Monday, January 19, 2009

RENUNGAN SENIN - MINGGU IV 2009: 19/01

HUBUNGAN KEHIDUPAN BERGEREJA DAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Berbicara tentang hubungan kehidupan bergereja dengan kehidupan sehari-hari, sedikitnya ada lima kelompok orang:

(1) Orang yang tidak perduli terhadap kehidupan bergereja (tidak hadir dalam ibadah Minggu dan PA, tidak mau membaca Alkitab dan berdoa) dan hidupnya sehari-hari pun penuh dengan kebiasaan buruk bahkan tidak bermoral.
(2) Orang yang rajin ke gereja, tidak pernah absen di perkumpulan PA, berdoa setiap kali mau makan, tetapi seolah-olah tidak ada pengaruhnya yang nyata terhadap kehidupan sehari-hari. Karakter buruk tetap melekat, seperti suka marah bahkan berang, memendam dendam, melakukan korupsi, pergi kepada dukun dan lain-lain.
(3) Tidak rajin ke gereja dan tidak banyak tahu tentang isi Alkitab, tetapi dalam hidup sehari-hari ia hidup baik, jujur, ramah, bekerja dengan sungguh-sungguh, suka menolong sesama manusia.
(4) Sesekali pergi ke gereja dan hidup biasa-biasa saja, tidak terlalu jahat dan tidak baik sekali. Sungkan menghujat Allah tetapi kehidupannya tidak sepenuhnya berpadanan dengan kehendak Tuhan. Tidak mau mengganggu orang lain, tetapi juga tidak bersedia menolong sesama.
(5) Rajin dan terlibat aktif dalam seluruh kehidupan bergereja, baik dalam ibadah pribadi maupun bersama-sama dan itu juga terpancar dalam hidupnya sehari-hari dalam berbagai perbuatan baik.

Kita boleh melihat di kelompok mana kita dan keluarga kita masing-masing berada. Yang ideal memang adalah nomor 5 ini.

Ibrani 10:24 berbicara tentang hubungan iman dan ibadah dengan kehidupan keseharian: “Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik”. Ayat ini mesti dilihat sebagai satu kesatuan mulai dari ayat 19 yang menegaskan bahwa Yesus Kristus telah membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam tempat kudusNya, menjadi anggota keluarga Allah.

Bertolak dari karya Kristus yang begitu besar dan menentukan, menyusul tiga ajakan ‘marilah’ kepada umat percaya, yakni:

(1) Marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus iklas dan keyakinan iman yang teguh. Oleh karena hati kita telah dibersihkan…. (ay 22)
(2) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab, Ia yang menjanjikannya, setia (ay 23)
(3) Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. (ay 24).

Oleh karena itu, pusat perhatian kita yang pertama dan terutama adalah ‘pekerjaan Kristus di antara kita’. Ketiga ajakan seperti disebut di atas merupakan buah dari sambutan umat percaya kepada karya Kristus itu sendiri.

Dalam hal ini kita diajak kepada hal-hal yang konkret dan praktis tentang sikap dan gerak hidup sebagai orang percaya. Dengan kata lain, firman Tuhan ini mau menegaskan keterkaitan antara iman, ibadah dan kehidupan yang berbuah.

1. Rintangan Saling Memperhatikan

Saling memperhatikan dalam kasih merupakan sesuatu yang terbilang langka pada zaman ini. Kalaupun ada, ia lebih merupakan ‘pertukaran kepentingan’. Saya menjaga kepentingan Anda, sejauh Anda menjaga kepentingan saya. Saya akan datang ke pesta Anda, kalau Anda datang menghadiri pesta saya. Saya akan datang mengikuti PA di rumah Anda, kalau Anda hadir ketika PA diadakan di rumah saya. Di sini, persahabatan dibelokkan sebagai alat pemenuhan pementingan diri. Bahkan, agama pun bisa saja diperlakukan sebagai alat pemenuhan kepentingan.

Di samping membawa berbagai hal yang baik, salah satu sisi kelam dari era globalisasi ini ialah kecenderungan manusia yang kian dicengkeram individualisme (karena itu menjadi kurang dalam saling memperhatikan) dan materialisme (sehingga yang dipuja adalah Mamon hingga mengorbankan orang lain).

Kehidupan yang serba individualisme dan materialisme sangat mudah membuat orang merasa kuatir dan cemas, yang dapat menekan kehidupan. Bahkan, yang lebih buruk, akan mengakibatkan berbagai penderitaan fisik. Sebab, pikiran dan suasana hati menyalurkan kecemasannya kepada tubuh. Banyak ahli yang berkesimpulan bahwa gangguan fisik seperti pusing kepala, gangguan saluran pernafasan, sakit perut, tekanan darah tinggi, sakit jantung dan sebagainya diakibatkan oleh tekanan terhadap rasa dan emosi.

Masih dalam hubungan itu, ambisi, menyimpan amarah, dengki, rasa benci, takut, kecewa menimbulkan stress (ketegangan) pada tubuh. Stress seperti itu dapat menyebabkan pernafasan dan detak jantung kita menjadi tidak normal. Kalau pasokan oksigen berkurang dalam tubuh, maka aliran darah juga akan terganggu. Dengan demikian, stress dapat menciptakan ketidakseimbangan kimia yang mengakibatkan kesalahan fungsi kelenjar dan organ-organ lain. Tubuh menjadi tidak mampu memberi perlawanan terhadap kuman-kuman yang biasanya dapat dikendalikan. Selanjutnya akan menimbulkan berbagai gangguan fisik.

Gangguan-gangguan semacam itu semakin membuat perhatian seseorang tertuju dan terpusat pada diri sendiri, cenderung lebih memikirkan keadaan diri sendiri dan amat kurang memberi perhatian terhadap sesama. Untuk itu perlu kita cermati berbagai gangguan kepribadian yang menghambat terciptanya kehidupan yang saling memperhatikan.

  • Orang yang terlalu memikirkan diri sendiri kurang memiliki kesempatan memikirkan orang lain
  • Orang yang terlalu memperhatikan diri sendiri tidak mempunyai kesempatan memperhatikan orang lain
  • Orang yang mengutamakan kenikmatan diri, akan cenderung merampas hak dan kebahagiaan orang lain.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget