Saturday, October 18, 2008

BERKAT, MUJIZAT DAN RAHMAT

Refleksi 44 Tahun Victor Tinambunan
Menurut informasi yang saya terima, saya lahir 44 tahun yang lalu, persisnya pada hari Minggu tanggal 18 Oktober 1964. Saya tidak tahu perisnya bagaimana dan kapan saya lahir. Maklum, saya belum ‘berpikir’ pada saat itu. Ada pula yang mengatakan saya lahir tanggal 18 Nopember 1964 seperti tertera pada semua dokumen-dokumen resmi seperti Ijazah, KTP, dan Paspor. Tetapi saya lebih percaya pada ibu saya yang mengatakan kelahiran saya 18 Oktober. Waktu itu memang tanggal lahir tidak terlalu penting di desa kelahiran saya, yang lebih penting adalah anak yang lahir itu. Belakangan saya tahu, ayah saya mengubahnya menjadi tanggal 18 Nopember sebagai ‘tempat persembunyiannya’. Maksudnya? Ayah saya bekerja sebagai guru agama di Sibolga ketika saya lahir. Dia permisi pulang (yang waktu itu membutuhkan perjalanan panjang) dengan alasan untuk berada bersama keluarga menanti kelahiran saya. Setelah saya lahir, mestinya dia harus kembali ke Sibolga. Tetapi, dia masih memperpanjang liburnya lebih dari satu bulan lagi. Dengan melaporkan kelahiran saya 18 Nopember, keterlambatannya masuk kerja dapat dimaklumi. Jadi, proses pergantian tanggal lahir ini bukan masuk dalam rangkaian mujizat, tetapi sebuat siasat, yang menurut saya sebuah kesalahan. Tapi, tidak ada gunanya lagi membahasnya, ayah saya sudah pensiun dan tidak akan pernah berbohong lagi dalam hal yang sama karena ibu saya sudah 68 tahun dan menurut perhitungan manusia tidak akan melahirkan anak lagi.

Saya percaya bahwa kelahiran dan kehadiran seseorang ke dunia ini, bukanlah secara kebetulan. Allah pasti mempunyai rencana yang baik bagi anak-anakNya. Tempat dan keadaan kelahiran kita berbeda-beda. Pola asuh kita berbeda. Pengalaman hidup kita berbeda. Tetapi ada satu hal yang sama: kita menerima kehidupan dari Tuhan sang Pemberi kehidupan.

Untuk menggambarkan perjalanan hidup saya, ketiga kata 'berkat', ‘mujizat’ dan ‘rahamat’ menggambarkan semuanya.

1. Tenaga Kerja Bayi

Ketika saya masih dalam kandungan, saya sudah bekerja di sawah. Memang tidak memegang cangkul, tetapi saya ikut terjun ke sawah. Saya berada di rahim ibu saya ketika dia bekerja di sawah saat saya dalam kandungannya. Ibu saya juga berkisah, ia amat bergumul karena beratnya kehidupan yang ia hadapi. Ia terpisah dengan ayah saya. Ia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan setiap hari. Apakah ia pernah ke bidan memeriksa kandungannya? Sama sekali tidak. Ia hanya menunggu belas kasihan Tuhan. Apakah ia melahirkan dengan bantuan perawat atau bidan? Sama sekali tidak. Saya lahir di balik pintu rumah. Ini adalah mujizat.

2. Gizi Kelinci

Masih di kandungan saja sudah bekerja, apalagi sesudah bisa berjalan. Saya sangat cepat ‘dijadikan dewasa’. Usia 6 tahun sudah harus ikut bekerja di ladang, untuk menjaga padi agar tidak dilahap burung pipit. Bagaimana dengan giji? Menurut teori ahli gizi sekarang, yang saya konsumsi tidak layaknya manusia. Menu sudah dibakukan: pagi dengan singkong, nasi, ikan asin; siang: singkong, daun singkong, ikan asin dan nasi, malam ikan asin, nasi dan singkong dan daunnya. Kekecualian makan daging ayam dalam dua kemungkinan (1) Kalau ada anggota keluarga yang sakit; (2) Kalau ayam itu sendiri yang sakit, sayang dibuang. Bagaimana bisa bertahan hidup dengan pola makan seperti itu? Itu adalah ‘mujizat’ juga.

3. Kekerasan Berlapis

Ayah saya seorang yang memiliki temperamen yang cepat memanas. Ia tidak saja keras, tetapi terkadang kasar dan bahkan ada kalanya kejam kepada anak-anaknya, baik melalui kata-kata maupun dengan pukulan telaknya. Ia tidak sungkan memukul dengan begitu keras anaknya yang masih kecil, termasuk saya sendiri. Padahal, ia sangat tekun berdoa dan membaca Alkitab. Setiap malam kami berdoa sebelum makan dan berdoa, bernyanyi dan membaca Alkitab setiap malam. Lama sekali perbuatannya membekas dalam hati saya. Baru empat tahun lalu saya memutus rantai kebencian saya kepadanya dan syukur kepada Tuhan hubungan kami jauh lebih hangat saat ini. Mengapa ayah saya kasar dan terkadang melampaui batas memukul anaknya padahal ia rajin berdoa dan membaca Alkitab? Sekiranya ia tidak rajin berdoa dan membaca Alkitab, mungkin saja dia kalap dan membunuh saya waktu kecil. Berpikir seperti ini lebih tepat dan menyembuhkan. Lagi pula, ayah saya memiliki banyak kebaikan. Fokus pada kebaikan Tuhan melalui hidupnya dan bukan pada kekurangannya merupakan sikap kristiani yang selayaknya.

Di samping kekerasan di dalam keluarga, beberapa kali saya kurang beruntung dari sebagian guru saya mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Hari pertama saya di kelas satu SD, guru memukul kening saya (akhirnya saya berhenti sekolah dan baru melanjutkannya satu tahun kemudian, sesudah berusia 7 tahun). Di kelas 1 SMP guru biologi dengan keras membenturkan kepala saya ke papan tulis karena saya mengetik sendiri lembaran kerja, tidak membeli dari guru ybs. Di SMA guru fisika dengan keras menendang saya dari belakang karena saya memijak tanaman.

Yang lebih mengherankan, di gereja juga saya pernah dilibas oleh dirijen koor. Rumah, sekolah, gereja menjadi arena kekerasan. Itulah yang terjadi jika yang terpenting dalam koor adalah performance (penampilan), menarik perhatian orang bukan terutama pujian untuk Tuhan. Apalah artinya koor mengguncang panggung dan mengundang terpuk tangan riuh tetapi mengerdilkan iman?

Membaca kisah-kisah penjahat yang meringkuk di penjara-penjara Barat, hampir semuanya mereka adalah orang-orang yang mendapat tindak kekerasan di tengah keluarga. Kalau fakta ini dapat menjadi patokan, saya sebenarnya lebih berpotensi menjadi penjahat ulung. Sebab, saya tidak saja menerima kekerasan di rumah tetapi juga di sekolah dan –celakanya—di gereja pula. Tapi inilah saya, dengan segala keberadaan yang disertai keterbatasan dan kelemahan, walaupun agaknya tidak masuk dalam kategori penjahat ulung. Saya tidak melihat keadaan saya sekarang sebagai prestasi saya, tetapi kembali ke ‘mujizat’ yang datangnya dari Tuhan.

4. Tangan Tuhan

Sedikitnya ada tiga peristiwa yang secara khusus mengingatkan saya akan pertolongan Tuhan yang datang tepat waktu melepaskan saya dari maut. Pertama, saya pernah hampir hanyut terbawa arus sungai besar, yang dalam hitungan detik sudah mendekati air terjun. Seorang teman berhasil meraih tangan saya dan selamat. Sampai hari ini, saya tidak mengetahui di mana teman saya ini berada. Dia adalah tangan Tuhan menyelamatkan saya. Kedua, saya pernah mengalami kecelakaan lalulintas. Kabaikan hati supir dan kernet bus yang kebetulan lewatlah yang membawa saya ke rumah sakit. Sampai hari ini saya tidak pernah tahu siapa mereka yang menolong saya. Mereka adalah tangan Tuhan menyelamatkan saya. Ketiga, sudah selama 38 tahun saya lebih lama tidak fit secara fisik. Ketika berusia 6 tahun saya pernah jatuh dan bagian belakang saya membentur pada sebatang kayu. Tidak jelas, apakah rasa sakit yang saya tanggung berawal dari situ, tetapi hingga hari ini saya lebih lama menanggung rasa sakit. Tetapi, saya lebih fokus pada Tuhan dan apa yang bisa saya lakukan dalam hidup ini, sehingga meskipun rasa sakit ada, saya tidak menderita.

5. Pelayanan

Setelah menyelesaikan studi teologi 1989, saya menjalani masa vicar selama dua tahun (di Kantor Pusat HKBP Tarutung, di Kantor HKBP Distrik Medn Aceh dan di HKBP Ressort Sei Agul Medan). 26 Desember 1991 saya menerima tahbisan pendeta. Bukan karena saya layak, tetapi karena dilayakkan. Di sini rahmat Tuhanlah berkerja bukan karena talenta dan bakat saya hebat. Saya diutus melayani sebagai Pendeta HKBP Ressort Sihorbo (1992-1994). Kemudian melanjutkan studi di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta (1994-1996), The Lutheran Theological College at Philadelphia, USA (1996-1998). Tahun 1999-2001 menjadi dosen di STT HKBP Pematangsiantar. Selanjutnya menjadi dosen di STT BNKP Gunungsitoli atas kerjasama HKBP, VEM dan BNKP (2001-2005). Bulan Juni 2005 kembali menjadi dosen STT HKBP dan sejak 2006 mengikuti studi lanjut sampai sekarang.

Pilihan pada beberapa serpihan kepahitan dalam perjalanan hidup ini sengaja diangkat untuk mengkontraskannya dengan kebesaran dan pemeliharaan Tuhan:

Kehidupan ini adalah BERKAT dari Tuhan,
Peristiwa-peristiwa keseharian adalah MUJIZAT yang dikerjakan oleh Tuhan
Kesalahan, dosa dan ketidaklayakan dihapus oleh RAHMAT Tuhan.
.
Ijinkanlah saya menawarkan yang ini kepada Anda: jika Anda merasa kehidupan Anda berat, jangan tawar hati. Lihat dan rasakan tangan pemeliharaan Tuhan. Fokus pada Tuhan bukan pada beban hidup! Jika kehidupan Anda serba enak, jangan takabur dan lupa diri tetapi bersykurlah sambil memberi yang terbaik untuk Tuhan melalui pertolongan nyata kepada sesama.

Tuhan, terima kasih karana Engkau menciptakaan saya ke dunia ini. Saya percaya, segala rencanaMu indah dan baik. Kiranya hambaMu ini berjalan dalam rencanaMu dan pimpinanMu yang indah dan baik itu sebagai garam dan terang dunia, demi kemuliaanMu dan syalom bagi dunia. Amin.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget