yang datang itu amat berbeda dengan raja-raja atau penguasa dunia. Selengkapnya Zak 9:9-10 berbunyi:

Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi.

Nubuatan itu dipenuhi dalam diri Yesus. Yesus megendarai keledai memasuki Yerusalem di mana orang banyak menyambut-Nya dan berseru, "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" (Yohanes 12:13).

Di sini dapat disebut sedikitnya tiga hal untuk kita renungkan.

1. Raja itu yang datang melawat umat-Nya. “Lihat, rajamu datang kepadamu” (ayat 9).
Ia sendiri yang mengambil prakarsa untuk datang karena kasih-Nya. Allah tahu keadaan umat-Nya. Ia peduli pada umatNya. Kenyataan inilah yang boleh meneguhkan kita untuk tetap beriman teguh kepadaNya.

Perlu kita resapkan dalam hati bahwa Tuhan mengetahui setiap detil kehidupan kita, khususnya keadaan kita yang tidak dapat lepas dari kuasa maut karena dosa-dosa kita. Ia tahu yang terbaik dalam hidup kita. Dan, lebih dari itu, Ia menghendaki agar kita selamat dan hidup dalam pemeliharaan-Nya. Itu sebabnya tidak ada kata ‘putus asa’ dalam kamus orang yang percaya kepada Tuhan. Tuhan memberi kesempatan kepada kita bersukacita meskipun gelombang terkadang menghadang.

2. Karekter Raja yang akan datang itu adalah adil, jaya (menyelamatkan), dan lemah lembut. Sempurna! Semuanya ini merupakan kebutuhan umat manusia dari dulu hingga hari ini yang hanya dapat diberikan oleh Tuhan dengan sempurna. Ia adalah adil, memberikan yang terbaik untuk umat manusia. Kualitas seperti itulah yang semestinya dimiliki oleh seorang raja, bukan memberatkan atau menuntut di luar kemampuan orang lain. Raja itu ‘jaya’ atau ‘menyelamatkan’, bukan mencelakakan. Kita tahu bahwa Yesus memberi diri-Nya menjadi korban untuk menyelamatkan umat manusia. Berbeda dengan penguasa dunia yang dengan mudah mengorbankan orang lain untuk ‘menyelamatkan’ dirinya. Raja itu juga lemah lembut, sesuatu yang bertolak belakang dengan keangkuhan manusia. Raja atau penguasa dunia dan para pengagumnya menghendaki ‘wibawa’ yang identik dengan ‘sedikit seram’ dan ditakuti. Berbeda dengan sang Raja itu yang lemah-lembut. dan kita tahu bahwa kelemahlembutan berulangkali ditekankan di dalam Alkitab. Itu berarti karakter Sang raja itu hendaklah menjadi karakter para pengikut-Nya.

3. Tugas Sang Raja yang akan datang itu adalah melenyapkan perangkat-perangkat perang. Dan yang terpenting, Ia memberitakan damai kepada bangsa-bangsa (ayat 10). Kita melihat bahwa pengajaran dan pelayanan Yesus benar-benar menekankan damai. Puncaknya, Ia mati di kayu salib untuk mendamaikan kita orang-orang berdosa dengan Allah. Damai itu juga yang Ia kehendaki diwujudkan oleh para pengikut-Nya dalam kehidupan di dunia ini. Ia berfirman, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Matius 5:9).

Dalam hal ini tugas kita adalah membawa damai. Perlu kita perhatikan bahwa kita bukan ‘membuat’ atau ‘menciptakan’ damai. Kita diutus ‘membawa’ damai. Artinya, kita harus terlebih dahulu memiliki damai itu sebelum membawa damai kepada orang lain. Hal ini juga menegaskan bahwa tugas pemberitaan Injil bukan dengan pedang atau senjata dan sikap arogansi, melainkan dengan kerendahan hati dan semangat damai.

Sunday, December 21, 2008

PEREMPUAN


Hari ini, 22 Desember --yang merupakan ‘hari Ibu'-- Tuhan memberi kesempatan kepada kita secara khusus mengingat para ibu. Mudah-mudahan Anda sepakat dengan saya bahwa tidak ada kata seindah dan sebaik apa pun yang dapat menggambarkan isi hati kita dan mengungkapkan rasa terima kasih kita akan perjuangan kasih para ibu sejak ibu yang pertama ada di dunia ini.

Saya menerima ‘kisah’ berikut melalui email, yang terjemahannya kira-kira begini.

Ayah dan ibu sedang menonton TV. Kemudian, ibu berkata, “Saya sangat capek, dan sekarang sudah larut malam. Saya mau tidur."
.
Ia pergi ke dapur memeriksa apakah bahan makanan besok tersedia. Ia membersihkan blender, memeriksa persediaan beras, mengisi tempat gula, meletakkan sendok dan garpu di atas meja untuk keperluan sarapan pagi besok.

Kemudian, ia menaruh beberapa pakaian kotor ke dalam mesin cuci, menyeterika pakaian dan memperbaiki kancing baju yang lepas. Ia mengumpulkan potongan-potongan game anaknya yang bertaburan di lantai, mencas handphone dan meletakkan buku telpon pada rak.
.
Ia menyiram tanaman di pot, mengosongkan keranjang sampah dan menggantungkan anduk basah. Sambil menguap ia melangkah menuju kamar tidur. Ia berhenti sejenak di meja dan menulis pesan singkat kepada guru anaknya, mengitung uang recehan keperluan anaknya dalam perjalanan bersama teman sekelasnya ke suatu kebun, ia mengambil buku yang terselip di bawah kursi. Ia menandatangani kartu ucapan selamat ulang tahun kepada seorang temannya, menulis alamatnya dan menempelkan perangko pada amplopnya. Ia juga menulis daftar keperluan yang akan dibelinya. Ia menempatkan keduanya dekat dompetnya.Selanjutnya, ibu membersihkan wajahnya dengan pembersih three in one dan mengolesi dengan pelembab, menggosok gigi dan merapikan kukunya.

Ayah berkata, “saya kira mama sudah tidur’. “Ya, saya sudah mau tidur”, jawab ibu.
Ia menaruh air di tempat minum anjing dan menempatkan kucing ke luar rumah. Ia memeriksa apakah pintu sudah terkunci dan lampu luar menyala. Ia melihat anak-anaknya di tempat tidur masing-masing dan mematikan lampu belajar serta menggantikannya dengan lampu tidur, menggantungkan pakaian yang tergeletak di lantai, meletakkan kaus kaki kotor di tempat pakaian kotor, dan ia masih berbicara sejenak dengan seorang anaknya yang masih mengerjakan Pekerjaan Rumahnya.

Di dalam kamar tidurnya, ia menyetel alarm jamnya, meletakkan pakaian yang akan ia dan ayah pakai keesokan harinya. Ia menambahkan tiga hal lagi ke keenam hal terpenting dalam daftar yang akan dikerjakannya. Kemudian, ia berdoa dan memeriksa apakah tujuannya tercapai.
.

Pada saat yang sama, ayah mematikan TV dan mengumumkan tanpa menyebut nama, “Saya akan tidur!” Dan ia memang benar-benar tidur tanpa ada pikiran lain.

*******

Kisah di atas belum seberapa dibandingkan dengan kenyataan sebenarnya yang dialami kaum ibu. Di desa-desa kaum ibu mempunyai pergumulan tersendiri. Di samping merawat anak dan mengurus suami, mereka harus bekerja keras di ladang, memelihara ternak dan sebagainya.

Rasa sakit yang ditanggung kaum ibu, khususnya yang memiliki anak, tidak terperikan. Saya berada dekat istri saya ketika kedua anak kami lahir. Saya menyaksikan sendiri bagaimana istri saya menanggung rasa sakit yang juga disertai dengan kecemasan. Dia harus menanggung sendiri rasa sakitnya karena tidak bisa dibagi atau diwakilkan. Baru saya mengerti ungkapan seorang ibu yang pernah saya dengar yang ditujukan kepada anaknya yang agak nakal, “Kalau saya mengingat betapa sakitnya melahirkan engkau, saya sangat sedih melihat tingkah lakumu yang tidak menghormati orang tua”.

Saatnya kita merenungkan pengorbanan kasih para ibu. Mari kita terus mendoakan mereka. Juga, menjadi tanggung jawab kita semua mengormati dan mengasihi mereka sepenuh hati.

**********
Hari ini, Senin, 22 Desember 2008, bersamaan dengan 'hari ibu', istri saya Tima Warni Pangaribuan genap berusia 38 tahun. 'Kisah' di atas memang berbeda dengan keseharian kami. Bukan karena kami tidak memiliki anjing dan kucing, tetapi saya mencoba menjadi suami yang agak baik dengan membantu hingga membersihkan lantai dan piring di saat mana perlu. Yang jelas, saya tahu persis bagaimana kesungguhan istri saya menguras tenaga mengurus dan merawat keluarga tanpa kenal lelah. Terima kasih banyak, istriku, pemberian Tuhanku, atas kebaikan hatimu. Doa dan harapan kita, Tuhan senantiasa memberkati dan menguatkan kita untuk melayani-Nya dan menjadi berkat bagi yang lain.


Foto: Christi dan William mengucapkan selamat
ulang tahun kepada mamanya.

Thursday, December 18, 2008

KETABAHAN DALAM SEGALA KEADAAN



Bagaimana mungkin kita memberi nasihat kepada seseorang untuk mengencangkan ikat pingang, ikat pinggang saja dia tidak punya?


Pimpinan Bank Dunia, Robert Zoellick, baru saja menyatakan bahwa 6 bulan ke depan merupakan ujian berat bagi perekenomian global. Ada apa lagi ini? Yang sedang terjadi sekarang pun sudah terasa dampaknya hampir di semua lini. Begitu banyak yang sudah mengalami PHK dan lebih banyak lagi yang dirundung kekuatiran menunggu kepastian PHK atau tidak.
.
Seperti disebutkan sebelumnya (baca “Menyikapi Krisis Ekonomi”) dalam blog ini, saya sendiri sama sekali tidak tahu seluk-beluk perekonomian. Yang saya tahu adalah keluhan bahkan jeritan banyak kalangan akhir-akhir ini. Dan, yang paling penting, Anda dan saya tahu bahwa kita tidak tahu apa yang terjadi pada masa mendatang tetapi kita tahu siapa yang memegang masa depan, yaitu Tuhan kita. Seseorang pernah mengatakannya dengan indah begini: I do not know what the future holds but I know who holds the future. Ya, iman kita bahwa Tuhan memegang masa kini dan dan masa depan, menolong kita untuk menyikapi keadaan ini dengan jernih dan melakukan usaha-usaha yang bisa kita lakukan, seperti:
  • menghemat tanpa harus pelit;
  • orientasi kebutuhan bukan dikendalikan oleh keinginan;
  • menjaga emosi agar tetap sehat dengan tidak gampang tersinggung dan tersulut amarah yang hanya akan memperkeruh suasana;
  • memberi perhatiaan pada yang ada bukan pada yang tiada dan yang mungkin tidak akan ada;
  • lebih banyak bersyukur dan berdoa disertai usaha 'halal'. Tidak ada pembenaran kejahatan, penipuan dan pencurian dalam situasi sulit sekalipun. Di Jakarta saya pernah mendengar seseorang mengatakan, "Hidup ini sangat sulit, untuk mendapat yang tidak halal saja sulit apalagi yang halal". Kata-kata seperti ini amat tipis jaraknya untuk membenarkan pendapatan yang haram.

Dalam menjalani hidup ini marilah kita resapkan dalam hati kita kata-kata bernas dari Santa Theresa dari Avila berikut ini:

Jangan biarkan sesuatu pun mengganggumu
Jangan ada sesuatu yang membuatmu takut,
Biarlah semuanya berlalu begitu saja,
Karena Allah tak pernah berubah.
Ketabahan menghasilkan banyak hal.
Barangsiapa yang tidak mempunyai sesuatu dan ia mempunyai Tuhan,
Ia mempunyai harapan.
Allah sendirilah yang akan mencukupi semuanya.

.
Kata-kata ini sama sekali tidak membenarkan 'kesabaran pasif', yang hanya menunggu dengan berpangku tangan. Ia menekankan penyerahan diri secara total kepada Allah dalam menjalani hidup ini. Di samping itu, kita perlu jeli melihat keadaan dan tugas panggilan kita. Mungkin saja kita saat ini diutus oleh Tuhan menjadi alat di tangan-Nya untuk mencukupkan saudar-saudara kira yang lebih menderita. Bukan terutama dengan nasihat untuk mengencangkan ikat pinggang. Sebab, bagaimana mungkin kita memberi nasihat kepada seseorang untuk mengencangkan ikat pingang, ikat pinggang saja dia tidak punya?

DUKUNGAN UNTUK PARA BURUH DI BATAM

Kota Batam


Saya baru menerima kabar dari seorang teman di Batam tentang pemberitaan media seputar kemungkinan PHK bagi sekitar 75.000 pekerja di Batam sebagai imbas krisis global yang menerpa sejumlah perusahaan di kawasan industri ini. Mari kita dukung dalam doa dan upaya konkrit yang dapat kita lakukan masing-masing sesuai kapasitas kita.

Gereja-gereja partner United Evangelical Mission (UEM) telah memulai suatu usaha yang baik untuk membantu saudara-saudara buruh di Batam. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah gambaran umum Perkumpulan Satu Dalam Misi (PSDM) yang didirikan 11 Juni 2008 (sebagaimana terdapat dalam Newsletter PSDM edisi I Desember 2008):

1. Apa itu PSDM?

PSDM adalah sebuah lembaga pelayanan bersama yang dibangun bersama oleh Gereja – Gereja Anggota SEKBER UEM (Sekretariat Bersama UEM – United Evangelical Mission) yang berada di Batam yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), Huria Kristen Indonesia (HKI), Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA), Banua Niha Keriso Protestan (BNKP), Gereja Kristen Pak-Pak Dairi (GKPPD). Sebuah Lembaga pelayanan yang berkonsentrasi pada peningkatan ketrampilan dan pemberdayaan Jemaat dan masyarakat melalui pendidikan, konsultasi, dan advokasi terutama kepada buruh.

2. Kenapa PSDM didirikan?

PSDM didirikan dari pergumulan dan atas dorongan Pimpinan Pusat Gereja – Gereja Anggota UEM di Sumatera Utara (HKBP, GKPI, GKPS, HKI, GBKP, GKPA, BNKP, GKPPD), karena keadaan Anggota Jemaat di Batam khususnya buruh memiliki situasi kehidupan: 1. Gaji rendah, Pemukiman minim, Kesehatan buruk, Pendidikan rendah, Keselamatan kerja rendah. 2.Mental/Paradigma pekerja/buruh/pegawai, datang ke Batam dengan mental buruh bukan mental pengusaha/untuk mandiri. 3. Minimnya keterampilan (Skill). 4. Persoalan kebebasan berserikat, dan perhatian yang lebih khusus bagi buruh Perempuan dan Anak.

3. Dimana PSDM?

PSDM bekerja untuk melayani anggota Jemaat Gereja - Gereja Anggota UEM yang berada di Batam. Saat ini Sekretariat PSDM di Perumahan Taman Duta Mas Blok A12 Batam Center – Kepulauan Riau.

4. Untuk Apa itu PSDM ada?

PSDM didirikan sebagai komitmen Gereja-Gereja Anggota UEM di Batam untuk memberdayakan Jemaat dan Masyarakat melalui Pendidikan, Konsultasi dan juga Advokasi dalam Thema Perdamain, Keadilan, dan Keutuhan Ciptaan /Kelestarian Lingkungan Hidup. Sehingga Gereja kita lebih nyata perannya memberikan solusi terhadap keadaan jemaat dan masyarakat.

5. Bagaimana PSDM bekerja?

PSDM akan melakukan Pendidikan Hukum dan Hak Azasi manusia, juga pendampingan dan pembelaan hukum kasus-kasus Perburuhan dan traffiking. Program peningkatan keterampilan berupa Kursus Computer, Menjahit, Bahasa Inggris, dan keterampilan lainnya, penguatan perekonomian melalui Credit Union. Untuk semua ini PSDM akan membagun kerjasama dengan Gereja, Lembaga yang sevisi, dan Pemerintah. Selain melakukannya langsung maka PSDM juga akan melakukan pemotivasian bagi semua element pelayanan Gereja kita untuk melakukan hal yang sama baik secara sendiri, atau saling bekerja sama.

PENGURUS PSDM PERIODE 2008 – 2010

Ketua : Maria Rumahorbo (HKBP) 081364563098
Wakil Ketua : Pdt. P Sinaga, STh. (GKPI) 081364813698
Sekretaris : Pdt. Petrus T Sitio, STh.(HKBP) 081364485875
Wakil Sekretaris : Pdt. H.I Saragih. (GKPS) 081372150606
Bendahara :St. Edward Purba, SH. (GKPS)08127026492
Wakil Bendahara : Pdt. Abednego Silitonga (HKI)081364135777

Anggota :
Pdt. H Nainggolan.(GKPA) 081361506606
Pdt. Ibrahim Barus.(GBKP) 081362445939
St. R Gulo.(BNKP)

Dewan Pengawas Internal:
Pdt. MTH. Tampubolon (Praeses HKBP)085271089489
Pdt. P Purba. (Korwil GKPI) 081270490991
Pdt. A Daely (BNKP) 081361521264
St. Jasarmen Purba.(GKPS) 0811698123

Direktur Program
Pdt. Rudi Sembiring Meliala

Tuesday, December 16, 2008

KUCING atau IBU MERTUA?


Sepasang suami istri sedang bersiap-siap ke sebuah pesta pada suatu malam. Setelah mengenakan pakaian rapi sebagaimana layaknya ke pesta, mereka mengeluarkan kucingnya dari rumah. Mereka mengunci pintu rumah baik-baik karena tidak ada orang yang mereka tinggalkan di sana. Setelah berhasil mendapat taksi, sang suami kembali lagi ke rumah untuk menghalau kucing mereka yang berhasil kembali masuk rumah.

Karena si istri kuatir sopir taksi mengetahui bahwa rumahnya tidak berpenghuni (siapa tahu supir taksi itu merangkap sebagai pencuri juga) ia mengatakan, “Maaf, Pak supir, suami saya kembali ke rumah karena ia lupa berpamitan kepada ibu saya”.

Beberapa menit kemudian si suami masuk ke dalam taksi dan berkata kepada supir itu, “Maaf Pak, agak lama sedikit. Makhluk tua bodoh itu bersembunyi di bawah tempat tidur dan saya harus mengusirnya dengan sapu supaya ia keluar”.

Jika Anda pernah mengatakan sesuatu yang tidak benar dan kemudian secara tidak sengaja terungkap oleh orang lain pasti Anda merasa tidak enak, apalagi jika orang yang Anda bohongi itu masih bersama Anda. Mungkin Anda masih berpikir untuk memberi penjelasan dengan kebohongan baru yang bisa saja ‘berhasil’ tetapi bisa juga membuat Anda semakin frustrasi. Atau, Anda berusaha memberi bahasa isyarat --entah kerdipan mata, gerakan tangan dan lain-lain-- agar yang 'membocorkan kebohongan' Anda mengubah topik pembicaraan. Sayangnya, teman Anda berbicara tidak berhasil menangkap sinyal yang Anda berikan. Anda pun kian disesah rasa bersalah. Karena itu, marilah kita pikirkan sebijaksana mungkin kata, sikap dan cara-cara kita dalam menyampaikan suatu pesan bahkan dalam menjalani hidup ini.

Sunday, December 14, 2008

YANG POKOK dan YANG SAMPINGAN

Dalam pengalaman kita keseharian sedikitnya ada empat suasana perjumpaan.

Pertama, perjumpaan yang penuh dengan sukacita. Dalam perjumpaan seorang ibu dengan anak yang dikasihinya yang sudah lama merantau dan sudah lama tidak bertemu di situ pasti ada kegembiraan yang meluap-luap. Meskipun disitu ada air mata, ia adalah air mata kegembiraan.

Kedua, perjumpaan yang tidak peduli. Ada begitu banyak orang yang sudah bertetangga puluhan tahun tetapi amat jarang saling menyapa. Mungkin sesekali mereka saling melempar senyum ketika saling berpapasan atau kebetulan ada dalam lift yang sama. Memang mereka tidak saling mengganggu atau bermusuhan, tetapi mereka juga tidak terlalu peduli satu sama lain.

Ketiga, perjumpaan yang menakutkan sepihak. Bagaikan persentuhan durian dengan mentimun. Apakah mentimun yang menyentuh durian atau sebaliknya, selalu mentimun yang terluka. Misalnya perjumpaan bos kejam dengan bawahan, raja lalim dengan hamba dan sebagainya. Pihak yang lebih lemah selalu kalah atau harus mengalah meskipun menang. (Konon, banyak bos yang main tennis atau golf dengan bawahannya 'dimenangkan' oleh sang bos meskipun bawahannya lebih unggul).

Keempat, perjumpaan yang menghancurkan. Ini bisa terjadi dalam lingkungan yang saling mengenal dan tidak mengenal. Ia bahkan bisa terjadi dalam sebuah persekutuan keagamaan. Setiap kali ada pertemuan, ada saja orang yang selalu saling menyindir, perang urat saraf, perang mulut bahkan, ironinya, hingga saling memukul.

Bagaimana perjumpaan kita dengan Allah? Dari pihak Allah sendiri tidak ada masalah. Ia menjumpai kita dengan sukacita karena kasihNya. Karena itu, menjelang perayaan Natal ini kita perlu sungguh-sungguh menyambut Tuhan dengan sukacita. Natal bukan terutama faktor luar tetapi terutama berkaitan dengan ‘hati’. Kita tidak dapat menutup mata dengan kenyataan yang terjadi hingga saat ini dimana begitu banyak orang yang menekankan hal-hal yang sifatnya lahiriah dalam merayakan natal. Itu sebabnya pada bulan Desember tingkat stress lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang lain. Tingkat stress ini berkaitan langsung dengan kesibukan dan pengeluaran yang membengkak. Di sinilah orang-orang merias diri dan mendekorasi rumah, toko, jalan dan gereja. Rambut keriting direbonding dan rambut lurus dikeritingkan; rambut putih dihitamkan dan rambut hitam dijadikan warna pink. Kaum perempuan di Indonesia sibuk di dekat kompor dan oven memasak kue. Pintu-pintu ditutup (yang membuat semakin panas) supaya anak-anak tidak masuk. Kalau anak-anak masuk, maka kue yang masak baru empat yang habis juga langsung empat. sama sekali belum ada yang bisa masuk kaleng untuk disimpan. Celakanya, sesudah kue masak, panas kompor dan oven pindah ke dalam hati. Wajah jadi keriting karena cepat naik darah.

Semua faktor luar seperti itu boleh-boleh saja, asalkan tidak mengabaikan yang terpenting, yaitu menyambut Tuhan dengan hati yang bersukacita. Lebih baiklah rambut keriting dengan hati lurus ketimbang rambut lurus tetapi hati kerting. Jadi, ‘hati’ kitalah yang terutama perlu didekorasi bukan ruang tamu atau toko-toko.

Karena Allah sendiri datang menjumpai kita dan selalu menyertai kita, hendaknya kita meresponinya sedikitnya dengan tiga hal berikut.

1. Mengaku percaya. Kita percaya bahwa Tuhan menyertai kita setiap saat. Kita percaya Ia mengenal kita dan mengetahui kebutuhan kita. Karenanya, orang percaya terhindar dari stress berlebihan, mengeluh dan bersungut-sungut.

2. Berserah kepada Tuhan. Kehendak Tuhan menjadi kehendak kita. Kita menjalani hidup ini dan berjuang dalam iman.

3. Bersaksi melalui kehidupan agar orang lain dapat melihat dan merasakan kehadiran Tuhan melalui kata, senyuman, perbuatan dan seluruh gerak hidup kita.

Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
Jangan kita tinggalkan Dia!

Tuesday, December 9, 2008

MENYIKAPI KRISIS EKONOMI

Terus terang saya sangat awam soal perekonomian dunia yang hingga hari ini masih termasuk topik utama ulasan media massa dan menjadi bahan percakapan dalam forum formal dan non-formal. Mohon dimaklumi karena di sini tidak dapat ditawarkan solusi bagaimana langkah terbaik mengatur keuangan Anda dan tidak ada nasihat praktis bagaimana mengambil langkah yang lebih tepat untuk Anda yang harus mengalami PHK. Bukan berarti saya tidak prihatin dengan keadaan masyarakat pada umumnya dan teman, kerabat serta keluarga dekat secara khusus. Apalagi krisis ini benar-benar berdampak langsung pada keluarga dekat dan diri saya sendiri. Seorang keluarga dekat saya berkeluh karena ia kehilangan sekitar Rp 700 juta dengan turunnya harga saham. Kenyataan yang lebih dekat untuk disebutkan adalah berhentinya dukungan dana dari salah satu sponsor studi saya karena badan itu juga terkena dampak krisis ekonomi. (Saya sangat berterima kasih dan menghargai sekiranya Anda bisa memberi jalan keluar kepada saya).

Di tengah krisis seperti ini, saya teringat pada khotbah Pdt Ayub Yahya yang menyoroti seputar ‘fokus’ dalam kehidupan. Pdt Ayub mengajak jemaat untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang menjadi fokus Anda sekarang?” Pertanyaan ini sangat mendasar dan penting kita jawab. Sebab, fokus kita menentukan pikiran, sikap, keputusan dan tindakan kita. Jika ‘uang’ menjadi fokus kita, maka pikiran dan enerji kita akan terkuras deras untuk mendapatkan uang. Keberhasilan kita diukur berdasarkan uang yang kita kumpulkan. Persahabatan kita juga akan diukur berdasarkan keuntungan material yang dapat kita peroleh dari sebuah persahabatan. Dan, celakanya, ketika uang menjadi fokus dalam kehidupan, hidup kita akan ambruk seiring dengan ambruknya perekonomian. Kenyataan seperti ini sudah terjadi dimana begitu banyak orang yang stress, depresi, tidak peduli dengan sesama, menjadi pemberang, hingga mengakhiri hidup dengan amat tragis.

Dalam keadaan krisis yang melanda dunia sekarang --yang kita tidak tahu apakah keadaan ini bertambah baik atau semakin memburuk-- kita perlu mengubah fokus kita. Fokus pada Tuhan! “Ah, ini sudah sering saya dengar!” Anda mungkin berkata. Tidak masalah seberapa sering hal ini Anda dengar. Yang paling penting adalah seberapa teguh Anda berpegang pada kebenaran ini. Kita perlu sadari bahwa sesungguhnya Allah fokus pada kita anak-anakNya. Allah menghendaki kita bahagia saat ini juga. Dalam hal ini Tuhan menghendaki kita melihat pada apa yang ada, tidak menangisi yang sudah tidak ada dan mencemaskan apa yang mungkin tidak ada dan tersedia.

Ada orang yang keluar dari rasa frustrasi dan depresi setelah mengubah fokus dari penderitaannya menjadi fokus pada apa yang bisa dilakukannya untuk menolong orang yang menderita. Hal ini dapat kita pahami karena di dalam doa kita bertemu dengan Kristus dan di dalam pelayanan kita bertemu dengan orang-orang yang menderita yang juga dikasihi oleh Kristus.

Apakah Anda sedang dalam puncak kegembiraan karena berkat-berkat Tuhan? Dengan fokus pada Tuhan, inilah saatnya Anda lebih banyak bersyukur. Sejalan dengan pengucapan syukur itu, inilah saatnya Anda menyatakan kasih Tuhan kepada orang-orang yang membutuhkan uluran hati dan uluran tangan.

Apakah Anda merasa sedih amat dalam karena kerugian materi di tengah krisis ekonomi ini? Dengan fokus pada Tuhan, kiranya Anda mendapat kekuatan dari padaNya untuk melakukan apa yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya atau ketabahan untuk menerimanya jika tidak dapat diatasi, serta pikiran jernih melihat apa yang masih ada pada Anda. Dengan keadaan Anda seperti sekarang ini pun barangkali Anda masih dapat menjadi perpanjangan tangan Allah menjangkau dan membantu yang lebih menderita dari Anda.

Apakah Anda amat merisaukan kemungkinan Anda di PHK karena tempat Anda bekerja terimbas dampak krisis ekonomi? Fokuslah pada Tuhan. Tuhan kita begitu kaya dalam cara memenuhi kebutuhan anak-anakNya. Jika pintu yang satu tertutup, pintu lain toh masih terbuka untuk Anda. Jangan pikirkan apa kata orang terhadap Anda. Itu hanya akan memperburuk keadaan. Cukup pikirkan kasih Tuhan dan usaha yang dapat Anda lakukan.

Jika Anda merasa biasa-biasa saja –tidak rugi dan tidak beruntung—dalam masa krisis ini, fokuslah pada Tuhan. Kita bertemu dengan Tuhan dalam segala bentuk penegalaman hidup meskipun kehidupan terasa biasa-biasa saja. Dengan hidup yang biasa-biasa saja Anda dapat melakukan perkara yang luar biasa oleh karya Tuhan.

Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN
dan percayalah kepada-Nya,
dan Ia akan bertindak.
(Mazmur 37:5)

Sunday, December 7, 2008

LIDAH IBADAH dan LIDAH LIMBAH

Hidup kita sedikit banyak tergambar dari kata-kata yang kita ucapkan dan kata-kata yang diucapkan kepada kita. Kata-kata bijak berikut dapat menolong kita untuk sungguh-sungguh memperhatikan penggunaan lidah dalam berkomunikasi:[1]

(1) Jangan katakan semua yang Anda pikirkan. Sebab, mengatakan semuanya mungkin tidak menolong, menyembuhkan dan mendidik.
(2) Ujian yang harus dilalui sebelum mengucapkan kata-kata adalah: apakah itu benar, apakah itu ungkapan kasih, apakah itu penting dan berguna?
(3) Mengubah satu hal menjadi lebih baik lebih bermanfaat dari pada membuktikan seribu kesalahan.
(4) Meniup lilin orang lain tidak membuat lilin Anda bersinar lebih terang. Tetapi jika Anda menggunakan lilin Anda menyalakan lilin orang lain, Anda akan memiliki lebih banyak terang.
(5) Tingkat perbandingan antara doa dan kritik seharusnya 100:1.
(6) Mengatakan kejelekan orang lain merupakan suatu cara yang tidak jujur memuji diri sendiri.
(7) Seseorang yang memiliki ‘lidah tajam’ (yang kerap menyakiti) biasanya akan kesepian, sebab orang-orang biasanya mengindarinya.

Kita menemukan lumayan banyak kata ‘lidah’ di dalam Alkitab. Kata ini terutama berhubungan dengan fungsinya untuk berbicara. Berikut ini ada tiga hal yang dapat kita perhatikan dalam hubungannya dengan peranan lidah.

Pertama, lidah sering dihubungkan dengan hati manusia. Baik buruknya kata-kata yang terucap berkaitan langsung dengan hati. Misalnya dalam Mzm. 45:2 dikatakan “hatiku meluap dengan kata-kata indah.” Keindahan meluap dari hati dalam kata-kata. Berbeda dengan apa yang disebut dalam Amsal 17:20 "orang yang serong hatinya.....memutar-mutar lidahnya akan jatuh”. Hati yang serong membuat lidah serong juga --yang pada gilirannya akan mengakibatkan kejatuhan.

Kedua, lidah berperan dalam mewujudkan kebaikan, seperti untuk menyebut-nyebut keadilan Tuhan (Mzm 35:28); Tuhan memberikan ‘lidah’ seorang murid (Yes 50:4); lidah juga berperan untuk mengaku bahwa "Yesus Kristus adalah Tuhan” (Fil 2:11).

Ketiga, Alkitab juga menegaskan begitu pentingnya menjaga lidah atau kata-kata:
- Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu (Mzm 34:14).
- Lidah harus dikekang (Yak 1:26)
- Jangan bercabang lidah (1 Tim 3:8).

Berkaitan dengan 'ukuran' pikiran dengan penggunaan lidah atau kata-kata, Charles Allen pernah mengatakan begini:
Orang-orang yang berpikiran luas membicarakan ide-ide yang bagus dan ideal-ideal dalam kehidupan.
Orang-orang yang berpikiran sedang membicarakan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa.
Orang-orang yang berpikiran sempit membicarakan (kekurangan) orang lain.

Apakah kita lebih banyak membicarakan ide-ide yang bagus, atau peristiwa-peristiwa, atau kelemahan orang lain? Biarlah kata-kata kita menyembuhkan, meneguhkan dan menjadi berkat kepada orang lain dan diri kita sendiri serta kemuliaan bagi Tuhan. Inilah bukti bahwa kita memiliki ‘lidah ibadah’ bukan ‘lidah limbah’ (yang mengumpat, mengejek, menyakiti, mengutuk).

[1] Uraian lebih rinci baca “Tongues” dalam Rowland Croucher (ed.), Gentle Darkness, (Sutherland, Australia, 1994), 226-238

ShoutMix chat widget