Sunday, January 17, 2010

ANTI-VIRUS HUBUNGAN TERINFEKSI

REFLEKSI SENIN KE-3
18 Januari 2010


Berikut ini adalah kisah seorang yang merasa menanggung 'beban ganda'.

“Seorang teman meminjam uangku lebih dari setahun. Pada saat mau meminjam ia datang setengah ‘menyembah’ dan dengan alasan yang benar-benar masuk akal untuk meminjam. Ia juga dengan kata-kata yang sangat meyakinkan berjanji janji untuk mengembalikannya paling lama tiga bulan. Bulan dan tahun pun telah berlalu, tetapi pinjaman tak kunjung kembali. Kini aku tidak hanya terbeban karena uang saja tetapi juga terbeban dengan ‘body language’ dan sikapnya yang tidak bersahabat. Padahal, hampir setiap hari saya harus bertemu dengan dia karena berada dalam satu kantor. Aku kehilangan uangku dan kehilangan pertemananku dan sekaligus kehilangan ketenangan batinku”.

Dalam kisah di atas kita melihat bahwa ‘hubungan’ pertemanan sedang menuju pada ke suatu bahaya. Proses peminjaman yang didasarkaan pada trust (rasa percaya) mulai memudar ketika penangguhan bahkan tanda-tanda pembatalan janji sedang terjadi. Akal sehat kita berkata bahwa si peminjam mengalami ‘pengorbanan ganda’, uangnya dan ketengan jiwanya. Hubungan terganggu seiring dengan pudarnya rasa percaya.

Di samping itu, hubungan juga bisa terancam oleh perbedaan pendapat. Padahal, dalam perjalanan hidup ini, kita pasti pernah berbeda pendapat dengan orang lain. Masalahnya, ada orang yang menyamakan saja perbedaan pendapat dengan pertengkaran. Padahal, tidak harus demikian. Perbedaan merupakan yang wajar-wajar saja dalam kehidupan ini. Terganggunya hubungan baik hanya karena perbedaan pendapat merupakan sesuatu yang tidak sehat. Lebih celaka lagi, perbedaan yang berujung pada perselisihan itu merembes dan merambat ke mana-mana. Bayangkan Anda berbeda pendapat dengan seseorang, dan seseorang itu menanggapinya secara negatif hingga memicu permusuhan hingga teman dekatnya pun memusuhi Anda. Padahal Anda tidak ada masalah sama sekali dengan yang bersangkutan.

Ada begitu banyak virus yang menggerogoti hubungan sehat dengan sesama. Kita tidak mampu memproduksi anti-virus ampuh mengatasinya. Hal-hal berikut kiranya dapat menjadi acuan kita:

1. Kesediaan kita terhubung dengan Tuhan. Sebab, semakin kita terhubung dengan Tuhan, semakin terhubung pula kita dengan orang lain. Semakin kita terhubung dengan orang lain semakin sehat pula emosi dan fisik kita.

2. Sebuah keharusan untuk ‘memahami diri kita sendiri’ dan ‘memahami orang lain’. Lihatlah bagaimana Anda berhubungan dengan orang lain. Misalnya, kita perlu mengenali apakah kita lebih ektrovert atau introvert. Sebuah masalah hubungan biasanya dimulai dari yang ekstrovert dan menjadi langgeng karena ‘reaksi’ mereka yang introvert. Yang ektrovert “memulai” dan yang introvert “menyambut dan melanjutkannya”. Yang lebih menderita biasanya adalah yang introvert. Sebab, yang ekstrovert cenderung memiliki dua kekurangan. Di satu segi kurang peduli apakah kata-kata dan tindakannya melukai atau menyakiti orang lain dan di segi lain kurang peduli terhadap kesalahan atau kekurangannya sendiri. Mereka bisa tidur nyenyak meskipun ia tahu sendiri dia bersalah. Yang introvert bisanya menderita dua ‘luka’: (1) Merasa terluka karena sikap, kata-kata dan tindakan orang lain dan (2) Merasa terbeban dengan reaksinya sendiri. Dalam hal ini, bertumbuhlah dari kesalahan-kesalahan, apakah Anda seorang ekstrovert (yang biasanya memulai masalah) atau apakah Anda seorang introvert (yang biasanya lebih merasa tersiksa dan bereaksi kurang sehat). Ketika Anda secara perlahan membuka hati, pertumbuhan dimulai seperti suatu sumber mata air yang baru.

3. Kita perlu mengembangkan sikap menerima perbedaan tanpa berujung pada parbadaan (Bahasa Batak yang berarti “Pertengkaran”). Caranya, kita harus membedakan antara ‘pendapat’ dan ‘si pemberi pendapat’. Kalau pendapatnya tidak kita terima, bahkan kita tolak, kita tetap dapat menerima ‘orangnya’. Membenci ide-ide buruknya, tetapi menerima dan mengasihi orangnya. Hal ini memang sulit, tetapi dengan proses pembiasaan semuanya bisa terjadi.

4. Indikator yang paling baik menunjukkan kepribadian dan kemampuan kita membangun hubungan yang sehat secara kristiani adalah buah-buah Roh (KSD 5KP): kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Gal. 5:22-23).



Hubungan yang sehat tercipta
seiring dengan berkembangnya kedamaian hati

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget