Sunday, January 2, 2011

PENILAIAN TUHAN DAN PENILAIAN MANUSIA

RENUNGAN MINGGU PERTAMA
02-08 Januari 2010

(Baca terlebih dahulu Bilangan 12:1-6)

Banyak orang Kristen yang tidak melupakan kenyataan bahwa Musa tidak memasuki tanah Kanaan, tetapi melupakan bahwa Musa memiliki kualitas kehidupan yang teruji di hadapan Tuhan. Dalam Bilangan 12 ini kita menemukan sedikitnya tiga hal penting menyangkut kualitas kehidupan dimaksud, sekaligus menjadi perenungan bagi kita dalam menjalani kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada kita.

Pertama, Musa adalah seorang yang sangat lembut hatinya (ayat 3). Peranan ‘hati’ memang sangat menentukan dalam setiap gerak hidup kita. Dalam Amsal 4:23 misalnya, dikatakan, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”. Kita perlu mengembangkan sikap kelemah-lembutan. Hal ini sejalan dengan ‘ucapan bahagia’: 'berbahagi-alah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki Bumi’ (Matius 5) dan salah satu buah Roh sebagaimana disebutkan dalam Gal 5:22-23. Kelemah-lembutan penting sekali, karena itu dibutuhkan dalam hubungan dengan Tuhan dan se-sama manusia. Ada sebuah doa indah yang berbunyi, “Ya Tuhan jadikanlah hati kami lemah lembut supaya kami dapat menjadi kuat”. Kelemahlembutan bukanlah kelemahan. (Meekness is not a weakness). Kelemahlembutan adalah kekuatan yang mampu mengubah.

Kedua, Musa adalah hamba Allah yang setia (ayat 7). Kesetiaan kepada Allah ditandai dengan kehidupan yang senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan, mendengar dan mengikuti kehendakNya serta mengutamakan yang Ia utamakan. Ketika kita lemah lembut dan setia kepada Tuhan, yang terpenting bagi kita adalah 'penilaian' Tuhan, bukan pujian atau celaan manusia. Manusia sering memberi penilaian sesuai dengan suasana hati dan kepentingannya. Mengembangkan kesetiaan kepada Tuhan dapat dimulai dari perkara kecil. Dalam hal ini amat penting meluangkan waktu mendengar Tuhan melalui doa dan merenungkan firmanNya. Kita tidak perlu membela diri, karena Tuhan sendiri yang membela kita.

Ketiga, Tuhan berhadap-hadapan dengan Musa berbicara, bukan melalui penglihatan atau mimpi (ayat 8). Kenyataan ini mau menegaskan bahwa pengalaman perjumpaan Musa dengan Allah sangat konkret, karenanya tidak pantas digugat.

Berdasarkan ketiga hal tersebut, sebenarnya Harun dan Miryam tidak pantas 'mengata-ngatai' Musa. Musa benar di hadapan Tuhan. Apa yang Harun dan Miryam katakan memang ada benarnya, yaitu: Tuhan tidak saja berfirman melalui Musa (ayat 2). Tuhan juga berfirman melalui mereka dan orang lain. Tuhan juga berfirman kepada kita. Tetapi, bukti bahwa kita menerima firman Tuhan adalah dengan menghargai orang lain dan tidak menganggap diri paling benar. Kita tidak gampang mempersalah-kan orang lain.

Akhirnya, Harun mengakui kesalahannya (ayat 11). Ia tidak berkeras dalam kesalahannya. Kita juga perlu senantiasa terbuka memeriksa diri dan mengakui kesalahan kepada Tuhan dan sesama. Ada kalanya kita jatuh mulai dari kesalahan-kesalahan yang nampaknya kecil seperti ‘mengata-ngatai orang’. Seolah orang lain itu salah, padahal justru kesalahan ada dalam diri kita sendiri. Kalau kita melihat langit mendung, kita perlu memastikan apakah kita tidak memakai kaca mata hitam. Sebab, bisa saja langit terlihat mendung, bukan karena mau hujan tetapi karena kita belum membuka sunglasses kita.

Kita kembali melihat kelemahlembutan Musa. Ia memohon agar Tuhan menyembuhkan penyakit kusta Miryam. Meskipun Miryam bersalah terhadap Musa, tetapi Musa mengasihinya. Musa tidak mengatakan, “syukurlah kau mendapat penyakit itu. Tahankanlah, biar tahu rasa kau!” Musa menghendaki kesembuhan Miryam. Barangkali inilah salah satu yang sangat sulit dalam kehidupan kita. Kita bisa saja tergoda untuk bergembira kalau yang membenci kita menderita atau mendapat celaka Tetapi firman Tuhan ini mengingatkan kita agar kita tetap mengasihi orang lain, meskipun mereka berbuat yang tidak kita sukai. Hidup ini pun akan lebih indah, damai dan bahagia.



Ulangan 12:1-6

12:1 Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush.


12:2 Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN.

12:3 Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.

12:4 Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan." Maka keluarlah mereka bertiga.

12:5 Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya.

12:6 Lalu berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi.



No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget