Monday, September 8, 2008

KHASIAT SENYUM DAN TAWA



Ketika dunia ini memberi 99 alasan Anda untuk menangis,
Tunjukkan kepada dunia bahwa Anda punya 999 alasan untuk tersenyum

Berikut adalah untaian kata-kata indah dari Sumantri tentang ‘khasiat’ senyuman.

Seulas senyum, memperkaya mereka yang menerima, tanpa mempermiskin mereka yang memberi. Ia berlangsung cuma sekilas namun kenangan tentangnya terkadang membekas abadi. Tak ada seorang pun yang sedemikian kaya atau hebat sehingga tak lagi membutuhkan senyuman. Dan tak ada seorang pun yang begitu miskin karena dia bisa diperkaya olehnya.

Senyum membawa suasana istirahat kepada mereka yang penat, suasana ceria pada mereka yang gundah-gulana, secercah mentari pada mereka yang hatinya kelam. Senyuman adalah juga obat penawar alami paling manjur buat membuka masalah yang menjerat.

Namun, senyuman tak bisa dibeli, diminta, dipinjam, atau dicuri, sebab ia tak berguna bagi siapa pun juga sebelum ia terlukis tulus dari bibir si empunya.

Jika ada orang yang terlalu letih untuk tersenyum, berilah dia senyummu. Sebab orang yang paling membutuhkan senyuman adalah dia yang tak memilikinya lagi.

Mengapa Pelit Senyum dan Tawa?

Riset William Foy dari Standford University menunjukkan bahwa rata-rata anak-anak tertawa kurang lebih 400 kali dalam sehari dan dewasa 15 kali sehari. Nampaknya, tekanan hidup, pekerjaan dan rutinitas kerap membuat orang kehilangan kemauan dan kemampuan tertawa (ayubyahya.blogspot). Mereka amat pelit memberi senyum dan selalu menyimpan tawa.

Memang tidak semua pekerja keras yang kehilangan selera senyum. Di Singapura, misalnya, ada kesan bahwa justru pekerja kasar seperti petugas kebersihan, buruh bangunan, security guard (satpam) dan sebagainya yang lebih bermurah hati melempar senyum dibandingkan dengan mereka yang berpakaian mewah dan rapi disertai semerbak aroma parfum super mahal.

Di antara sekian banyak kemungkinan penyebab orang menahan senyum dan tawa dapat disebut tiga di antaranya.

Pertama, fokus pada tekanan hidup. Ketika perhatian seseorang sepenuhnya tertuju pada beban atau persoalan kehidupan, kemauan dan kemampuan tersenyum akan sirna.

Kedua, pemahaman keliru soal ‘harga diri’. Ada orang yang (secara keliru) mengira bahwa tersenyum kepada semua orang, apalagi yang dianggap status sosialnya lebih rendah, menurunkan harga diri mereka. Padahal, ‘makna diri’ kita amat tergantung pada relasi kita dengan Tuhan dan sesama.

Ketiga, konstruksi budaya. Ada orang yang beranggapan tidak pantas menampakkan kegembiraan dengan berpegang pada ungkapan “jangan tertawa terlalu keras, nanti engkau akan cepat menangis”. Ironis memang. Untuk terenyum dan tertawa saja terlalu banyak pertimbangan sementara melakukan kesalahan bahkan kejahatan bagi sebagian orang tidak membutuhkan banyak pertimbangan.

Senyuman dan Kesehatan

Bad mood tidak saja mengakibatkan wajah muram, tetapi juga bisa melemahkan fungsi imun tubuh dan bisa mengakibatkan penyakit. Dalam hal ini “Terapi Tawa" yang diprakarsai oleh Norman Cousins, perlu kita pertimbangkan penggunaannya. Penelitian telah membuktikan bahwa tawa dan sukacita meningkatkan fungsi-fungsi imun tubuh dalam memproduksi sel-sel yang membantu mempertahankan tubuh dari penyakit dan kanker.

Senyuman kita mengirimkan sebuah ‘pesan’ ke seluruh tubuh kita. Senyum dan tawa meningkatkan pelepasan endorphins – zat-zat yang memberi kita perasaan senang—dalam otak kita. Berbagai hasil studi mengatakan kepada kita bahwa zat-zat kimiawi tertentu dilepas dan mengaliri sistem tubuh kita, membuat kita lebih rileks dan membuat kita lebih sehat (Oesteen, 2004).

Peneliti Jerman, R.G. Hamer, sejak tahun 1979 mengumpulkan data lebih dari 10.000 pasien penderita kanker. Ia menemukan bahwa kanker biasanya dipicu oleh suatu konflik batin yang disertai ketidakmampuan mengungkapkannya kepada orang lain, atau sama sekali tidak ada orang yang mau mendengarkan. Umumnya (kalau tidak semuanya) yang terlarut dalam konflik batin secara serta merta kehilangan kemampuannya untuk tersenyum.

Jadi, jika kita tetap dalam sukacita dan terpancar lewat kemampuan tersenyum dan tertawa, fungsi sistem imune tubuh akan berfungsi dengan baik. Dalam kaitan ini kita dapat memahami mengapa firman Tuhan berkata, “hati yang gembira adalah obat” (Amsal 17:22). Jika senyum dapat membuat kita awet muda, kulit kencang tak berkeriput dan obat yang manjur, bukankah kita tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli kosmetik dan aksesoris penghias tubuh? Bandingkanlah, gadis yang cantik sekalipun kalau marah, ia akan kelihatan jelek. Tetapi dari orang yang berpenampilan sederhana terpancar suatu keindahan yang tidak terbahasakan jika ia melempar senyum tulus.

Kesaksian dan Pendidikan

Sesungguhnya senyum dan tawa adalah anugerah Tuhan. Ketika kita tidak melihat anugerah, kita tidak mungkin tersenyum. Dengan senyum dan tawa yang sehat sebenarnya kita memberi kesaksian bahwa hidup ini adalah sesuatu yang pantas disyukuri. Dengan senyum dan tawa kita memberi pesan kepada orang lain bahwa kita cinta persahabatan dan kita bukan ancaman terhadap kehidupan. Itu juga berarti bahwa dengan seulas senyum kita bisa memberi rasa damai kepada orang lain.

Bagaimana mengembangkan kemampuan tersenyum dan tertawa yang tulus? (Yang ‘tulus’ maksudnya, bukan senyum yang dipelajari oleh para penjual dagangan atau jasa yang bisa saja hanya secara teknis menggerakkan bibir untuk menampakkan gigi –tidak dari dalam hati). Kita perlu memeriksa gambaran kita tentang Allah. Doa berkat yang kita kenal dalam ibadah Minggu yang dikutip dari Alkitab: “Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya” dapat diartikan “Tuhan tersenyum kepadamu”. Ya, Tuhan kita adalah Pengasih yang sempurna. Tuhan tidak saja menganugerahkan kemampuan tersenyum dan tertawa kepada kita, tetapi Ia juga memilikinya. Mari kita endapkan keyakinan ini dalam hati kita. Jangan bayangkan Tuhan kita sebagai yang begitu ‘serius’, tegang, apalagi seram. Ia tersenyum kepada kita sebagai bagian dari kasihNya yang besar.

Keyakinan seperti itu menguatkan kita memberikan senyuman yang kita terima dari Tuhan kepada orang lain, mulai dari lingkungan keluarga, jemaat dan masyarakat luas. Kita mengambil contoh dalam konteks pendidikan anak. Saya menerima sebuah email yang memberitahukan sebuah kasus seorang anak di Bogor yang memiliki IQ tinggi tetapi tidak memiliki kemampuan verbal atau mengungkapkan gagasan dengan baik. Dengan bantuan seorang psikolog ditemukan bahwa salah satu penyebabnya adalah karena ayahnya jarang sekali tersenyum kepadanya. Si anak merasa tertekan. Sederhana memang, tetapi seringkali seorang ayah merasa perlu menahan senyumannya demi mempertahankan wibawanya. Padahal kenyataannya senyuman tulus seorang ayah sedikitpun tidak akan melunturkan wibawanya, tetapi justru bisa menambah simpati dan energi bagi anak-anak dalam melakukan segala sesuatu seperti yang ia lihat dari ayahnya setiap hari.

Pengalaman ini mengingatkan kita pada beberapa orang yang datang minta nasehat kepada Ibu Teresa, “Katakanlah sesuatu kepada kami agar hidup kami semakin menjadi baik.” Ibu Teresa menjawab, “Tersenyumlah satu sama lain. Tersenyum kepada istri atau suami kalian. Tersenyum kepada anak-anak dan sesama. Tersenyum kepada siapa saja. Itulah cara untuk membuat kalian berkembang dan mengasihi sesama” (Sumantri, 2005).

Bebas Senyum dan Tawa ‘Haram’

Tidak semua senyum dan tawa itu sehat. Tidak jarang orang yang begitu gampang tertawa di atas penderitaan orang lain, menertawakan kekurangan orang lain atau merendahkan orang lain. Kecaman Yesus yang mengatakan, “Celakalah kamu yang sekarang tertawa.....” (Lukas 6:20-26) pastilah ditujukan kepada mereka yang tertawa tidak sehat. Dalam hal ini, kita masih perlu melihat waktu dan tempat yang tepat untuk tersenyum atau tertawa. Yang jelas, kesempatan dan tempat untuk tersenyum dan tertawa jauh lebih banyak.

Jadi, berilah waktu Anda untuk tersenyum atau tertawa yang tulus, ia bagaikan musik yang menyegarkan jiwa dan kesaksian akan keindahan Tuhan dan anugerahNya. Ada satu ungkapan indah begini: The most beautiful thing is to see a person smiling. And even more beautiful is, knowing that you are the reason behind it!

Tuhan tersenyum kepada Anda, saat ini.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget