Saturday, February 20, 2010

GURU SEKOLAH MINGGU PENUH WAKTU

Bicara tentang anggapan perlunya pelayanan kepada anak-anak Sekolah Minggu dan langkah-langkah konret yang ditempuh oleh jemaat-jemaat dapat terlihat dari ‘percakapan’ berikut:

Majelis Jemaat: Pelayanan terhadap anak-anak Sekolah Minggu, harus diprioritaskan. Bukan yang sampingan dalam pelayanaan.
Warga jemaat: Setujuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!
Majelis Jemaat: Terima kasih. Terima kasih.
Warga Jemaat: “Anggaran untuk pelayanan anak-anak sekolah Minggu harus ditingkatkan menjadi 30% dari total anggaran tahunan”
Majelis Jemaat: Tunggu dulu……. sabar, sabar. Tahun ini kita banyak pengeluaran: akan ada retreat, kunjungan jemaat, pemasangan AC baru, untuk sewa rumah dan pengeluaran rutin gembala jemaat.
Warga Jemaat: Kualitas guru-guru sekolah Minggu harus terus ditingkatkan.
Majelis Jemaat: Setujuuuuuuuuuuuuuuuuuu!
Sekolah Minggu: Kami butuh guru sekolah Minggu yang penuh waktu, yang disekolahkan secara khusus, yang bertumbuh dalam iman dan mengasihi kami anak-anak.
Majelis Gereja + Warga Jemaat: Ssssssssssssssssssstttt, anak-anak jangan ‘berisik’, ini urusan orang tua!

Gereja-gereja kita aneh. Tak ada masalah soal kesepahaman dalam prioritas pelayanan anak-anak Sekolah Minggu. Tidak ada perdebatan soal pentingnya kualitas guru-guru sekolah Minggu. Sama sekali tidak ada keraguan bahwa pendidikan anak-anak Sekolah Minggu sekarang amat menentukan kualitas kekristenan mereka di masa depan. Tetapi, ketika tiba pada upaya konkrit, ada yang diam, ada yang berpikir panjang, ada menolak dengan tegas.

Jika gereja sungguh-sungguh memberi perhatian pada pelayanan anak-anak SM, maka sebagian besar jemaat (yang memiliki warga 200 KK ke atas, misalnya), sudah seharusnya memiliki guru sekolah Minggu penuh waktu. Bagaimana caranya?

1. Untuk sementara ini, para lulusan S1 Pendidikan Agama Kristen (PAK) dapat dipersiapkan secara khusus. Misalnya, kursus selama 6 bulan mendalami metodologi pendidikan anak.

2. Untuk jangka panjang dan dilakukan secara kontinu, membuka salah satu jurusan di STT khusus untuk guru-guru sekolah Minggu. Entash D3, atau apa pun nama dan programnya. Mungkin selama 3 tahun perkuliahan sebagaimana layaknya kuliah-kuliah di STT dan 1 tahun khusus mendalami metode pengajaran Sekolah Minggu dan pendampingan pastoral kepada anak-anak. Mereka ditahbiskan menjadi guru sekolah Minggu dan ditempatkan sebagai pelayan penuh waktu.

3. Untuk gereja-gereja partner UEM, bisa juga di antara para pendeta atau bibelvrouw, yang memiliki talenta khusus untuk mendampingi dan mengajar anak-anak, dipersiapkan secara khusus melalui sebuah pelatihan. Mungkin masalahnya adalah: mereka tetap melakukan pelayanan lainnya, tidak fokus sepenuhnya pada pelayanan anak-anak. Tetapi, hal ini bisa diatasi kalau ada saling pengertian dalam sebuah jemaat.

4. Tugas mereka adalah mengajar sekolah Minggu, memperlengkapi guru-guru sekolah Minggu yang tidak penuh waktu, memberi mimbingan pastoral kepada anak-anak sekolah Minggu.

5. Mungkin jemaat-jemaat yang di kota bisa memulainya.


Jika demikian, percakapan akan berubah menjadi begini:

Sekolah Minggu: “Kami butuh guru sekolah Minggu yang penuh waktu, yang disekolahkan secara khusus, yang menolong kami bertumbuh dalam iman dan mengasihi kami anak-anak!”

Majelis Gereja + Warga Jemaat: “Benar, benar, anak-anak. Kita akan mulai!”

----------
Kepada jutaan guru-guru sekolah Minggu sukarela di seluruh dunia, terima kasih atas atas dedikasi Anda semua. Kiranya Tuhan mencurahkan berkatnya melimpah dalam hidup Anda semuanya.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget