Saturday, April 4, 2009

R E A K S I


REFLEKSI SENIN KE-15, 2009: 6/4

Jangan relakan diri Anda menjadi mangsa dari keadaan dunia sekitar, jadilah tuan atas situasi (S.I. McMillen)

Ingat “prinsip 90/10” dari Stephen Covey? Prinsip ini mau mengatakan bahwa 10% adalah apa yang terjadi dalam hidup kita dan 90% adalah keputusan kita bagaimana bereaksi atau menyikapi. Kita tidak dapat mengontrol yang 10% --apa yang terjadi kepada kita. Kita tidak dapat menghentikan hujan. Kita tidak bisa berbuat apa-apa pada tetangga yang ribut berteriak-teriak, kita tidak dapat menghentikan mesin cuci, sterika, kompor gas dari kerusakan, kita tidak dapat mengontrol lampu merah di jalan raya. Kita tidak punya kuasa menghindari PHK. Berbeda dengan yang 90% lagi. Kita yang menentukannya: melalui reaksi kita.

Celakanya, ada orang yang reaksi negatifnya sudah otomatis untuk setiap kenyataan yang dihadapinya, tanpa pernah mengubahnya. Misalnya:

  • Anak menangis – reaksi: berteriak dan memukul
  • Majikan cerewet – reaksi: diam, wajah cemberut dan langsung sakit perut
  • Pengendara sepeda motor menyalip di jalan –reakasi: mengumpat
  • Orang yang dibenci muncul di layar TV –reaksi: taruh kaki di layar TV, persis di mulut orangnya.
  • Orang terlambat datang –reaksi: diam dan menunjukkan rasa sebal melalui raut wajah.
  • Jalan macet dan banyak berhenti di lampu merah –reaksi: ‘aahhhh’, sambil gelisah!
  • Hujan turun, --reaksi: mengatakan, ‘sial!
  • Guru matematika masuk ruang kelas –rekasi: mengutuki dalam hati dan langsung pusing kepala.

Meyer menyebutnya sebagai adiksi emosional: reaksi seseorang yang sudah terformat atau tidak berpikir lagi untuk merespon sesuatu. Sekiranya ‘otomatisasi reaksi’ ini bersifat positif, tentu masih ada harapan akan keadaan yang lebih baik. Misalnya:

  • Reaksi saat seorang anak menangis: “Ada yang bisa saya bantu?”
  • Reaksi kepada majikan yang cerewet: “Saya lebih tenang bekerja kalau ibu mengatakan sesuatu dengan ramah”.
  • Reaksi ketika pengendara sepeda motor menyalip di jalan: Mengatakan dalam hati “Semoga engkau selamat sampai di rumah”.
  • Reaksi ketika melihat seseorang muncul di layar TV yang perilaku dan janji-janjinya tidak kita sukai: mengatakan dalam hati, “Saya akan berusaha memperbaiki diri dan menepati janji”. Daripada marah dan menyalahkan orang, lebih baik membaharui komitmen pribadi.
  • Reaksi saat jalan macet dan banyak berhenti di lampu merah: tenang dan menggunakan waktu untuk ‘meditasi’ singkat.
  • Saat hujan turun tiba-tiba, “bersyukur atas pemberian Tuhan”.
  • Menyambut guru atau pengkotbah yang pengajarannya dan kata-katanya sulit kita mengerti, ‘lebih konsentrasi’.

Dengan reaksi seperti ini, Anda lebih menikmati kedamaian dan juga akan mampu membagikan keteduhan di mana pun Anda berada.

Dalam Amsal 15:1 dikatakan, “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah”. Firman Tuhan ini secara khusus berkaitan dengan ‘reaksi’ melalui kata-kata. Di sini dikontraskan reaksi yang ‘lemah lebut’ dengan yang ‘pedas’. Tidak sulit kita mengertinya. Kelemah-lembutan memang sangat penting dalam kehidupan ini. Jika seseorang mengatakan yang tidak mengenakkan atau yang mungkin melukai perasaan kita, itu masuk dalam yang 10%. Kita tidak dapat mengontrolnya, karena sudah terjadi. Yang paling penting adalah pilihan ‘reakasi’ kita. Apakah kita balik memaki dan menyakiti? Atau, kita diam tetapi mengutuki di dalam hati? Orang yang disakiti cenderung bereaksi dari luka hati mereka ketimbang bertindak sesuai dengan hikmat dan firman Tuhan. Kalau kita marah atau mengutuki, hari kita akan kelam sepanjang hari meski matahari bersinar terang. Kita akan murung sepanjang hari bahkan hingga terbawa tidur. Tidak ada gairah. Berjumpa dengan orang lain pun kita menjadi berbeda. Mereka kena imbasnya. Singkatnya, kita kehilangan sukacita.

Akan tetapi, jika kita menyikapi dengan pikiran jernih, hati damai dan kata-kata lembut, kita akan tetap menjalani hidup tanpa gangguan emosional. Kalaupun yang menyakiti kita tidak berubah, paling tidak kita tetap tenang dan bebas dari beban yang tidak perlu. Hal yang sama juga berlaku pada saat-saat menghadapi berbagai kesulitan atau hal-hal yang tidak kita inginkan dan tidak dapat kita kontrol. Tetapi ‘reaksi’ kita yang selalu bertolak dari hubungan yang baik dengan Tuhan akan memungkinkan kita tidak kehilangan kedamaian dan kegembiraan.








No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget