Sunday, April 19, 2009

TIGA TIPE 'PROBLEM SOLVER'



REFLEKSI SENIN KE-17 2009: 20/4

Selama hidup di dunia ini ‘masalah’ (khususnya karena kelemahan dan keterbatasan manusia) kelihatannya akan selalu menyertai perjalanan hidup umat manusia. Jadi, pertanyaannya bukanlah terutama, “Bagaimana menyelesaikan masalah?”, melainkan, “Apakah mungkin semua masalah diselesaikan?” Pengalaman empiris kita menunjukkan tidak semua masalah dapat diselesaikan. Yang jelas 'setiap masalah' dapat membuat kita lebih berkembang dan lebih dewasa atau jatuh terkulai, tergantung pada bagaimana kita menyikapinya.

Agaknya tipe kepribadian dan karakter seseorang serta tingkat kesulitan masalah yang ada turut mempengaruhi bagaimana seseorang itu mendekati atau menangani masalah yang dihadapi. Secara umum dikenal tiga tipe orang dalam penyelesaian masalah sebagai berikut.

1. Assertif

Orang tipe assertif mengambil inisiatif untuk menyelesaikan masalahnya. Jika masalah ini berkaitan dengan ‘hubungan’ dengan orang lain, ia mengambil prakarsa untuk membicarakannya. Tipe ini boleh dikatakan lebih aktif untuk mencari solusi sesegera mungkin, tanpa menunggu.

2. Meditatif

Tipe ini adalah orang yang duduk dan memikirkan terlebih dahulu dengan seksama dan sejernih mungkin masalahnya. Kadang-kadang jawaban datang kepadanya melalui proses ini. Ia tidak mengambil tindakan dengan segera apalagi tergesa-gesa.

3. Kooperatif

Tipe orang kooperatif percaya bahwa cara termudah untuk menyelesaikan masalah sulit adalah dengan meminta pertolongan orang lain. Pendapat orang lain dapat menolongnya ketika ia tidak menemukan solusi.

Karena masing-masing tipe ini memiliki kekuatan dan kelemahan jika ia berdiri sendiri, maka seseorang tidak perlu masuk dalam satu tipe pendekatan saja secara ketat-kaku. Kita dapat menerapkan ketiganya tergantung pada situasi dan keadaan masalah yang kita hadapi.

Yang lebih terpenting kita miliki adalah ‘hikmat’ dari Tuhan dalam menghadapi setiap masalah kehidupan. Itulah yang dimiliki orang-orang yang menyerahakan diri kepada pimpinan Tuhan sebagaimana kita temukan dalam diri tokoh-tokoh Alkitab dan sejarah gereja sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah yang dapat diselesaikan dan menerima keadaan yang tidak dapat mereka ubah tanpa masalah.

William E. Hulme memahami bagian nyanyian “Ya Tuhan tiap jam ‘ku memerlukan-Mu” demikian:
Aku terus-menerus memohon:
  • hikmat dalam pengambilan keputusan;
  • kedewasaan dalam berhadapan dengan orang lain
  • kesadaran akan kehadiran Allah ketika aku cenderung hanya memikirkan diriku sendiri.

Pemahaman demikian telah berhasil melewati keinginan ‘memanfaatkan Tuhan untuk kepentingan diri’ menjadi ‘memberi diri dipakai oleh Tuhan sesuai rancangan dan rencana-Nya.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget