Sunday, January 31, 2010

JALAN MANA YANG AKAN KUTEMPUH?

REFLEKSI SENIN KE-5
01 Pebruari 2010


Seorang turis berdiri di sebuah persimpangan jalan di Samosir dan bertanya kepada seorang warga setempat.

Turis: Jalan mana sebaiknya saya tempuh?
Warga: Anda mau ke mana?
Turis: Saya tidak tahu. Saya hanya mau jalan saja.
Warga: Kalau begitu, jalani yang mana saja.


Cerita yang kurang lebih sama dicatat oleh Anthoni de Mello kira-kira begini.
Seorang penunggang kuda sedang melewati sebuah desa. Seseorang bertanya kepadanya, “Anda mau ke mana?” “Saya tidak tahu, tanyakanlah kepada kuda saya!”, demikian si penunggang kuda menjawabnya.

Kedua cerita di atas sedikit banyak mencerminkan keadaan masyarakat dunia saat ini. Banyak orang kehilangan ‘tujuan’ hidup. Atau, menyerahkan tujuan hidupnya ditentukan oleh orang lain. Keadaan ini dicirakan oleh dua sikap hidup dalam hal kerja. Pertama, orang-orang yang luar biasa santai. Begitu dalam studi, begitu juga dalam bekerja, apalagi dalam hidup bergereja. Hidup mengalir begitu saja sesuai kecenderungan hati tanpa sebuah perencanaan. Kedua, orang-orang yang super-sibuk baik dalam pikiran maupun dalam pergerakan fisik. Kalander penuh dengan agenda kegiatan dan pertemuan. Mereka duduk di gereja, namun pikiran mereka berkeliaran ke perusahaan. Mereka mendengar khotbah sambil mengutak-atik handphone. Mereka berlibur bersama keluarga, tapi otak mereka tertancap di pekerjaan. Orang-orang seperti ini dapat digambarkan dengan lilin yang dibakar di kedua ujungnya. Padahal, "membakar sebuah lilin dari kedua ujungnya, membuatnya tidak dapat bertahan lama", demikian sebuah pepatah Denmark.

Kehilangan ‘tujuan hidup’, biasanya seiring dengan kehilangan jejak ‘awal hidup’. Firman Tuhan dalam Efesus 1:4-5 menyatakan bahwa “Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan” dan “dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya.” Artinya kita ada di sini bukan secara kebetulan atau karena kecelakaan sejarah. Kita ada dan hadir di bumi ini dengan sengaja. Sesuai rencana Allah. Dan pekerjaan Tuhan belum selesai atas diri kita.

Karena itu hendaknyalah kita menjalani hidup tidak sekadar ‘asal-asalan’ saja: asal hidup, asal bekerja, asal menabung, asal menikah, asal punya anak, asal bergereja, asal melayani. Asal….asal…... Kita hendaknya menjalani hidup seturut dengan kehendak Bapa kita. Ini tidak berarti bahwa Allah sudah ‘menetapkan’ kita untuk menjadi ‘apa’ dalam hal pekerjaan atau profesi: tukang pangkas, notaris, pilot, programmer komputer, tukang jahit, guru dan sebagainya. Ia memberi ‘kebebasan’ kepada anak-anakNya untuk memilih, sesuai dengan kemampuan atau bakat dan talenta yang Ia anugerahkan dipadu dengan kesediaan kita mengembangkan dan menekuninya. Yang penting adalah bagaimana kita hidup dan menjalankan pekerjaan kita: untuk kemuliaanNya, untuk kebaikan sesama, dan demi kebaikan kita. Pekerjaan kita bukan hanya sekadar lahan ‘cari makan’ tetapi sekaligus sebagai ladang pelayanan di mana kita menjadi murid dan saksi-Nya. Jika Anda penjahit, jadilah penjahit yang baik, bukan penjahit merangkap penjahat.

Agar kita dapat mewujudkan keberadaan kita sebagai anak-anak Allah, kita membutuhkan discernment, yaitu: kemauan dan kemampuan memahami kehendak Allah dalam kenyataan kehidupan termasuk pilihan-pilihan yang tersedia. Discernment dapat juga berarti proses di mana kita membedakan mana suasana hati, emosi, kecenderungan-kecenderungan kita dan kejadian keseharian yang “mendekatkan diri kita kepada Allah” dan mana “yang membawa kita jauh dari pada-Nya” (Joan Mueller). Jadi, discernment adalah sebuah karunia atau pemberian Tuhan. Kita tidak dapat meproduksinya dari diri kita. Namun, kita dapat bertumbuh dalam karunia discernment dengan menjadikannya sebagai sebuah “pola hidup” melalui kesetiaan dalam refleksi pribadi dan doa. Di sinilah kita berjumpa dengan Tuhan yang memberi diri kita dan memberi tujuan hidup kita.

1 comment:

  1. Terima kasih untuk renungan yang meneguhkan kehidupan di awal hari ini. Saya tahu untuk apa saya diciptakan. Untuk itulah saya hidup. Kemuliaan hanya untuk Tuhan.

    ReplyDelete

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget