Sunday, November 22, 2009

MASALAH TANPA BERUJUNG MUSIBAH

REFLEKSI SENIN KE-47
23 Nopember 2009


Seorang penjaga gawang sepakbola Jerman beberapa hari lalu bunuh diri. Media Singapura juga memberitakan seorang ayah yang tega membunuh dua anaknya sebelum ia bunuh diri dengan menerjunkan diri dari lantai 12 apartemennya. Mengapa? Jawabannya: mereka punya ‘masalah’.

Sebenarnya, penyakit, penderitaan, kegagalan mendapat keinginan, penolakan orang lain, dan sebagainya yang biasanya kita sebuat dengan ‘masalah kehidupan’ tidak akan pernah lepas dari kehidupan di dunia ini. Hal ini di satu segi karena kita punya kelemahan dan keterbatanan. Di segi lain, Yesus sendiri tidak pernah menjanjikan jalan hidup yang selalu lurus dan mulus saja. Yang Yesus janjikan adalah ‘penyertaan-Nya’ setiap saat. Itu sebabnya kebenaran ini perlu kita pegang: “Jangan minta supaya laut tidak bergelombang, tetapi mintalah agar Tuhan menyertai kita dalam mengarunginya”.

Dalam hal ini kita dapat menyikapi ‘masalah dalam’ dan ‘masalah luar’ dalam hubungan dengan Tuhan.

Masalah dalam

Masalah terbesar dalam diri kita adalah ‘keinginan untuk lebih’: lebih kaya, lebih ganteng/ cantik, lebih populer, lebih dari orang rata-rata dan sebagainya. Untuk mencapai keinginan-keinginan seperti itu kita tergoda bahkan terjatuh ‘memanafaatkan orang lain’ bahkan memanfaatkan Tuhan. Jika suatu keinginan terpenuhi, mungkin ia dapat member kelegaan sementara yang pada gilirannya akan menciptakan kehausan baru. Jika keinginan tidak terpenuhi, kita kecewa, murung, serba negatif, bersikap pahit atau sinis, mempersalahkan, stress bahkan depresi. Jika hal ini tidak ditangani dengan iman, maka ia bisa berujung pada musibah pada diri sendiri bahkana orang lain.

Untuk menghadapi kenyataan demikian, saya teringat pada dua nasihat bernas sebagai berikut:

Anda ada di sini bukan secara kebetulan, melainkan karena rencana dan pilihan Allah.
Tangan-Nya membentuk Anda dan meciptakan Anda sebagai pribadi sebagaiamana Anda ada.
Ia tidak membandingkan Anda dengan siapa pun. Anda unik.
Anda tidak kekurangan apa pun, yang anugerahNya tidak dapat memberikannya kepada Anda.
Allah mengijinkan Anda berada di sini, dalam perjalanan sejarah yang ada di tangan-Nya untuk mewujudkan rencanaNya kepada generasi sekarang
(Roy Lessin).

Setiap kali kita mencoba untuk menghindari atau melarikan diri dari kesulitan hidup, kita mengambil jalan pintas sebuah proses, menunda pertumbuhan kita, dan akan berakhir dengan kepedihan yang lebih buruk. Bila Anda memahami konsekuensi dari pengembangan karakter Anda, Anda akan berdoa lebih sedikit dengan doa "comfort me" (tolong aku merasa baik) dan lebih banyak doa “conform me" (pakailah masalah ini untuk membuat saya semakin serupa dengan Engkau) (Rick Warren).

Kadang-kadang kita merasa terlalu lama mengetuk pintu dan seolah Allah tidak membuka pintu. Kita tidak menyadari bahwa kita berada di dalam rumah, di hadapan Allah. Sering terjadi bahwa kita menganggap bahwa ‘pintu’ rahmat Allah yang tertup, padahal justru pintu hati kitalah yang tertutup karena terganjal oleh keinginan kita. Kita menginginkan itu, tetapi yang terjadi adalah ini. Jika kita hidup di hadapan Allah, maka kehendak-Nya menjadi kehendak kita. Kita dapat menempatkan keinginan kita di hadapanNya agar kita dapat melihat mana di antara keinginan itu yang benar-benar kebutuhan untuk selanjutnya kita perjuangkan mengandalkan pertolongan-Nya.

Selanjutnya, di samping kita dapat melampaui masalah yang kita hadapi, kita dapat menolong orang lain yang sedang dalam masalah kehidupan. Dalam hal ini kita perlu memegang nasihat P.T. Forsyth: “Anda harus hidup bersama dengan orang untuk memahami persoalan hidupnya, dan hidup di dalam Tuhan untuk dapat menyelesaikanya”

Masalah luar

Kemarin, sebuah ferry tenggelam dalam perjalanan Batam-Dumai, yang menelan korban jiwa. Musibah ini terjadi karena perpaduan dua masalah: masalah luar (tinggi gelombang sekitar enam meter) dan ‘masalah dalam’: jumlah penumpang lebih banyak dari kapasitas kapal dan tidak semuanya terdaftar (suatu masalah kronis dalam perhubungan Indonesia).

Sampai saat ini kita tidak punya ‘kuasa’ untuk mengurangi ketinggian gelombang dari 6 meter menjadi 1 meter agar perjalanan ferry mulus. Tetapi, pola hidup manusia sebenarnya bisa mengurangi tingkat bencana alam. Sebab, banyak ketidakteraturan cuaca saat ini terjadi karena pemanasan global; dan pemanasan global terjadi karena ulah manusia yang mengekploitasi dan merusak alam ini dengan penebangan hutan, polusi kendaraan dan industri, konsumsi berlebihan dan lain-lain.

Mungkin kita sedang mengamban tanggung jawab untuk kesejahteraan dan keselamatan orang lain karena kita bekerja di bidang pengangkutan darat, laut, atau udara. Mungkin kita bekerja dalam lingkungan produksi makanan, pedagang, di rumah sakit dan di mana pun. Di situlah Tuhan memakai kita untuk kebaikan orang lain, bukan menambah masalah apalagi membuat musibah.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget