MEMENANGKAN UJIAN HIDUP
Ketika badai kehidupan silih berganti kita saksikan terjadi pada orang lain atau justru menerpa diri kita sendiri, tidak jarang kita bertanya dalam hati, “mengapa semua ini terjadi?” Apalagi, kita tidak menemukan sesuatu dalam diri kita, seperti kesalahan atau kelalaian kita, yang membuat kita menanggung derita. Kita semakin bingung ketika kita menyaksikan orang-orang jahat justru sehat-sehat saja bahkan kian 'makmur'. Kita pun tergoda untuk terus bertanya setengah menggugat, “mengapa bukan pendosa dan hidup penuh noda itu saja yang porak poranda?” Jika pikiran dan hati kita tidak jernih menilai setiap peristiwa kehidupan, kita bisa saja terjerumus pada kesimpulan keliru seolah Allah tidak adil atau tidak peduli dengan keadaan kita. ..Akan tetapi, dari firman Tuhan sebagaimana dapat kita baca dalam Yakobus 1:2-8, kita disegarkan kembali untuk memaknai persoalan atau pergumulan hidup dengan iman. Dikatakan di situ bahwa “berbagai-bagai pencobaan” ada yang merupakan ujian terhadap iman kita yang akan menghasilkan ketekunan. Ada baiknya kita perhatikan secara khusus kata “ujian” dan “ketekunan”. Di sekolah, semua siswa yang akan naik ke kelas yang lebih tinggi selalu menghadapi ujian. Jadi, ujian-ujian yang kita hadapi dalam kehidupan ini, hendaknya mendorong kita untuk kian tekun dalam doa, penyerahan diri dan ketekunan berkarya mulia. Untuk memurnikan emas, ia mesti dibakar. Sehubungan dengan itu, dalam 1 Korintus 10:13 dikatakan:
.
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
Belajar dari firman Tuhan ini, kita hendaknya lebih memusatkan perhatian kepada Tuhan dan kekuatan yang Ia berikan kepada kita, bukan terutama pada pencobaan-pencobaan yang kita hadapi, seberat apa pun itu. Sebab, kuasa Allah jauh lebih besar dibandingkan dengan semua beban hidup kita.
Dalam firman Tuhan sebagaimana dalam Yakobus 1 ini juga dinasihatkan agar kita meminta hikmat dari Tuhan. Ayat 5 berkata: “Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati...” Hikmat tidak bisa kita hasilkan dari diri kita sendiri. Tidak bisa disekolahkan dan tidak bisa dibeli. Hikmat adalah pemberian Tuhan. Dengan hikmat yang dari Tuhan, kita tidak akan terombang-ambing dalam menghadapi segala sesuatu dalam hidup ini. Sebab hidup yang terombang-ambing atau ‘mendua hati’ (ayat 8) tidak akan pernah tenang dalam hidup. Tetapi dengan hikmat yang dari Tuhan, kita dapat menemukan hikmah dari peristiwa kehidupan yang kita alami.
Dengan memahami dan menerima firman Tuhan ini, kita pun akan dapat menyanyikan Kidung Jemaat 439 dengan penuh keyakinan dan sukacita:
Bila topan k’ras melanda hidupmu, bila putus asa dan letih lesu,
Berkat Tuhan satu-satu hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasihNya...
Adakah beban membuat kau penat, salib yang kaupikul menekan berat?
Hitunglah berkatNya, pasti kau lega dan bernyanyi t’rus penuh bahagia....
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.