Monday, November 10, 2008

MENGAPA ANDA KE GEREJA?

Ada kisah tentang seekor anjing yang ‘religius’. Preta, seekor anjing di Portugal, sanggup berjalan menempuh jarak 26 kilometer setiap minggu untuk bisa mengikuti ibadah. Setiap hari Minggu Preta pergi meninggalkan rumah tuannya pada jam lima pagi. Bekas anjing jalanan ini berjalan sendirian menuju ke sebuah gereja untuk mengikuti ibadah pada pukul 07.30 dan berada di tempat favoritnya di dalam gereja yakni di samping altar. Pada saat jemaat berdiri atau duduk, Preta juga melakukan hal yang serupa. Ketika ibadah usai, biasanya ia kembali berjalan kaki, namun kadangkala ia menumpang naik mobil orang-orang yang dikenalnya. Jumlah jemaat gereja tersebut meningkat karena banyak orang yang ingin melihat kehadiran anjing tersebut (Dikutip oleh Yustinus Sumantri dari Harian Surabaya Post Rabu, 11 Juli 2001).

Mengapa orang-orang Kristen datang ke gereja pada hari Minggu? Nampaknya, masing-masing punya alasan tersendiri. Ada yang mau melihat sesuatu yang menarik, ada yang mungkin merasa takut dihukum Tuhan, ada yang merasa malu jika orang lain tahu ia tidak pergi ke gereja, ada yang mau bertemu dengan teman-teman, bahkan bisa saja ada yang hanya sekadar kebiasaan saja tanpa mengerti makannya (seperti Preta).

Hukum Taurat berbunyi, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.” (Kel 20:8). Kata sabat berasal dari kata Ibrani ‘Sabbath’ yang artinya: istrirahat, yaitu istirahat dari pekerjaan sekaligus beribadah kepada Tuhan. Perubahan waktu istirahat dan ibadah dari hari Sabtu menjadi hari Minggu, dimulai oleh jemaat mula-mula, terutama mengacu pada hari kebangkitan Tuhan Yesus dan karena faktor kebijakan pemerintahan Romawi yang membuat hari Minggu menjadi hari libur resmi dalam wilayah kekuasaannya. Perubahan ini tidak menjadi masalah, karena yang penting adalah ‘isinya’ yaitu mengkhususkan hari untuk istirahat dan beribadah secara khusus. Dalam hal ini sedikitnya ada empat hal yang perlu kita renungkan berkaitan dengan hari Sabat (Minggu).

Pertama, bersekutu secara khusus dan khusuk dengan Tuhan melalui pujian, doa dan terutama mendengarkan firmanNya. Inilah waktu untuk memuliakan Tuhan yang akan berlanjut pada hari Senin sampai Sabtu untuk tidak menyembah dan mengabdi kepada Mamon atau ilah materialisme yang banyak dipuja oleh orang pada zaman konsumerisme ini. Pada hari Minggu, kita merayakan keselamatan kita oleh penebusan Tuhan Yesus yang sudah mengalahkan maut melalui kebangkitanNya.

Kedua, beristirahat secara fisik, intelektual, dan emosional. Sabat mengingatkan kita untuk tidak mengandalkan pikiran kita dengan berbagai rencana dan cara kita mencapai keinginan-keinginan kita tetapi sepenuhnya mengandalkan Allah. Sabat adalah juga kesempatan untuk istirahat memikirkan pekerjaan. Sayangnya, ada orang Kristen yang mendambakan untuk beribadah di gereja pada saat dia bekerja, tetapi membayangkan pekerjaannya ketika dia berada di gereja. Sabat hendaknya memberi kedamaian hati dan pikiran dengan membuang segala macam yang mengganggu pikiran, ambisi, dan aneka keinginan.

Ketiga, bersekutu dengan sesama umat percaya. Dalam berbagai jemaat hal ini sangat sulit karena banyak orang yang tidak saling mengenal. Orang datang, duduk, dan pulang tanpa saling menyapa dengan yang lain. Jemaat-jemaat masakini hendaknya berusaha mempererat persaudaraan di antara sesama anggota jemaat.

Keempat, memberi kesempatan kepada ciptaan atau makhluk lain merayakan hidupnya. Dulu, banyak ternak dipekerjakan dalam pertanian dan pada hari Sabat mereka juga diberi kesempatan beristirahat. Saat ini makhluk ciptaan Tuhan banyak yang terganggu oleh aktivitas manusia dan deru suara berbagai peralatannya yang memekakkan telinga. Sabat dapat juga sebagai sarana menerapkan pola hidup sederhana dengan tidak melahap makanan berlebihan dan memboroskan enerji dan benda-benda yang merusak lingkungan.

Singkatnya, dengan istirahat dan beribadah pada hari Minggu dapat membawa kedamaian di dalam hati kita secara pribadi, damai dengan sesama umat dan damai dengan makhluk dan alam ciptaan Tuhan. Sebab, Tuhan telah mendamaikan diri-Nya dengan kita.

Perlu ditambahkan bahwa kita harus menjaga agar Sabat tidak dibelokkan menjadi alasan ketidakpedulian terhadap sesama. Hal ini terjadi dalam kehidupan orang-orang Yahudi, yang membuat peraturan dengan sangat kaku hingga mereka menganggap bersalah melakukan penyembuhan pada hari Sabat. Itu sebabnya Yesus dengan tegas menolak pandangan itu dengan mengatakan, "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat" (Markus 2:27-28).

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget