Tuesday, October 20, 2009

MENGAPA

REFLEKSI SENIN KE-42
19 oKTOBER 2009


Setiap orang mempunyai pertanyaan ‘mengapa’. Tapi tak semua pertanyaan ‘mengapa’ ada jawabnya. Misalnya, “mengapa” orang-orang baik mendapat nasib buruk dan orang-orang berperilaku buruk justru ‘baik-baik’ saja? Mengapa orang yang makan tidak teratur, istirahat tidak teratur, dan bicara ngawur, tapi bernasib mujur, bahkan pilek pun tidak pernah? Padahal, orang yang begitu ketat menjaga kesehatan justru sakit-sakitan?

Seorang ibu pernah mengeluh setelah berpuluh tahun berpeluh mengusahakan kesembuhan suaminya. Padahal, suaminya begitu aktif bergereja, memberi banyak sumbangan untuk pembangunan gereja, tetapi penyakitnya tidak kunjung sembuh. Sementara orang yang tidak pernah berdoa, tidak pernah bergereja, apalagi memberi perpuluhan malah makin ‘makmur’ saja. Mengapa? Mengapa? Tak ada jawab.

Anda mempunyai pertanyaan ‘mengapa’ sekarang? Mungkin pertanyaan itu begitu kuat menyita perhatian Anda. Bagaimana kita menyikapinya? Begini. Setiap pertanyaan 'mengapa' yang tidak mendukung pertumbuhan iman, apalagi menghantar kita sampai menggugat kedaulatan Allah, seharusnya kita tanggalkan dan tinggalkan. Sebab, jika kita larut dalam pertanyaan seperti itu, yang tidak ada ujungnya, bia saja membuat kita semakin frustrasi.

Sebagai penggantinya, kita bisa menjawab dua pertanyaan ‘apa’. Pertama, pelajaran APA yang kita petik dari situasi ini. Mungkin kita bisa belajar kesabaran, ketabahan, penghematan dan sebagainya dari suatu peristiwa kehidupan yang tidak kita mengerti. Kedua, APA yang bisa kita lakukan dalam situasi ini? Artinya, daripada larut atau bahkan tertekan oleh pertanyaan ‘mengapa’ yang tidak terjawab, kita dapat melakukan sesuatu. Misalnya, daripada bertanya, mengapa gempa menimpa saudara-saudara kita di Sumatera Barat, lebih baik kita berbuat sesuatu seperti mendoakannya dan memberi bantuan konkrit sesuai kemampuan kita masing-masing. Daripada hanya bertanya ‘mengapa’ lalulintas di kota-kota Indonesia semrawut dan jorok, lebih baik kita memberi keteladanan berlalulintas. (Di Medan, yang dianggap ‘jago’ atau hebat adalah pengendara motor yang berhasil menerobos lampu merah, tanpa mengenakan helm pengaman dan bonceng tiga pula!).

Banyak pertanyaan ‘mengapa’ (walaupun tidak semua) yang harus dijawab dengan pertanyaan baru ‘apa’ untuk mendapaat solusi.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget