Sunday, February 28, 2010

'GERAKAN DALAM' DAN 'GERAKAN LUAR'

REFLEKSI SENIN KE-9
01 Maret 2010


Amatilah kehidupan Anda sejenak. Ada dua ‘gerakan’—yakni: gerakan dalam dan gerakan luar-- yang mempengaruhi bagaimana Anda mengambil keputusan, bagaimana berkata-kata, bereaksi, bertindak dan termasuk bagaimana Anda berhubungan dengan Allah, orang lain dan alam ciptaan Tuhan. Orang-orang yang memperhatikan gerakan-gerakan ini dengan baik akan lebih mampu memahami apa yang terjadi dalam hidup mereka.

Bagi Joan Mueller ‘gerakan luar’ mencakup fakta-fakta kejadian sehari-hari, keadaan keuangan, pendapat umum, kesehatan, kesempatan, jenjang pendidikan, deadline tugas, suhu politik, dan sebagainya. Sedangkan ‘gerakan dalam’ antara lain suasana hati, kecenderungan, keinginan, perasaan, yang memikat hati dan sebagainya. Kedua gerakan ini mempengaruhi orang-orang dalam hubungan mereka dengan Tuhan, orang lain dan alam milik Tuhan.

Untuk lebih praktis dan memudahkan, di sini digambarkan dua contoh untuk melihat bagaimana ‘gerakan luar’ dan ‘gerakan dalam’ itu bertemu.

Contoh 1: Fakta - orang sombong
Misalkan kita menyikapi fakta orang sombong. Sedikitnya ada 3 sikap yang berbeda menghadapi seorang yang sombong. (1) Jika orang yang rendah hati berhadapan dengan orang sombong, mungkin tidak terlalu banyak menmbulkan masalah. Yang rendah hati lebih sabar dan lebih toleran. Komunikasi bisa berjalan relatif lebih mulus. Hal ini memang tidak menjadi jaminan bisa mengubah yang sombong menjadi rendah hati, khususnya kalau yang rendah hati sama sekali tidak menyinggung masalah kesombongan mitra bicaranya. Kemungkinan terjadinya perubahan orang sombong menjadi rendah hati dalam hubungannya dengan seorang rendah hati adalah jika yang rendah hati dengan caranya yang bersahabat mengingatkan yang sombong. Atau, yang sombong itu sendiri tergerak hatinya meneladani yang rendah hati. (2) Orang yang ‘rendah diri’ berhadapan dengan orang sombong. Perjumpaan seperti ini amat rawan terhadap pertentangan hingga permusuhan. Dalam bidang matematika, negatif dikali negatif memang menjadi positif. Tetapi ‘rendah diri’ (negatif) berhadap dengan ‘kesombongan’ (negatif) menimbulkan negatif ganda. Pembicaraan mereka tidak ‘nyambung’. (3) Lain lagi jika orang sombong dengan orang sombong berhadapan. Keduanya negatif. Perjumpaan mereka bisa seperti api yang menghanguskan bereka berdua. Mereka sama-sama saling menaikkantingkat kesombongannya dan sama-sama jatuh berkeping-keping dan terbakar pula. Tetapi, celakanya, bisa kekuatan mereka berdua menghanguskan orang lain, jika mereka menjadi satu tim yang kompak dan menyatu. Kekuatan mereka menjadi api raksasa menghancurkan orang lain. Mudah-mudahan tidak akan ada “Persekutuan Orang-orang Sombong Sedunia” --suhu panas sekarang saja sudah tidak tertahankan.

Jadi, untuk lebih praktisnya, jika kita melihat seorang sombong (gerakan luar), pertama harus kita lihat ke dalam: apakah kita seorang rendah hati, rendah diri, atau sombong. Reaksi kita akan ditentukan oleh keadaan kita (gerakan dalam).

Contoh 2: Kejadian dan opini tentang kasus pelecehan seksual.

Hal yang sama bisa kita terapkan juga dalam menyikapi suatu pergerakan penegakan hak asasi manusia. Misalnya, pergerakan yang memperjuangkan pembelaan terhadap korban pelecehan seksual dan penerapan hukuman kepada pelakunya. Tidak ada keragukan bahwa pelecehan seksual itu adalah tindakan tidak berperikemanusiaan, tindakan amoral, harus dihapuskan, harus dicegah. Korban-korban harus dilindungi, harus ditolong, harus dibela. Itu satu hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar-tawar. Satu hal lain, adalah yang memperjuangkan pembelaan korban dan penghukuman pelaku. Di antara berbagai kemungkinan adalah: (1) Gerakan dari mereka yang bebas dari kesalahan yang sama: tidak pernah melakukan pelecehan seksual. Bahkan bebas dari kesalahan-kesalahan lain: mereka tidak pemabuk, tidak penjudi, tidak perusak lingkungan, tidak pemarah, tidak pembunuh, tidak pencuri dan pelaku korupsi, selalu berbuat baik kepada semua orang, dan beriman teguh kepada Tuhan. Jika demikian, gerakan penghapusan pelecehan seksual akan jauh lebih baik, apakah dilakukan secara bersama dan terang-terangan maupun melalui pendekatan pribadi tanpa media massa. (2) Gerakan dari orang-orang yang terbebas dari pelecehan seksual, tetapi terjatuh dalam keburukan lain, mulai dari yang amat halus hingga yang sangat kasat mata dan berat: pencemburu, pemarah, haus popularitas, sok bersih, punya agenda dalam pemilihan jabatan tertentu, menggunakan pergerakan sebagai mata pencaharian. Gerakan seperti ini bisa mengubah orang lain (artinya kasus pelecehaan diselesaikan) tetapi tidak mengubah diri mereka. Malah, gerakan seperti dapat masuk dalam kategori kemunafikan. Sebab, tidak lebih besar dosa pelaku pelecehan seksual dengan kesombongan, iri hati, amarah dan sebagainya. (3) Gerakan yang dilakukan oleh para pelaku pelecehan seksual. Tidak banyak yang dapat diharapkan dari gerakan mereka. Kemungkinan besar, mereka akan melindungi pelakunya.

Jadi, sekali lagi, sikap, reaksi, kata-kata, tindakan kita dalam setiap peristiwa atau kejadian atau berhadapan dengan orang lain (gerakan luar) sangat ditentukan ‘gerakan dalam’ diri kita.

Apa yang kita butuhkan adalah: membiarkan ‘gerakan dalam’ ini bersumber dari Roh Tuhan. Hati kita adalah ciptaan dan milik Tuhan. Pergerakannya juga mestinya dari Dia. Maka sebelum bersikap, berkata-kata, bertindak, bergabung dalam sebuah pergerakan (merespon gerakan luar) kita harus memeriksa hati. Mueller menegaskan, “membuat keputusan ketika seseorang sedang gundah, depresi, kurang iman, harapan dan kasih merupakan tindakan tidak bijaksana”. Mengapa? Karena perasaan gundah, depresi, tanpa kasih adalah tanda-tanda tidak bekerjanya Roh Kudus dalam hidup kita. Dan motivasi dan buah dari perjuangan yang lahir dari hal-hal negatif ini tidak mendatangkan keadilan dan damai sejahtera.

Saatnya kita relakan hati dan hidup kita dimurnikan, diisi dan dipimpin oleh Roh Tuhan, sehingga kehidupan kita, yang mencakup suasana hati, sikap, kata-kata dan perilaku kita, membuahkan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kebaikan, kemurahan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget