Monday, October 6, 2008

HATI-HATI DENGAN HATI


Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan,
karena dari situlah terpancar kehidupan.
(Amsal 4:23)

‘Hati’ adalah pemberian Tuhan yang amat berharga bagi kita anak-anak-Nya. Sebagai yang amat berharga, kita hendaknya menerima nasihat sehat sebagaimana tertulis dalam Amsal 4:23 di atas. Tidak bisa disangkal bahwa keadaan hati kita menentukan kehidupan kita. Betapa pun lihainya seseorang menyembunyikan isi hatinya, tetapi keadaan hati menentukan kata-kata, sikap, raut wajah dan tindakan manusia.

Yang menyejukkan hati kita adalah kenyataan bahwa kita ada di dalam hati Yesus. Injil Matius beberapa kali memperdengarkan kepada kita bahwa ‘hati Yesus tergerak oleh belas kasihan’ (Di antaranya lihat Matius 9:36; 14:14; 15:32; 20:34). Oh, alangkah meneguhkannya berita sukacita ini. Hidup Anda dan saya detik ini adalah bukti belas kasihan Tuhan yang mengalir dari hati-Nya”.

Dengan ‘hati’ yang mengenal dan mensyukuri belas kasihanNya itu pula, marilah kita memperhatikan sedikitnya lima hal berkaitan dengan ‘hati’ kita.

1. Dengan ‘ hati’ kita percaya kepada Tuhan. Dalam Roma 10:10 dikatakan, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Hal ini juga mengingatkan kita kepada perumpamaan Tuhan Yesus tentang jenis tanah yang ketiga tempat jatuhnya benih yang ditaburkan itu. “Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan” (Matius 13:19). Tuhan menghendaki hati kita bagaikan tanah yang baik, yang subur, tempat bertumbuh dan berbuahnya firman-Nya.

2. Hati: penggerak sikap dan tindakan. Pengajaran Tuhan Yesus sangat banyak berkaitan dengan hati. Perbuatan dosa juga berawal dari hati: “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Matius 15:19). Pada kesempatan lain Yesus menegaskan: “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Matius 6:21). Jika Kerajaan Allah merupakan harta kita yang terutama, maka hati kita pun akan di sana. Dan jika hati kita berada dalam Kerajaan Allah, maka buahnya juga adalah keadaan Kerajaan Allah itu sendiri yakni kasih, sukacita sorgawi, kebenaran, keadilan, kemurahan dan segala sesuatu yang baik.

3. Peranan hati dalam hubungan dengan orang lain. Keadaan hati kita menentukan hubungan kita dengan orang lain. Hati yang dipenuhi oleh kemarahan, permusuhan, sakit hati, kebencian, kecemburuan, kecurigaan, kesombongan dan sebagainya akan secara serta merta merusak hubungan kita dengan orang lain. Itu sebabnya ditegaskan agar hati perlu dijaga (Amsal 4:23). Artinya, membuang segala sesuatu yang merusak yang tinggal di dalam hati itu sendiri. Membersihkannya bukan dengan pentungan atau tongkat pemukul, tetapi dengan menyambut Roh Tuhan berdiam di dalamnya. Menjaga hati berarti memberi ‘gizi’ yang sehat kepadanya seperti kelemah-lembutan, kedamaian, kejernihan, dan sukacita di dalam Tuhan. Kualitas-kualitas kehidupan seperti ini merupakan dasar yang kokoh dalam hubungan yang sehat dengan sesama manusia.

Dalam kaitan kerukunan kehidupan berjemaat Rasul Paulus menasihatkan, “Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana.....” (Roma 12:16). Sejarah perjalanan gereja telah menunjukkan betapa ketidaksehatian telah merobek persekutuan. Kini saatnya, gereja-gereja membutuhkan perubahan hati.

4. Kebugaran dan kesehatan tubuh. Amsal 14:3 dan 17:22 berkata, “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Berkaitan dengan itu, dalam Pengkhotbah 11:10 juga dikatakan, “Buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu”. Para ahli kedokteran dan kejiwaan telah menemukan adanya hubungan langsung suasana hati manusia dengan kesehatan tubuh. Tidak berarti bahwa semua penyakit disebabkan oleh karena suasana hati. Yang jelas, susana hati yang damai, tenang dan sukacita memberi sumbangan yang tidak sedikit terhadap kesehatan jasmani atau kesegaran tubuh. Daripada menghabiskan uang untuk membayar dokter dan membeli obat lebih baik menjaga hati agar tetap jernih, bening, damai, dan bahagia.

5. Daya gerak atau semangat dalam melakukan tugas panggilan di dunia ini. Amsal 15:13 berkata, “Hati yang gembira membuat muka berseri-seri tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.” Untuk meninggalkan kemuraman di wajah harus dimulai dari hati. Hal ini secara khusus amat bermanfaat dalam pekerjaan dan pelayanan kita. Secara fisik kita mungkin saja lelah dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada kita, tetapi dengan hati yang gembira kita tidak terutama memusatkan perhatian lagi kepada kelelahan itu sendiri, melainkan kepada apa yang bisa kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan bagi sesama manusia. Kita juga dapat hubungkan dengan masalah kepedulian dengan sesama yang menderita. Firman Tuhan berkata, “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” (1 Yohanes 3:17). Kita bersyukur bahwa Tuhan tidak pernah menutup pintu hati-Nya kepada kita. Itulah kiranya mendorong kita untuk membuka hati bagi sesama.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget