Sunday, November 14, 2010

BERBEDA, BOLEH?

REFLEKSI SENIN KE-46
15 Nopember 2010

Mobil suami-sitri Bapak dan Ibu Sipahutar terhenti sejenak. Seekor ular berwarna-warni melintas di tengah jalan pada malam itu. Sambil menyaksikan ular itu melintas Pak Sipahutar berkata kagum “Wah, cantik sekali”. Sedangkan ibu Sipahutar berkata, “Ah, menjijikkan dan mengerikan”. Dua kesan yang sangat berbeda terhadap suatu objek. Tetapi, mereka tetap menikmati perjalanan dan hidup damai meski berbeda. Si ular juga hidup dengan damai dalam dunianya.

Dua pendapat di atas sebenarnya berpotensi menjadi perdebatan sengit hingga pertengkaran Bapak dan Ibu Sipahutar. Bayangkan jika Ibu Sipahutar mulai mengembangkannya ke topik percakapan lain dengan mengatakan, “Papa kejam sekali, masakan papa bilang ular yang menjijikkan dan menyeramkan itu ‘cantik’, padahal kita sudah menikah 30 tahun satu kali pun papa tidak pernah bilang mama ini cantik”. Apalagi kalau Pak Sipahutar berkata begini, “Lha, mama baru tahu bahwa ular lebih cantik dari mama? Ini seius ma!” Kalau Ibu Sipahutar semakin tak terkendali, bisa-bisa ia berkata, “turunkan saya di sini, nikah sama ular aja kamu!” Pak Sipahutar dan Ibu Sipahutar bisa bertengkar dan ular sudah tenang dalam belukar.

Perbedaan pendapat akan selalu ada. Tetapi perbedaan tidak harus berujung pada pertengkaran. Hal ini bisa terjadi jika setiap orang yang memiliki sebuah pendapat berusaha sebaik-baiknya dan sejernih-jernihnya memahami sudut pandang orang lain. Misalnya, mengapa Pak Sipahutar mengatakan ular itu cantik dan mengapa Ibu Sipahutar mengatakannya menjijikkan dan mengerikan. Dengan mengetahui alasan di balik pernyataan sesama, seseorang paling tidak dapat memahami, meskipun tidak harus menerima atau sependapat dengan mitra bicaranyha.

Di samping itu, perbedaan pendapat harus disikapi dengan argumentasi bukan dengan emosi negatif, apalagi mengaitkannya dengan masalah lain yang tidak relevan. Misalnya, dalam kasus di atas, pernyataan suami bahwa ‘ular itu cantik’ dan tidak pernah mengatakan istrinya cantik itu sama sekali tidak bisa disamakan bahwa suami melihat ular lebih cantik dari istrinya. Persoalan muncul ketika si istri menafsirkan bahkan menyimpulkannya seperti itu. Jadi, perlu menanggapi suatu pendapat atau kesan berdasarkan sudut pandang yang memberi pendapat atau kesan bukan berdasarkan rekaan atau penilaian yang mendengarkannya saja.

Yang paling penting dari semua itu, hubungan antar pribadi sangat menentukan kualitas percakapan. Jika ada saling menerima dan saling mengasihi, percakapan akan mengalir dengan baik. Sebaliknya, kalau hubungan antar pribadi kurang harmonis, kata-kata yang baik pun bisa ditanggapi secara negatif. Maka terapi hubungan diperlukan setiap saat. Hubungan baik itulah yang membuat Bapak dan Ibu Sipahutar menikmati perjalanan dan hidup damai meskipun ada perbedaan pendapat mereka.

1 comment:

  1. KEUNIKAN AKAN SELALU MEWARNAI KEHIDUPAN MANUSIA, NAMUN KESERAGAMANTIDAK AKAN DAPAT DIPAKSAKAN. HARGAILAH KEUNIKAN ITU, KARENA ITU PMBERIAN ALLAH YANG TERINDAH.

    ReplyDelete

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget