Wednesday, August 1, 2007

MOTIVASI

Tanpa kasih, semua pekerjaan tidak bernilai; tetapi sekecil apapun yang dilakukan atas dasar kasih, ia akan berbuah lebat. Sebab, Allah lebih memperhatikan besarnya kasih yang mendorong seseorang ketimbang apa yang ia capai.
(Thomas a Kempis)


Romo Mulyono mencatat perbedaan motivasi dalam sebuah tindakan yang sama sebagai berikut:

Sama-sama menolong,
Satu menolong karena belas kasih,
Yang lain menolong karena pamrih.

Sama-sama memuji,
Satu memuji untuk meneguhkan,
Yang lain memuji untuk menjilat.

Sama-sama datang,
Satu datang untuk mendengarkan,
Yang lain datang untuk mengkritik.

Apa yang didaftar oleh Romo Mulyono masih dapat kita lanjutkan, misalnya:

Sama-sama rajin,
Satu rajin untuk mewujudkan panggilan dengan iklas
Yang lain rajin sebagai senjata marah dan bersungut-sungut

Sama-sama bersungguh-sungguh belajar,
Satu belajar untuk melayani,
Yang lain belajar untuk mengalahkan dan menguasai.

Sama-sama merendah,
Satu merendah dari lembah atau tempat rendah,
Yang lain merendah dari puncak gunung.

Sama-sama berhasil membangun,
Satu berhasil membangun dengan menunjuk ke atas,
Yang lain berhasil membangun dengan menunjuk ke dada sendiri.

Sama-sama berlomba,
Satu berlomba untuk kegembiraan,
Yang lain berlomba untuk piala dan sertifikat.

Sama-sama ‘melukai’,
Satu melukai untuk menyembuhkan,
Yang lain melukai untuk menyakiti. Titik.

Sama-sama datang beribadah,
Satu datang dengan kerinduan dan sukacita,
Yang lain datang karena kewajiban dan rasa takut.

Sama-sama memberi persembahan,
Satu memberi persembahan karena mengakui berkat Tuhan
Yang lain memberi persembahan supaya menerima berkat lebih banyak.

Sama-sama mengajak melayani,
Satu mengajak melayani untuk mewujudkan tugas panggilan bersama,
Yang lain mengajak melayani untuk memanfaatkan.

Daftar ini mungkin masih dapat lebih panjang lagi (mohon daftarkan dalam comment di bawah), jika kita perhadapkan dengan kehidupan keluarga, perkumpulan, lingkungan kerja, gereja dan lain-lain. Kualitas sikap dan tindakan maanusia teranyam ketat dengan ‘motivasi’.

Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan sikap dan tindakan yang berasal dari kedalaman diri kita. Ia adalah suara Tuhan yang terkadang begitu lembut yang hanya bisa didengar ketika kita bersedia menenteramkan pikiran dan hati kita. Sayangnya, suara lembut itu terkadang dihalau oleh ego manusia yang sarat dengan pementingan dan kesenangan diri, ambisi, hasrat untuk populer, semangat bersaing dan mengalahkan dan sebagainya.

Marilah kita kembangkan tiga dari contoh di atas.

(1) Andaikan ada satu perlombaan menyanyi dimana anak kita ikut di dalamnya, siapa yang Anda inginkan untuk menang? Nampaknya masuk akal jika kita ingin anak kita yang menang. Masalahnya, jika anak kita menang, kita senang; jika anak kita tidak menang kita mengerang dan tidak senang. Tetapi ketika kita berhasil melampaui ego kita dan motivasi berlomba jernih, kita akan menghendaki yang paling baik menjadi pemenang. Kita akan lihat betapa bahagianya kita dengan motivasi yang jernih. Sebab, kita akan merasa senang ketika yang terbaik, yang paling pantas, menang –apakah dia kita kenal atau tidak. Oh, alangkah indahnya dunia ini dan kehidupan ini dengan motivasi jernih.

(2) Andaikan ada orang yang tidak pernah terlambat datang beribadah ke gereja. Bagus, tentu. Ia punya kesempatan berdoa sambil menunggu yang lain. Tetapi jika kedisiplinannya itu digunakan sebagai senjata untuk memarahi orang yang terlambat, maka kualitas ‘kedisiplinannya’ amat rapuh. (tetapi, mohonlah hal ini jangan disalahgunakan membenarkan diri untuk terus terlambat datang ke gereja, terutama kalau sedang bertugas melayani).

(3) Kembali ke contoh dari Romo Mulyono: “Sama-sama memuji, satu memuji untuk meneguhkan, yang lain memuji untuk menjilat.” Tidak sedikit orang yang terjatuh dalam soal ini. Ada orang yang suka memuji orang lain yang sebenarnya digerakkan oleh keinginan untuk dipuji atau untuk mendapatkan sesuatu. (Memang ada juga orang yang tidak mau dengan iklas mengakui keberhasilan dan kebaikan orang karena dipenuhi oleh kecemburuan). Sesungguhnya, Tuhanlah yang layak dipuji. Tetapi dengan mengakui kebaikan sesama kita sekaligus mengakui kebaikan Tuhan dan meneguhkan sesama untuk tetap melakukan yang terbaik.

Sebenarnya tidak sulit mengetahui motivasi kita untuk bersikap, untuk mengatakan dan tidak mengatakan sesuatu, serta untuk melakukan dan tidak melakukan sesuatu. Kita perlu menjawab pertanyaan, “mengapa” kita bersikap, berkata dan bertindak. Biasanya kita dapat mengetahui apakah itu motivasi yang jernih dan mengalir dari kedalaman hati –hati yang didiami oleh Roh Kudus (1 Korintus 6:19), atau dorongan ego kita yang sarat dengan pementingan diri.

Jika dasar sikap, perkataan dan tindakan kita adalah niat baik dan dilakukan dengan baik pula, selebihnya adalah pekerjaan Tuhan memberi buahnya. Salah satu contoh yang berhubungan dengan motivasi menolong orang adalah bertolak dari apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40). Inilah yang melayani Tuhan melalui pelayanan terhadap sesama atas dasar kasih dan dengan prinsip, Soli Deo Glori (Kemuliaan hanya bagi Allah).

Salah satu penyebab ketidakmurnian motivasi adalah perasaan insecure. Perasaan ini membuat kita melebihkan diri dan melebihkan apa yang kita buat. Kita tergoda mendaftarkan jasa-jasa dan kebaikan-kebaikan kita. Tidak cukup sampai disitu, malahan kelemahan orang lain pun menjadi ‘kebutuhan’ kita, karena kelemahan orang lain seolah membuat kita lebih baik. Padahal, untuk menjadi menang tidak harus dengan mengalahkan.
========================================================

MEDITASI (UNTUK PEMURNIAN MOTIVASI)

Meditasi 20-30 menit…. Pagi dan malam hari.

Dalam meditasi kita tidak berpikir tentang Allah atau berkata-kata kepada Allah. Kita bersama-sama dengan Allah. Duduklah dengan posisi tegak dan tenang. Tutup mata secara perlahan. Dalam suasana keheningan itu, dari kedalaman hati, katakanlah sebuah ‘kata doa’. Kami menganjurkan ‘kata doa’ Imanuel (Allah menyertai kita). Ulangilah kata doa itu terus menerus. Dengarkan kata doa itu ketika Anda mengatakannya dengan lembut dalam hati. Jangan memikirkan atau membayangkan apapun, baik yanag sifatnya spiritual atau jasmani. Memang, berbagai macam pikiran dan bayangan akan muncul silih berganti. Biarkan semuanya itu pergi. Kembali saja ke ‘kata doa’. Akhirilah meditasi dengan berdoa “Doa Bapa Kami’ dengan penuh penghayatan dan dalam kasih. (sebagaimana diajarkan oleh John Main)


Imanuel, Allah menyertai kita.
Victor Tinambunan

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget