Manusia memiliki pilihan bebas tetapi tidak memiliki kehendak bebas. Hanya Tuhan yang memiliki kehendak bebas
***********
Setiap hari kita harus membuat pilihan. Sejak bangun tidur hingga istirahat malam, kita harus membuat pilihan, mulai dari yang sangat sederhana hingga hal-hal yang luar biasa sulit dan rumit.
**********
Pernahkan Anda mengalami kesulitan memutuskan sesuatu meskipun Anda sudah berdoa memohon petunjuk Tuhan? Jika pernah Anda tidak sendirian. Bagaimana Anda bisa mengambil kesimpulan? Di bawah ini disebut beberapa hal yang masuk dalam lingkup pilihan kita.
**********
1. Pilihan yang tidak terutama berkaitan dengan 'benar-salah', yang salah dalah pada cara atau langkah penetapan keputusan. Berikut ini sebuah contoh. Satu keluarga merencanakan untuk melakukan liburan. Mereka mempunyai beberapa pilihan, yang kemudian mengerucut menjadi dua pilihan: Phuket (Thailand) atau Genting (Malaysia). Karena tidak ada kesepakatan semua anggota keluarga, mereka memohon petunjuk Tuhan. Mereka berdoa agar Tuhan menunjukkan kehendakNya melalui undian yang mereka akan lakukan. Mereka pun mengundi dengan melempar koin ke atas setelah sepakat bahwa jika sisi koin bagian depan menghadap ke atas itu berarti Phuket dan kalau sisi sebaliknya yang menghadap ke atas berarti Genting. Lemparan pertama dilakukan. Hasilnya: Phuket. Karena mereka semua belum sepenuhnya yakin, maka mereka melempar koin kedua kalinya, dan astaga, justru Genting yang muncul. Apa kesimpulan mereka? Ada yang mengatakan, "kalau Tuhan saja tidak konsekuen, bagaimana mungkin kita manusia?" Dari pengalaman ini, apakah Tuhan yang tidak konsisten? Kalau mau bepergian, tidak perlu mengundi, tinggal pilih ke tempat mana yang dapat dikunjungi dengan kemampuan biaya, lebih bermanfaat untuk keluarga dan sebisanya menjadi berkat bagi orang lain. Jadilah saksi Kristus di tempat yang kita kunjungi.
2. Pilihan yang berkaitan langsung dengan konsekuensi keberadaan kita. Yesus sendiri sudah menyatakan dengan jelas bahwa kita adalah “garam dan terang dunia”. Kita tinggal memilih mewujudkannya atau tidak. Akibatnya jelas. Dalam Matius 7:24 dan 26 dikatakan, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.” Apakah kita selama ini memilih membangun di atas batu atau di atas pasir? Sekiranya di atas pasir, saat inilah waktu yang tepat memulai “memilih” membangun di atas batu.
3. Pilihan yang tidak membutuhkan ‘pemikiran atau pertimbangan’ mana yang benar dan mana yang salah. Semuanya sudah jelas. Yang masalah adalah untuk memilih yang kelihatan ‘aman’ tetapi bertentangan dengan kebenaran, atau memilih menerima sebuah keadaan yang mungkin tidak menyenangkan bahkan penderitaan karena berpegang pada kebenaran. Contoh yang baik dalam hal ini adalah Yosua dalam pilihannya yang tegas dengan mengatakan, “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah ....... Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15) Kita juga mengetahui keputusan Sadrakh, Mesak dan Abednego yang memilih tetap setia menyembah Allah dan tidak memilih menyembah Nebukadnezar. Pilihan serupa juga ditempuh oleh para martir sepanjang perjalanan sejarah gereja. Bagaimana jika Anda ditawari dua pilihan dalam lingkungan kerja: (1) Meninggalkan Agama Kristen dan tidak naik jabatan, atau (2) Pindah agama, tinggalkan Tuhan Yesus dan akan mendapat jabatan lebih tinggi, bergengsi dan mengantongi gaji yang lebih besar?
4. Pilihan yang membutuhkan pertimbangan matang dengan menggunakan nalar sehat dan hati jernih. Misalnya untuk memilih pemimpin, baik dalam kehidupan berbangsa maupun bergereja. Memilih partai politik dan calon legislatif, memilih presiden, gubernur dan sebagainya, membutuhkan pemikirkan yang lebih matang, tidak terutama didasari sentimen dan kepentingan sesaat dan kepentingan kelompok. Hal yang sama juga berlaku di gereja. Misalnya, baru saja HKBP melaksanakan pemilihan Pimpinan HKBP. Cara-cara yang berlangsung terkesan seperti pola-pola Pilkada, yang di dalamnya sedikit banyak menumpang kepentingan pribadi, kelompok (termasuk kelompok marga). Masalahnya tidak saja pada para pendeta tetapi juga sebagian warga jemaat khususnya mereka yang memiliki uang dan pengaruh. Mereka menggunakan pengaruh dan uangnya mengongkosi peserta sinode untuk memilih calon tertentu. Kita harapkan kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi ke depan ini.
Masih dalam kaitan pertimbangan matang, memilih’ calon suami atau istri juga masuk dalam kategori ini. Masalahnya, untuk yang satu ini tidak bisa ‘coba-coba’. Coba saja dulu menikah dengan si anu, kalau cocok jalan terus, kalau tidak ya putus! Sikap seperti ini amat sangat berbahaya. Dewasa ini, ada begitu banyak keluarga yang kandas pada ‘perceraian penuh’ dan “semi-cerai”. Perceraian penuh adalah keluarga yang benar-benar berpisah baik yang menikah dengan yang lain maupun yang tinggal menjanda atau menduda. Yang termasuk dalam ‘Semi-bercerai’ adalah yang masih tinggal satu rumah –yang secara formal dan legal tidak bercerai—tetapi selalu berada dalam pertengkaran, penyelewengan seksual, dan sebagainya. Bukankah mengherankan dan tidak dibenarkan mengatakan dalam hati, “jangan-jangan suami atau istri saya ini bukan jodoh saya”. Kata-kata seperti ini seharusnya tidak muncul dalam benak setiap orang yang sudah berkeluarga. Juga, tidak ada alasan membenarkan diri dengan mengatakan, “ah dulu dia bukan pilihan saya, saya mau menikahinya hanya untuk menyenangkan orangtua saja”. Itu sama sekali tidak benar. Mungkin orang tua ‘memilih’ calon, tetapi keputusan akhir memilih suami atau istri adalah si suami atau si istri sendiri.
*******************
5. Pilihan sulit. Misalnya, seorang dokter berkata kepada seorang perempuan yang mau melahirkan karena sesuatu gangguan, ”pilih mana yang selamat anak atau ibunya!” Terus terang, saya tidak punya jawaban yang ‘siap pakai’ dalam kasus seperti ini. Sebab, ibu dan anak sama-sama manusia. Tentang masalah ini, lebih baik terbuka saja dulu untuk didiskusikan lebih lanjut. Untuk sementara, kalau ada yang mengalami kasus seperti ini yang perlu adalah: (1) Sedapat-dapatnya, kesimpulan ini tidak hanya dari satu orang dokter saja, tetapi merupakan pendapat tim dokter. Perlu second opinion. Dokter juga tidak sempurna, selalu ada kekurangan dan kekeliruan. (2) Kalau tim dokter punya kesimpulan yang sama, pihak keluarga sepakat menyerahkan kepada dokter untuk melakukan prosedur medis.
************
Semoga pilihan bebas yang diberikan Tuhan kita gunakan selaras dengan kehendakNya. Karena itu, kehidupan doa kita sangat penting dlam menentukan pilihan-pilihan kita.
Amang Tinambunan,
ReplyDeleteSaya kira kita perlu mohon hikmat pada Tuhan tentu dengan berserah padaNya. Tuhan punya cara dan rencanaNya tidak terselami. Ini juga berbicara waktu Tuhan.
Anak saya waktu belum genap setahun pernah mengalami sakit flu, kelihatannya sepele namun masalahnya frekuensinya hampir setiap minggu, hingga kita sudah tahu obat apa yg akan diberikan dokter karena sudah sering. Saya dan istri berdoa mohon kesembuhan, tanya teman dan dokter lain namun belum juga ada jawaban, hingga akhirnya Tuhan memberikan tuntunan untuk bertanya pada salah seorang dokter, dan benar dokter itu yg akhirnya merekomendasikan kami utk konsultasi ke dokter ahli jantung anak dan singkat kata anak kami dioperasi karena mengalami kelainan jantung. Operasi itu sendiri berjalan dgn baik dan setelah itu Puji Tuhan anak kami jarang sakit-sakit lagi. Mari kita tanggalkan perilaku yang mempersulit keadaan dengan berserah pada Tuhan sembari meng-imani dan mengamini pujian dari Judson Van Deventer "All to Thee my blessed savior I surrender all" GBU.
Shalom,
ReplyDeleteBlog pak pendeta bagus, sangat inspiratif.
mengundang jalan-jalan ke blog saya:
http://islamexpose.blogspot.com
Jesus bless us..
Bapak Ramses Butarbutar, terima kasih atas kesaksian yang amat meneguhkan ini. Bapak Ramses sekeluarga sudah melampaui sebuah pergumulan yang amat berat, tetapi buahnya amat manis. Tuhan tidak pernah mengecewakan anak-anakNya.
ReplyDeleteHost islamexpose.blogspot.com yth. Saya masih melihat secara sepintas blog Anda, karena isinya lumayan banyak. Untuk sementara saya ingin mengatakan bahwa bagi saya lebih baik melihat kesalahan-kesalahan kita umat Kristen terhadap penganut agama lain sekaligus bertobat ketimbang melihat kesalahan-kesalahan penganut agama lain.
ReplyDeleteMengutip pak pendeta Victor Tinambunan yang terkasih: "bagi saya lebih baik melihat kesalahan-kesalahan kita umat Kristen terhadap penganut agama lain sekaligus bertobat ketimbang melihat kesalahan-kesalahan penganut agama lain."
ReplyDeleteSaya sama sekali tdk akan menyanggah ttg hal yg pak pendeta sampaikan karena memang itu benar adanya. Saya sangat setuju bahwa kita harus melaukan oto-kritik thd "kita" sendiri sbg umat Kristen.
Namun, perkenankanlah saya utk menyampaikan sedikit pemikiran & testimoni saya berkenaan dng eksistensi blog saya.
Pertama, marilah kita bersepakat dulu (atau bahkan tdk bersepakat) bahwa APAPUN YG BUKAN DARI KRISTUS PASTI BERASAL DARI SI JAHAT. Kata "APAPUN" itu termasuk di dalamnya adalah "the other faith" atau iman yg lain diluar Kristus.
Pijakan saya adalah Firman Tuhan. Yesus berkata bila tidak melaluiNya maka tak seorangpun dpt datang kpd Bapa. Firman Tuhan jg mengatakan bahwa di kolong langit ini tdk ada nama lain selain Yesus Kristus yg dpt menyelamatkan.
Berangkat dari hal itu maka saya merasa penting kiranya bagi kita utk mengetahui "the other faith" tsb. Ijinkan saya memakai terminologi "musuh iman" thd the other believes tsb (saya tak menemukan kata yg lebih "halus & manis" utk itu).
Musuh iman memang banyak, mulai dari ideologi (materialisme, konsumerisme dll), keyakinan, agama dan kepercayaan lain di luar Kristen yg dapat mencemari anak-anak Tuhan masa kini.
Blog saya eksis untuk memberikan informasi yg berimbang ttg "iman yg lain" tsb, agar anak-anak Tuhan cukup dibekali pengetahuan yg memadai. Paulus harus mempelajari iman lokal penduduk setempat sebelum dia menyampaikan injil. Para martir misionaris seperti Nomensen harus mempelajari iman setempat sebelum dia mengabarkan injil.
Belajar ttg iman lain bukan sesuatu yg "aneh & nyentrik" menurut saya.
Kita yg hidup di Indonesia memang secara kultural agak "sungkan" utk membicarakan hal-hal yg menyangkut SARA, dlm hal ini ttg iman org lain. Di kultur Barat, Kekristenan menghadapi kritik tajam bertubi-tubi sejak ratusan lalu setelah munculnya era Renaisance. Bukankah justru ini yg membuat Kekristenan semakin matang & dewasa?
Pak Pendeta, blog saya jg diinspirasikan oleh pengalaman pribadi saya sendiri. Saya hampir saja meninggalkan Tuhan karena membaca-baca buku yg mengkritik iman Kristen. Mungkin pak pendeta pernah dengar buku2 karangan Ahmed Deedat (seorang Kristolog Muslim) yg menyerang habis isi Alkitab. Tahukah pak Pendeta bahwa buku2 yg seperti itu (menyerang iman Kristen) banyak dijual bebas di toko2 buku?
Saya adalah satu diantara sekian banyak anak-anak Tuhan yg nyaris tergelincir bila tak menjumpai situs www.indonesia.faithfreedom.org
(saya percaya ini cara Tuhan utk meraih saya kembali).
Memang, Tuhan pernah bilang bahwa banyak yg dipanggil tp sedikit yg terpilih. Bahkan mungkin pak pendeta akan bilang bahwa mereka yg meninggalkan Kristus adalah bukan termasuk orang2 pilihan (predestinasi?). Bahasa simplistisnya; "Sudah Takdir".
Pak Pendeta yang terkasih,
saya sungguh percaya bahwa masing2 kita punya bagian yg hrs dilakukan utk menjangkau bukan saja orang2 yg belum mengenal Kristus secara pribadi, tp jg untuk menjangkau & menguatkan iman anak-anak Tuhan yg pd hari-hari ini yg tidak banyak tahu atau bahkan "blind" thd iman2 lain di sekitar mereka.
Seorang blogger (yg cukup ngetop jg. tak perlu saya sebut namanya) adalah salah satu dari sekian banyak anak-anak Tuhan yg telah meninggalkan Kristus karena membaca buku2 kritik muslim thd injil/kekristenan. Teman kuliah saya dulu jg meninggalkan Kristus krn hal yg sama.
Pak pendeta, sekali lagi, saya pun nyaris meninggalkan Kristus oleh sebab yg sama. Saya mencari-cari buku yg dpt menjawab & menyanggah kritik teologi thd iman Kristen oleh para muslim, namun saya tak mendapatkannya. Saya maklum karena kita di Indonesia yg mayoritas muslim ini tak mungkin dpt menerbitkan buku2 yg menyanggah kritik & penghujatan thd iman kita.
Saya hrs mencari & belajar secara otodidak krn jawaban2 thd penghujatan iman Kristen dr agama lain tak saya dapatkan di dalam khotbah2 & mimbar2 gereja. (mohon maaf ya pak Pendeta).
Lalu....
Saya menemukannya di internet, pak pendeta. Dan uniknya, Tuhan pakai website seorang mantan muslim yg sekarang menjadi 'freethinker' utk menguatkan iman saya. Tuhan memang luar biasa! Dia pakai apapun juga dng kreatifNya bagi setiap anak-anak Tuhan.
Pak pendeta, ada "panggilan" yg begitu keras, sangat kuat & tak mampu saya tahan utk membuat blog saya tsb. Saya telah mencoba menahannya utk tdk membuat blog tsb, tp justru itu membuat saya tak dpt tidur selama beberapa minggu. Ada "suara" yg selalu mengingatkan saya betapa banyak anak-anak Tuhan di luar sana yg seperti saya yg sedang dlm pencarian jati-diri imannya di tengah pergulatan bathin thd "iman yg lain" tsb.
Saya dedikasikan blog saya kpd setiap anak2 Tuhan yg sedang & pernah mengalami pergulatan iman seperti yg telah saya alami.
Pak pendeta yg terkasih, curhat saya mungkin mengandung banyak kelemahan. Seperti saya dtg kpd Tuhan sebagaimana adanya saya, demikian jg saya ingin berdialog dng pak pendeta sebagaimana adanya saya.
Terimakasih & Tuhan Yesus Memberkati.
PS: Ada baiknya bila pak pendeta menghapus saja komen saya yg ini nanti.
saya bisa di-"nasehati" di
email: islamexpose@hushmail.com
pke anonymous juga ah..
ReplyDeletepak pendeta.. tuh ada yang perlu di ceramahi, dia bilang islam itu suka menjelek2an.. klo dia ikut menjelek2an juga berarti kristen juga jadi jelek toh?! tolong di ceramahi.. klo perlu suruh keluar aja dari kristen dari pada jelek2in kristen