Sunday, January 23, 2011

IMAN YANG SEHAT DI TENGAH DUNIA YANG SAKIT

RENUNGAN MINGGU KE-4
23-29 Januari 2011

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
(1 Korintus 15:58)


Rasul Paulus merangkum satu nasihat setelah agak panjang menjelaskan tentang kehidupan kekal (1 Korintus 15:1-56). Dalam ayat 19 dikatakan, “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.” Iman akan adanya kehidupan yang kekal amat mempengaruhi bagaimana kita menjalani hidup di dunia ini. Semua waktu dan kesempatan menjadi sangat berharga dan kita isi dengan segala sesuatu yang baik pula. Dalam kehidupan yang berpengharapan seperti itulah ditegaskan dalam ayat 1 Korintus 15: 58 dua hal yang sangat penting.

Pertama, nasihat yang berbunyi: “berdirilah teguh, jangan goyah.” Ini menyangkut iman dan pengharapan kepada Tuhan. Apa pun yang terjadi dan kita alami: yang manis atau yang pahit, yang menyenangkan atau mengecewakan, semuanya tidak memisahkan kita dengan Tuhan. Artinya, kita hendaknya teguh beriman di segala waktu dan dalam setiap keadaan. Godaan dan cobaan bisa saja datang silih berganti. Tetapi, kita dapat berdiri teguh dan tidah goyah karena kita berpegang kepada Tuhan yang jauh lebih kuat dari segala tantangan yang ada.

Kedua, seruan agar “giat dalam pekerjaan Tuhan.” Ini sama sekali tidak dimaksudkan bahwa kita semua harus melayani fulltime di gereja. Giat dalam pekerjaan Tuhan artinya: melakukan apa yang Tuhan kehendaki kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan gereja, dan di lingkungan masyarakat luas. Kalau Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang Pengampun, kita juga hendaknya murah hati dalam pengampunan. Kalau Tuhan begitu peduli kepada mereka-mereka yang menderita dan kekurangan, kita juga seirama dengan Tuhan rela menolong orang-orang yang menderita dengan apa yang bisa kita lakukan: mungkin melalui sapaan yang membangun, meneguhkan, dan membangkitkan semangat; dengan mendoakannya, atau memberi pertolongan nyata.

Salah satu tantangan yang bisa membuat kita menyerah berbuat baik ialah jika mereka yang kita tolong sepertinya tidak memberi tanggapan positif. Mereka tidak menghargai dan tidak berterikasih atas kebaikan kita. Menghadapi orang seperti itu kita terkadang mendengar nasihat keliru yang mengatakan, “Kalau sama dia itu, jangan dikasih hati, ia bisa jadi menjadi-jadi. Dia tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih. Percuma berbuat baik kepada dia!” Misalnya, ada orang lanjut usia yang selalu saja cerewet dan selalu marah-marah (memang tidak semua orang lanjut usia yang seperti itu). Jangankan orang yang sudah tua, yang muda pun ada juga yang bandel, rewel dan cerewet. Tetapi, sikap baik dan perbuatan baik kita hendaknya tidak terpengaruh oleh respon orang lain. Mungkin mereka tidak berterima kasih. Tidak masalah! Walaupun kebaikan kita tidak dihargai dan disambut baik oleh orang lain, kita tidak perlu kecewa dan tawar hati! Kita dapat berpegang pada prinsip ini: Jangan ingat kebaikan yang kita lakukan atau bantuan yang kita berikan; jangan lupakan kebaikan yang kita terima dari orang lain. Ingat kekurangan sendiri (sambil berubah) tetapi lupakan kekurangan orang lain. Itulah keadaan hidup yang berbahagia dan menjadi berkat. Yang menjadi masalah adalah: kalau kita hanya mengingat kebaikan kita dan melupakan kebaikan orang lain; melupakan kekurangan kita dan selalu mengingat kekurangan orang lain. Inilah yang sering kita temukan dalam dunia yang sedang sakit ini. Hidup seperti ini adalah hidup yang tidak mungkin berbahagia dan tidak mungkin menjadi berkat bagi orang lain. Di tengah keadaan demikianlah kita membawa penyembuhan bagi dunia yang sakit ini mengandalkan pertolongan Tuhan.

Dalam firman Tuhan ini dikatakan, “dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Ya, perbuatan baik kita tidak pernah sia-sia. Sebab, apa yang kita lakukan kepada orang lain adalah yang kita lakukan untuk Tuhan. Dan bagi Tuhan, sekecil apa pun yang baik yang kita lakukan, itu berkenan kepadaNya. Jadi, setiap jerih payah kita yang baik sebenarnya itu adalah terutama antara kita dan Tuhan. Jika orang tidak menghargai perbuatan baik kita, tetapi berkenan kepada Tuhan, itu cukup bagi kita. Lagi pula kita berbuat baik, bukan supaya kita dianggap orang baik tetapi karena Tuhan begitu baik kepada kita dan Ia menguatkan kita untuk berbuat baik.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget