Saturday, September 6, 2008

B U R U N G


Pagi ini saya memberi perhatian khusus pada kicauan puluhan burung yang hinggap di pohon-pohon persis di belakang tempat kost saya di Trinity College-Singapura. Sebenarnya burung-burung seperti ini sudah sejak dua tahun melakukan aktivitas yang sama di tempat yang sama. Bedanya, selama ini saya tidak memberi perhatian khusus kepada mereka. (Salah satu di antara keunikan orang-orang Singapura adalah ‘peri-kemakhlukan’ mereka yang terbilang tinggi --mudah-mudahan seimbang dengan ‘perikemanusiaan' mereka :-).

Perhatian khusus saya tertuju pada burung-burung ini bersamaan dengan bacaan firman Tuhan tentang ‘masalah kekuatiran’ sebagaimana dalam Matius 6:25 dst. Ayat Alkitab ini pun sudah lama sekali Anda dan saya dengar. Tetapi kali ini ia punya makna tersendiri. Yesus mengatakan “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh bapaMu di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” Perhatikan bahwa perkataan Yesus ini ada dalam konteks masalah "mengumpulkan harta”. Ini adalah soal ‘prioritas’ dalam hidup. Pesan ini sama sekali bukan berisi larangan mencari makanan dengan bekerja. Manusia memang harus bekerja. Yang menjadi masalah adalah semangat dan usaha 'mengumpul' yang bisa membuat hati menjadi tumpul --semangat mengumpul yang membuat manusia tidak peduli pada Tuhan dan sesama manusia. Semangat seperti ini biasanya mengakibatkan manusia memanfaatkan Tuhan dan orang lain untuk diri sendiri, bukan memberi diri menjadi berkat bagi orang lain.

Ketika kita percayakan hidup kita kepada Tuhan, Ia akan memberikan yang terbaik bagi kita. Ketika kita mempercayakan hidup kita pada apa yang kita kumpulkan secara materi, ia akan menekan hidup kita. Sekadar memeriksa kecenderungan kita, coba kita perhatikan doa-doa kita selama ini. Penuh dengan permintaan bukan? Kesehatan, kebutuhan hidup, keberhasilan anak-anak, perlindungan dalam kerja dan sebagainya memenuhi doa-doa kita. Apakah itu salah? Tidak! Masalahnya, kita cenderung lebih peduli pada ‘pemberian’ bukan pada Sang Pemberi, yaitu Tuhan kita. Kita lebih menginginkan pemberian Tuhan bukan Tuhan sendiri.

Saatnya kita ubah sekarang: kita lebih menginginkan hubungan kita dengan Tuhan terpelihara baik, hidup kita terpelihara olehNya.

1 comment:

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget