Thursday, April 17, 2008

HUBUNGAN EMOSI DENGAN KESEHATAN




90% penyakit yang biasa diderita oleh orang pada zaman sekarang ini,
ada kaitannya dengan gangguan emosional.
(Sejumlah dokter terkemuka)

Dalam pola hidup yang diwarnai oleh keadaan terburu-buru,
saat-saat menunggu menjadi sangat menyebalkan.
Tetapi dalam pola hidup sederhana, kita dapat melakukan sesuatu yang bermakna
pada masa menunggu lima atau tiga puluh menit.
(Jose Hobday)

Kesibukan, kebisingan, kemacetan, kepengapan dan sebagainya merupakan pemandangan dan pengalaman keseharian penduduk kota-kota dunia. Kenyataan kehidupan demikian, jika tidak dihadapi dengan iman dan emosi positif akan amat mudah menghanyutkan seseorang ke dalam depresi, kecemasan dan persoalan kehidupan lainnya. Namun, di balik kenyataan itu, saya percaya bahwa Tuhan tetap bekerja dan karena itu setiap pelayan dan orang percaya punya alasan yang lebih kuat untuk melakukan pelayanan dalam suasana sukacita sorgawi, hikmat dan kekuatan yang dari pada-Nya.

ADA APA DENGAN EMOSI?

Dalam percakapan keseharian kata ’emosi’ sering diidentikkan dengan ’marah’. Ungkapan seperti ’dia langsung emosi’ untuk mengatakan ’dia langsung marah’. Sebenarnya ’emosi’ tidak sama dengan ’marah’.

Sampai sekarang ada puluhan definisi ‘emosi’. Tetapi secara sederhana dapat disebut bahwa emosi merupakan reaksi menyeluruh terhadap orang, peristiwa atau kenyataan kehidupan baik yang menggembirakan atau menyenangkan maupun yang menyakitkan, yang menjengkelkan dan sebagainya. Ed Hindson secara sederhana merumuskannya sebagai berikut:

Emosi adalah berbagai perasaan yang ’menyulut’ reaksi kita terhadap tantangan-tantangan kehidupan. Emosi dapat membuat kita menggapai puncak kegembiraan atau menenggelamkan kita ke dalam keputusasaan yang mendalam. Kadang-kadang emosi kita melukai kita sendiri dan kadang-kadang bisa juga mengejutkan kita secara positif.

Emosi-emosi yang menyenangkan atau yang sering juga disebut emosi positif seperti gembira, penuh harapan, damai, kasih sayang, dan lain sebagainya tidak terlalu banyak memberikan rangsangan dan juga tidak terlalu sedikit, sehingga dapat menjaga keseimbangan yang membuat organ-organ tubuh berfungsi dengan baik. Sedangkan emosi-emosi yang tidak menyenangkan atau juga disebut emosi negatif seperti marah, cemas, gelisah, sedih, takut, benci, dendam, putus asa, dan lain sebagainya, memberikan rangsangan yang berlebihan pada berbagai organ tubuh, sehingga organ-organ tubuh tidak dapat berfungsi secara normal, daya tahan tubuh terhadap infeksi diperlemah, dan timbullah berbagai macam penyakit.

Florence Wedge dengan tepat mengatakan bahwa emosi yang tidak menyenangkan dapat menyebabkan banyak penyakit fisik yang kelihatannya benar-benar disebabkan oleh penyakit organik, seperti gangguan pada lambung, hati, usus, jantung, kulit dan otot. Emosi tersebut juga dapat menyebabkan rasa nyeri pada tulang, persendian, dan kepala. Maka tidak mengherankan, masih menurut Wedge, kalau sejumlah dokter terkemuka menyatakan bahwa 90% penyakit yang biasa diderita oleh orang pada zaman sekarang ini, ada kaitannya dengan gangguan emosional. Hal ini dapat dimengerti karena emosi yang kuat lebih melelahkan organisme tubuh daripada pekerjaan berat dari otot atau otak. Maka orang yang secara emosional stabil, tidak akan membiarkan masalah sepele menjadi besar.

Benar bahwa tidak ada alur tunggal yang selalu dimulai dari ’emosi negatif’ ke ’penyakit’. Ada kalanya penderitaan karena suatu penyakit (yang bukan akibat emosi negatif) menimbulkan emosi negatif bagi seseorang. Hal ini nampak dari banyak yang menderita sakit yang mudah tersinggung, gampang marah, sedih, putus asa dan sebagainya. Namun, karena keterbatasan ruang, tulisan ini dimaksudkan untuk menawarkan pentingnya memelihara dan mengembangkan emosi positif yang sekaligus menghalau kegalauan dan menghindari penyakit atau penderitaan yang bukan merupakan salib.

Perlu ditekankan bahwa emosi positif dan emosi negatif adalah merupakan pilihan kita. Artinya, kita sendiri yang memutuskan apakah kita mau memiliki emosi positif atau negatif, bukan orang lain. Kata-kata Wayne Dyer berikut ini dapat menjelaskannya dengan baik:

Saat seseorang memeras Anda, dengan cara tertentu menekan Anda, atau mengatakan sesuatu yang merendahkan atau mengkritik; dan dari dalam diri Anda keluar kemarahan, kebencian, kepahitan, ketegangan, depresi, atau kekhawatiran, itu karena inilah yang ada di dalam. Ironinya adalah bahwa Anda tidak dapat memberikan yang tidak Anda miliki karena Anda selalu memberikan apa yang Anda miliki.

Sehubungan dengan itu, berikut ini dapat disebut dua emosi positif (sukacita dan penuh harapan) untuk mengalahkan emosi negatif (depresi dan kecemasan).

SUKACITA MENGUSIR DEPRESI

Depresi merupakan salah satu dari berbagai jenis gangguan mood (suasana perasaan) yang mengakibatkan penderitaan dan disfungsi dalam menjalani kehidupan, menjalankan aktivitas sehari-hari, peran dalam keluarga dan masyarakat, hingga menurunkan derajat kesehatan fisik penderita.

Pada umumnya gejala utama depresi nampak dalam afek yang depresif, kehilangan minat/ kegembiraan dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Di samping itu, penderita depresi biasanya mengalami beberapa atau semua hal berikut:
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri (baik yang bersifat ’kredit’ dengan merokok, mengkonsumsi alkohol dan narkoba, maupun yang ’dibayar kontan dengan bunuh diri).
- Nafsu makan berkurang

Menurut Dharmayati Utoyo Lubis, penyebab depresi sedikitnya ada tiga. Pertama, faktor psikologis. Untuk para remaja hal ini disebabkan oleh perpisahan dan penolakan. Sedangkan untuk dewasa lebih banyak karena urusan pekerjaan dan tanggungan hidup. Kedua, faktor biologis atau faktor keturunan. Ketiga, ketidakseimbangan kimiawi dalam otak. (Dalam otak terdapat banyak sekali zat-zat kimiawi yang mempengaruhi emosi).

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi yang serta merta diikuti dengan perasaan putus asa, marah, benci, pahit, tertekan (kumpulan emosi negatif) berakar dari kecemasan ego dan sikap berkeras untuk mencapai standar eksternal. ”Ego akan jarang membiarkan Anda beristirahat, dan terus menuntut lebih karena takut Anda disebut gagal”

Sedihnya, orang yang ditimpa depresi tidak saja merusak dirinya tetapi biasanya merusak kehidupan orang lain juga, mulai dari sikap ketidakpeduliannya, kesinisannya, kemarahannya hingga kekerasan yang mungkin dilakukannya.

Biasanya, therapy untuk mereka yang dihinggapi depresi adalah: (1) Farmakoterapi, yakni pemberian obat-obatan yang di antaranya memulihkan ketidakseimbangan kimiawi penyebab depresi. (2) Psikoterapi, dengan berbagai jenisnya seperti: Cognitive Behavior Therapy, logotherapy, supportive psychoterapy; (3) Psikososial: informasi, edukasi keluarga, familytherapy, social support group; (4) Electro Convulsive Therapy (ECT).

Semua therapy di atas dilakukan oleh psikiater atau psikolog klinis dan yang berkompeten untuk itu. Bagi orang Kristen, therapy ini dapat diterima secara teologis. Perlu dihindari perasaan negatif seolah-olah hanya orang gila yang perlu ke psikiater, yang kelihatannya masih agak mengental dalam benak banyak orang sekarang ini. Hanya saja perlu dikenali psikiater dan psikolog dengan berbagai ’aliran’ sesuai dengan kebutuhan penderita. Misalnya, ada psikiater yang hanya mengandalkan obat penenang tanpa sungguh-sungguh mengenali permasalahan atau pergumulan si penderita. Ada pula yang menekankan pentingnya ’percakapan’ yang dilengkapi dengan obat-obatan dan sebagainya.

Dalam waktu yang sama, penderita depresi sebaiknya meminta pertolongan pelayan Tuhan yang diperlengkapi secara khusus untuk melakukan pendampingan pastoral. Berbagai kasus yang ditemukan, ada juga depresi yang diakibatkan oleh keterikatan pada okultisme (kuasa kegelapan) baik yang aktif (melakukan perdukunan untuk kekebalan, pelaris dagangan, supaya disegani untuk naik jabatan dan sebagainya) maupun yang ’pasif’ (misalnya, sewaktu kecil dibawa orangtuanya berobat kepada dukun). Untuk kasus-kasus seperti ini harus dilakukan pelepasan dari kuasa kegelapan.

Di samping pengobatan medis dan pelayanan pastoral, penderita depresi atau untuk menghindari depresi seseorang perlu melakukan meditasi secara teratur. Mengenai hal ini akan diuraikan secara singkat di bagian akhir tulisan ini.

PENGHARAPAN MENGUSIR KECEMASAN

Cemas adalah perasaan khawatir atau takut yang dirasakan terhadap sesuatu atau keadaan yang tidak jelas objeknya. Cemas sering disertai oleh tanda-tanda fisik akibat hiperaktivitas sistem saraf otonom, seperti: berkeringat dingin, ketegangan otot, jantung berdebar-debar, nafas pendek, mudah terkejut dan lain -lain.

Tanda-tanda gangguan cemas secara psikis antara lain adalah fobia (rasa takut berlebihan), panik, kekhawatiran terhadap berbagai hal, takut mati, merasa menderita sesuatu penyakit. Sedangkan tanda-tanda secara fisik antara lain adalah: gemetar, keringat dingin, nyeri dada, jantung berdebar-debar, gangguan pencernaan, pusing kepala dan sebagainya.

Kecemasan mempunyai potensi untuk mendominasi kehidupan. Alkitab berkata, “Kekhawatiran dalam hati membungkukkan orang” (Amsal 12:25). Mengapa orang yang cemas selalu letih? Energi untuk bekerja dan menikmati hidup terbuang percuma oleh rasa cemas. Terus menerus mempedulikan pelbagai masalah emosional yang tidak akan berakhir melemahkan tubuh. Pada waktu menanggapi kekhawatiran, tubuh bekerja keras –otot-otot menegang, denyut jantung bertambah cepat, dan perut sesak. Dalam kondisi sistem tubuh bekerja keras, efisiensi kerja otak berkurang dan pikiran yang menakutkan mengganggu konsentrasi.

Kecemasan tidak menguntungkan pula bagi penampilan lahiriah kita. Kerisauan mempercepat proses ketuaan, menggoreskan jejaknya di wajah. Di bawah beban tuntutan kecemasan, sifat-sifat kita pun terpengaruh. Kejengkelan dan ketegangan meliputi suasana, menyentuh siapa pun yang berhubungan dengan kita.

Teraphy untuk masalah kecemasan ini hendaknya juga mengikuti teraphy sebagaimana disebutkan dalam masalah depresi di atas. Hanya saja, perlu mendapat perhatian kita secara serius bahwa Tuhan sama sekali tidak menghendaki kita untuk hidup cemas. Yesus memperingatkan kita agar kehidupan kita jangan sampai dikuasai oleh rasa cemas: Jangan cemas akan hidupmu...dan jangan cemas akan tubuhmu...jangan cemas akan hari esok...” (bnd. Mat. 6:25).

Hal yang sama juga ditekankan oleh Rasul Paulus yang menegaskan, ”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Fil. 4:), atau seperti yang ditegaskan dalam Amsal Salomo, ”hati yang gembira adalah obat”.

Pengharapan di dalam Tuhan menghalau segala bentuk kecemasan dan kekuatiran. Yang penting adalah keterbukaan kita untuk senantiasa terhubung dengan Sang sumber sukacita kita, yaitu Tuhan sendiri. Ia telah memberi undangan istimewa kepada kita, ”Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu...” (Yoh 15:4). Hanya dengan demikianlah hidup ini tetap berada dalam sukacita dan sekaligus dapat mewujudkan keberadaannya sesuai dengan tugas panggilan kita masing-masing.

SIKAP RAMAH TERHADAP DIRI SENDIRI

Ada kesan bahwa pada umumnya budaya dan ajaran kekristenan lebih banyak menekankan keramahan kepada orang lain. Hal ini terdengar dari nasihat orangtua, khotbah di gereja, tulisan-tulisan kristiani dan sebagainya. Jarang sekali kita dengar nasihat untuk bersikap ramah terhadap diri sendiri.

Ramah terhadap diri sendiri bukanlah ungkapan ’cinta diri’, tetapi bagian dari ’mengasihi diri’. Bagi orang Kristen, ’mengasihi diri’ bukanlah sesuatu yang salah. Yang salah adalah self-pity (rasa kasihan terhadap diri sendiri), selfishness (pementingan diri sendiri). Allah sendiri mengasihi kita, karenanya kita harus mengasihi apa yang Tuhan kasihi.

Keramahan terhadap diri sendiri mewujud dalam sikap menerima diri dengan segala keberadaannya, mensyukuri apa yang Tuhan anugerahkan, mensyukuri apa yang Tuhan anugerahkan kepada orang lain. Secara negatif dapat dikatakan bahwa keramahan terhadap diri sendiri nampak dengan tidak memaksa diri, tidak cemburu pada keberhasilan orang, tidak memendam dendam dalam hati. Dengan kata lain, keramahan terhadap diri sendiri juga berkaitan dengan menerapkan emosi positif dan menghindari emosi negatif. Hal-hal demikian amat menentukan dalam kesehatan fisik seseorang.

Benar bahwa kesehatan bukanlah segalanya. Rasul Paulus sendiri menderita suatu penyakit yang menurutnya sudah berulangkali dia mohon supaya Tuhan mengambilnya, tetapi ternyata Tuhan berkata lain. Namun, kita tidak perlu menanggung penderitaan atau penyakit yang bukan salib. Itu sebabnya, sebagai orang Kristen kita terpanggil sedapat mungkin merawat kesehatan seirama dengan Tuhan yang merawat dan memelihara tubuh kita juga.

Sehubungan dengan itu, kepanjangan kata SEHAT berikut ini kiranya dapat menolong kita mengingat hal-hal yang perlu kita hidupi:

S = Saat Teduh (Serahkan diri pada Tuhan)
E = Enyahkan asap rokok (aktif atau pasif).
H = Hindari stress.
A = Awasi tekanan darah.
T = Tetap dan teratur berolahraga.

1. Saat Teduh

Saat-saat hening di hadapan Tuhan merupakan kebutuhan kita yang sangat mendasar. Kita ditolong oleh Tuhan melihat kehidupan ini dari sudut Tuhan sendiri. Doa dalam hal ini tidak sekadar daftar permohonan, tetapi benar-benar menyadari dan mengimani kehadiran Tuhan serta penyertaanNya masih sedang berlangsung. Ini juga mengasah kepekaan untuk melihat dengan jernih karya Tuhan melalui orang lain dan kejadian sehari-hari. Kejernihan pikiran, kebeningan hati, dan gerak hidup yang bermakna dapat mengalir dari keheningan perjumpaan dengan Tuhan dalam meditasi.

Kita membutuhkan kedamaian yang murni. Yesus sendiri mengetahui yang terbaik bagi kita sehingga ia menganugerahkan damaiNya kepada kita. Ia menjamin, “damai sejahtera Kutinggalkan bagimu”. (Yoh 14:27). Akan tetapi, pemberian yang berharga itu hanya berlaku ketika kita menyambutnya. Sekali lagi, Dyer mengungkapkannya dengan amat mengesankan:

Perasaan kedamaian batin Anda bergantung pada menghabiskan sejumlah energi hidup Anda dalam keheningan untuk mengisi ulang baterai Anda, menyingkirkan ketegangan dan kekhawatiran, berkenalan kembali dengan sukacita mengenal Tuhan, dan merasa lebih dekat dengan semua manusia.

2. Enyahkan Asap Rokok (aktif atau pasif)

Rokok merupakan salah satu pembunuh terbesar di dunia. Memang, dari segi ekonomi industri rokok merupakan salah satu penyangga pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Indonesia, misalnya, mendapat devisa sekitar 10 triliun dari industri dan perdagangan rokok setiap tahun. Rokok adalah devisa bagi pemerintah tetapi menyisakan penyakit berbisa bagi masyarkat.

Mengapa justru di negara miskin seperti Indonesia jumlah perokok jauh lebih banyak dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika dan Singapura? Untuk menjawab pertanyaan ini masih dibutuhkan pengkajian lebih lanjut. Tetapi barangkali ada baiknya negara kita mempertimbangakn kebijakan Singapore yang mencantumkan foto-foto penyakit ‘menyeramkan’ akibat rokok pada kemasan rokok sebagai wahana memberi pemahaman yang lebih konkret kepada para perokok. Sebab, alangkah bijaksananya kalau uang yang Tuhan anugerahkan itu kita gunakan untuk hal-hal yang menopang kehidupan bukan untuk ’membeli penyakit bahkan kematian’.

3. Hindari Stress

Mengapa orang stress? Jawabannya bisa beragam. Saya dibesarkan di lingkungan pedesaan yang secara ekonomi sangat miskin. Saya mengamati para pekerja keras dengan makanan seadanya seperti ikan asin bakar, nasi dan sayur daun singkong. Tetapi mereka dapat dengan mudah tidur terlelap di bawah pohon tanpa kasur dan bantal empuk. Sekarang ini saya tahu tidak sedikit orang kota yang menu makanannya amat beragam yang dihidangkan di meja makan yang mahal serta memiliki tempat tidur spring bed berharga puluhan juta, tetapi sangat sulit tidur (kecuali kalau duduk dalam kebaktian di gereja!). Apa yang terjadi? Banyak orang stress, bukan karena tidak memiliki kecukupan, tetapi terlalu fokus pada apa yang belum dia miliki. Orang terlalu perduli dengan sukses ukuran dunia, haus akan harta dan tahta. Akibatnya, ’persaingan’ digunakan sebagai kendaraan meraih sukses tanpa menyadari bahwa dengan kendaraan seperti itu amat rawan akan kecelakaan atau sedikitnya ketegangan atau stress.

Rasul Paulus sudah mengingatkan agar orang percaya tidak memikirkan hal-hal yang di luar kemampuannya. Bahkan, Yesus sendiri dengan amat jelas dan tegas menekankan pentingnya ’rasa cukup’ sebagaimana tercermin dalam ’Doa Bapa Kami’ dan dalam amanatnya untuk tidak kuatir. Ketika seseorang sungguh-sungguh menerima diri sendiri sebagai yang berharga di hadapan Tuhan, menerima keberadaan yang tidak dapat diubah, mematahkan mata rantai beban masa lalunya, maka ia akan sungguh-sungguh merdeka. Hidup tanpa beban yang tidak perlu! Ini dapat terwujud ketika seseoang lebih banyak memikirkan apa yang Tuhan sudah perbuat bukan pada apa yang belum dimiliki.

Pernyataan di atas sama sekali tidak berarti mengharamkan kekayaan atau jabatan. Kekayaan dan jabatan sah-sah saja sejauh datangnya dan penggunaannya selalu terhubung dengan Tuhan. Dengan demikian seseorang akan terhindar dari apa yang Gede Prama prihatinkan, ”berhasil kaya gagal bahagia” yang menghinggapi banyak manusia pada zaman ini.

4. Awasi Tekanan Darah

Untuk menjaga kesehatan dan kebugaran kita perlu melakukan medical check up secara teratur. Hal ini sekaligus mengingatkan perlunya menerapkan ’pola makan’ sehat dengan mengkonsumsi cukup kalori, sayur, buah-buahan dan air murni dan sedapat mungkin menghindari makanan dan minuman instan yang menggunakan zat pengawet dan pewarna. Kebiasaan pola makan khas Batak yang melahap sangsang B1dan B2 –cincang daging babi dan anjing-- (dan di berbagai tempat kucing, tikus dan ular juga sudah menjadi korban!) tanpa diimbangi dengan sayur dan buah-buahan tidaklah pro-kesehatan.

5. Tetap dan Teratur Berolahraga.

Untuk melakukannya, kita tidak harus masuk ke club mewah seperti yang tersedia di kota-kota. Tuhan menyediakan alam yang segar (yang perlu tetap dipelihara) di mana kita dapat berjalan kaki setengah jam setiap hari (jangan hanya 20 menit, karena itu hanya akan menambah selera makan dan pengantar tidur!). Olahraga juga tidak bisa ’dirappel’ berjalan kaki satu hari sekaligus dalam satu bulan. Bagi para petani dan pekerja fisik sehari-hari, olahraga sudah termasuk di dalamnya (saran dokter juga dibutuhkan olahraga mana yang tepat bagi seseorang). Yang jelas, aktivitas di sekitar rumah seperti memelihara tanaman di pekarangan, merapikan rumah juga termasuk olah raga yang sah lagi murah meriah. Ia berfungsi ganda: olah raga dan wahana untuk ramah terhadap diri sendiri.

Selamat menikmati hidup bahagia, bugar dan bermakna di dalam Tuhan!

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget