Thursday, April 3, 2008

LATIHAN DOA KONTEMPLATIF


Pendahuluan

Berikut ini disarankan beberapa penekanan doa yang kita lakukan setiap hari, kalau boleh dua kali sehari, masing-masing minimal 20 menit. Dalam keterbukaan akan Allah, dalam suasana rahmat, kita boleh memilih penekanan doa ini setiap hari, satu sehari atau dua setiap hari, sehinga pada akhirnya, kita menyadari bahwa bukan aktivitas rohani kita yang menghadirkan Allah bagi kita, tetapi kita menjadi terbuka akan bimbingan Allah yang mengajarkan kepada kita rahasia ketergantungan sejati.
Adapun penekanan-penekanan yang dimaksud adalah sebagai berikut, yang sebaiknya mengikuti nomor urut.

1. Menyadari kehadiran Allah

Duduklah dengan tenang, mulailah menenangkan tubuh melalui penyadaran akan nafas. Lalu bukalah diri akan kehadiran Allah.
…Ia hadir dalam rohku, Ia memperatikan kesadaranku
…Ia diam dalam pusat diriku yang terdalam…dalam lubuk hatiku…
…Sekarang aku berusaha mendapatkan kesadaran ini…
…tetapi pada suatu saat Ia akan memberi aku kesadaran ini dengan cuma-cuma…
…Ia lbih dekat dengan diriku, daripada aku sendiri dekat dengan diriku…
…Ia mengenal diriku lebih baik daripada aku sendiri mengenal diriku…
…Ia mengasihi diriku lebih daripada aku sendiri mengasihi diriku…
…Bila aku ternyata mampu mengasihi, itu adalah karena aku telah menerima kasihNya…
…Bila aku mencari kesadaran akan Dia, sebaliknyalah yang terjadi, karena Dialah yang membuat aku terbangun, sadar akan kehadiranNya dalam, dan melalui dan bersama Yesus…
…Dalam, melalui dan bersama Yesus, Ia mencurahkan mencurahkan RohNya, sehingga aku berseru kepadaNya “Abba”, Bapa…
…Ia memenuhi aku dengan syukur dan pujian atas kehadiranNya yang mengagumkan…

Carilah ayat-ayat Alkitab melalui konkordansi kalau agak sulit, yang berhubungan dengan kehadiran Allah, untuk dilakukan dalam lectio, meditatio, dan oratio. Misalnya Ulangan 32:10-12; Yeremia 31:2-3, dll.
Nanti akan menjadi nyata, bahwa Allah-lah yang membiarkan diriNya disadari, bukan kita yang mencari Dia. Dengan demikian, kita mampu melihat Allah dalam hidup ini, dan berjalan bersama dengan Allah. Lalu, kitapun mampu untuk hidup bersama dengan “saudara-saudara Yesus yang hina itu”, yang tertindas, tersisih, terluka secara fisik dan sosial.

2. Penyerahan diri

Di hadapan wajahNya, dan sadar akan kehadiranNya,
Aku menyerahkan seiap segi kehidupanku,
Kuserahkan diriku kembali kepadaNya.
Aku melepaskan nafsu bermilik yang menguasai aku.
Aku minta supaya Dia sajalah yang menguasai aku
Karena Dia penebusku
Dengan demikian, aku bukan lagi milik cita-citaku
Aku menjadi milik rencana Allah
Menjadi milik masa depan
Asal aku sedia, menyerahkan diriku, hidupku…
Kuserahkan segala tanggungan, kegelisahan, dan ketakutanku kepadaNya. Ia akan mengurusnya. Ia akan menyelesaikannya bagiku
Di dalam, melalui dan bersama Kristus….
Mulai sekarang ini aku membiarkan diriku dibimbing oleh Dia, setapak demi setapak…
Kasihku, cintaku, juga menjadi milikNya
Kuserahkan seluruh pribadiku
Melampaui batas-batas rasa,
Melampaui batas-batas akal budi dan keterampilanku…
Aku meraba-raba maju melampaui semuanya itu
Hingga aku tiba pada kenyataan,
Bahwa Dia sendirilah yang datang kepadaku
Sehingga aku berani berserah padaNya
Akhirnya, pujian semata keluar dari hidupku.

Terhadap semua ini carilah ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita orang percaya adalah milik Kristus, bahwa hidup kita berada dalam rancanganNya.

Dengan demikian, kita lebih peka terhadap lingkungan kita, tidak dibatasi keinginan, harapan dan cita-cita, yang sering menghalangi kepekaan kita. Kita pasrah pada rencana Tuhan dan inilah membuat hidup kita lebih aktif melebihi keaktifan orang yang bergerak didorong oleh cita-cita.

Keaktifan yang mantap, dan tenang dimungkinkan, kalau yang mendorongnya adalah tindakan Allah yang selalu datang dari depan. Orientasi hidup jadinya adalah keterbukaan akan masa depan. Jadi, pelayanan kita pada msyarakat yang terluka menjadi lebih nyata.

3. Menerima keadan

Banyak reaksi-reaksi kita yang spontan mengungkapkan sikap tidak menerima, memberontak, melarikan diri dari kenyataan untuk menekan sesuatu. Amarah kita meluap. Ketidaksabaran kita merasuki kita. Rasa tak senang dan dendam membuat hati kita keras. Hati kita terluka oleh campur tangan orang lain. Jadinya kita tidak menerima orang tertentu, kejadian tetentu, bahkan diri kita sendiri. Kekecewaan menguasai sikap, pikiran dan tingkah laku kita.

Apakah tidak ada kehendak Tuhan yang tersembunyi di balik semua itu? Sehingga bila itu ditolak, jadinya kita menolak kehendak Allah?

Atau mungkin ada ketakutan, bila hal itu diterima, bisa membuat hidup tidak aktif dan membiarkan saja hal itu dipertahankan (mempertahankan status quo)? Tidak mungkin, bila manusia meemukan kehendak Allah, dalam situasi yang tia dia ingini, aktivitasnya terarah, bukan berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari Allah yang memang sedang menjalankan rencanaNya.

Di dalam doa,
Aku menjadi sadar akan penghalang buah sikap tidak menerima…
Kuamati penghalang itu satu demi satu
Dan secara sadar kuterima kehendak Allah terhadapnya
Kutarik kembali sikap mau mengadili
Kutarik kembali kesenanganku mengeritik
Kusadari jadinya bahwa aku tidak mungkin lagi mempengaruhi keadaan atau orang lain dengan paksa…
Kusadari bahwa kuasa kasih dan pengampunan, jalan penderitaan, penerimaan dan ucapan syukur, itu sajalah yang boleh mempengaruhi keadaan…
Aku menjadi mutlak masuk dalam kehendak Allah,
Dengan demikian aku menerima bimbingaNya,
Setapak demi setapak,
Melalui keadaan konkret sepanjang hidupku,
Hingga masuk ke dalam kerajaanNya…

Pilihlah ayat-ayat yang berhubungan dengan pokok di atas untuk lectio, meditatio, dan oratio. Dengan rahmat Allah, yang akhirnya menyadarkan kita bahwa penyerahan kita didorong oleh Dia, kita terbuka pada karya Allah, yang mendatangkan kebebasan bagi orang tertindas, orang miskin, orang buta, terluka, dan berduka. Dengan sendirinya kita, dalam kasih dan iman, masuk ke dalam karya Allah. Tidak ada lagi penghalang. Kita menjadi “kawan sekerjaNya.”

4. Menyesal dan Mohon Ampun

Dosa dan kesalahan kita sering menghalangi kita berdoa. Bila ini selalu disadaro, dan dosa selalu dibawakan kepada Kristus yang telah menebus dosa, maka pengampunan menjadi suatu kekuatan nyata dalam hidup kita. Kita digerakkan oleh pengampunan. Kita disadarkan, bahwa pengampunan membuat kita bebas berdoa.

Ada kalanya, di mana sebaiknya kita tidak terlalu merinci dosa, dan tidak membuat analisa. Jenisnya juga tidak perlu dipersoalkan, seperti dosa besar dan dosa kecil. Dosa tetap dosa. Sekecil apa pun dosa, tetap memisahkan kita dari Allah dan membuat kedamaian menjadi mustahil.

Rasakan dosa sebagai keseluruhan, bagaikan sebuah gumpalan. Sadarilah bahwa Andalah semuanya itu. Lalu berteriaklah terus-menerus dalam pribadimu yang paling dalam. Berteriaklah pada Allah, dan Allah sendirilah yang membuat kita menyadari dosa-dosa dan kelemahan kita.

Menyerahkan dosa kepada Allah malah membuat kita sadar, betapa Allah mengasihi kita, di dalam, melalui dan bersama Kristus.
Kuasa pengampunan, mengerakkan kita untuk mampu mengampuni. Kuasa pengampunan menjadi suatu kekuatan tersendiri karena darah Kristus. Dengan demikian, kita menjadi terbuka terhadap sesama, tanpa menyembunyikan apa pun.
Mata kita tercelik melihat Allah berkarya dalam derita, tingal bersama manusia yang tertindas, tersisih, buta, terluka, dan berduka…
Dan hati kita tidak mungkin diam lagi, tetapi terus berlari turut besertaNya di dalam kenyataan itu, di dalam karya itu. Pengampunan mendorong aktivitas kita, aktivitas bersama Allah.

5. Menerima Jawaban Allah

Allah selalu menjawab.
Ia tidak menolah orang yang datang dengan iman dan kasih
Perkataan “carilah, maka kamu akan menemukan” terjadi karena “Carilah, karena engkau telah lebih dahulu ditemukan”. Allah sudah mencari kita sebelum kita mencariNya. Ia menjawab, Ia berpaling kepadaku, Ia menguasai kehidupanku yang terdalam.
Aku berlindung aman daalam kehangatan kasihNya
Aku merasakan pandanganNya menatap aku dalam kasih…

Tertolonglah kita untuk bergerak dalam dunia.
Allah menjawab pertanyaan-pertanyaan kita tentang dunia ini.
Berarti dunia kita ini mampu kita pahami. Jelaslah langkah kita. Dan terlihatlah Allah ada bersama kita, dan Ia juga bergerak dan berkarya di tengah-tengah masyarakat yang menderita. Lalu kitapun mampu masuk sebagai kawan sekerjaNya di sana. Jawaban Allah memberikan kuasa untuk mewartakan, bergerak, mengabarkan Injil.
Kita tentu bisa menemukan nas Alkitab yang menolong kita memahami pokok di atas.

6. Tahap Mendoakan Sesama

Mengapa sesama harus kita doakan juga/
Kristus terus mendoakan kita,
agar iman kita tidak gugur.
Mungkin ini di luar kesadarn kita.
Bahkan sebenarnya kita tidak “ahli” dalam doa,
Semua doa tetap tidak sempurna.
Itulah sebabnya, Roh berdoa untuk kita dengan keluhan-keluhan yang tidak tedengar.

Kita meneladani itu,
Sebagai orang yang sudah mengalami bahwa Ia mendoakan kita,
Kita tidak mungkin diam,
Doa Yesus bagi kita dan Roh Kudus untuk kita, mendorong kita untuk bergerak pada sesama,
Tidak berpusat lagi pada diri kita…

Lalu dunia pun terbukalah bagi kita. Terlihatlah manusia dengan penderitaan dan luka-lukanya. Terlihatlah bahwa ternyata Allah sudah tinggal di situ, dan kita pun terpana, lalu tak terelak lagi, kita langsung ikut dalam karya itu, di tengah masyarakat yang terluka, terindas, tersisih.

7. Tahap Bersyukur dan Memuji

Apakah lagi yang keluar dari mulut orang yang berdoa, setelah mengalami semuanya itu, kecuali syukur dan pujian kepada Tuhan?
Dia tidak lagi mempertimbangkan suasana sakit atau senang, gembira atau duka, mudah atau sulit. Di situ Allah bergerak dan berkarya dengan rahmatNya. Jadinya syukur memenuhi setiap hati kita. Kuasa syukur mengantar kita ke dunia, menuju masyarakat yang terluka, tertindas dan tersisih.
(Disarikan dari James Borst, Latihan Doa Kontemplatif, (Yogyakarta: Kanisius, 1981)

1 comment:

  1. keren.. saya juga sedang berusaha belajar doa ini...

    ReplyDelete

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget