Saturday, August 8, 2009

MENJUAL 'HARI'



REFLEKSI MINGGU KE-32
09 Agustus 2009


Penetapan suatu hari tertentu sebagai perayaan khusus untuk kelompok usia, status, profesi atau peristiwa penting semakin bertambah. Ada Children’s Day, Youth’s Day, Mother’s Day, Father’s Day, Parents’ Day (bahkan ada pula yang memulai ‘Single Parent Day’). Yang mungkin segera dimasyarakatkan adalah ‘Granpa and Grandma’ Day (Ompung’s Day dalam bahasa Batak!). Kita juga mengenal Valentine Day,Teacher Day, Labour Day dan mungkin akan masih bertambah lagi.
.
Tanpa mengabaikan nilai-nilai luhur di dalam setiap hari khusus tersebut, yang kiranya perlu dihindari adalah kecenderungannya yang sarat dengan --karena beberapa di antaranya juga lahir demi—konsumerisme. “Konsumerisme telah merasuki hari-hari peringatan khusus,” demikian kesimpulan Stearns setelah meniliknya dari kaca mata sejarah.
.
Sengat konsumerisme ini tidak saja meracuni hari-hari khusus yang bersifat profan, tapi juga merasuk dan merusak lingkup keagamaan. Beberapa di antaranya dapat disebut di sini:
  • Hadiah Natal sudah mulai pada 1830 di Amerika Serikat dan masih marak hingga saat ini. Natal di Amerika sendiri dan kota-kota besar di dunia bukan terutama berhubungan dengan gereja melainkan lebih banyak di mall atau pusat-pusat perbelanjaan, restoran dan tempat-tempat hiburan.
  • Kartu komersial untuk Valentine Day diperkenalkan di Inggris pada tahun 1855. Sekarang ini sudah mewabah ke hampir semua negara, walaupun kebanyakan orang tidak memahami maknanya.
  • Perayaan ulang tahun dengan hadiah-hadiah merupakan inovasi lain dari dunia konsumerisme, yang hingga saat ini tetap berlangsung.
  • Sesudah tahun 1900 hari-hari libur mulai diciptakan yang juga bertujuan konsumeris, walaupun dilabeli dengan nilai-nilai keluarga. Mother’s day misalnya, diproklamirkan secara resmi di Amerika Serikat pada 1914, yang akhirnya lebih merupakan alat konsumerisme ketimbang penghargaan dan penghormatan kepada kaum ibu.

Melihat kenyataan ‘penyelewengan’ hari-hari khusus tersebut menjadi ajang penyubur konsumerisme, muncullah apa yang disebut dengan ‘Buy Nothing Day’ sebagai protes terhadap konsumerisme yang dirayakan dimulai di Canada dan sekarang ‘dirayakan’ juga di Amerika setiap Jumat sesudah ‘Thanksgiving’, yang tahun ini jatuh pada 27 Nopember. Para ekologis mengkampanyekan pelaksanaan ‘Buy Nothing Day’ kepada seluruh umat manusia demi lestarinya bumi ini.

Yang paling penting dalam hal ini adalah:

Pertama, perubahan hidup dan komitmen kita menghargai semua dan setiap manusia: anak-anak, remaja, pemuda, ayah, ibu, orangtua, kakek-nenek, guru, pekerja dan sebagainya “setiap hari”, bukan terutama dengan pemberian hadiah kecil sekali setahun. Apalagi hadiah yang kita berikan bukan ‘kebutuhan’ mereka. Pemberian kita sia-sia, padahal setiap barang yang kita beli mempunyai konsekuensi langsung dengan kelestarian alam.

Kedua, ‘buy nothing day’ baik, tapi tidak cukup. Apalagi, kalau sebelum dan sesudah ‘buy nothing day’ orang-orang menumpuk. Yang terpenting adalah: beli kebutuhan (bukan karena ingin), beli sesuai kemampuan, dan beli kepada orang lain yang tidak mampu membeli kebutuhan.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget