Sunday, March 15, 2009

MASALAH 'TRIANGULATION' DALAM KOMUNIKASI

REFLEKSI SENIN KE-12 2009: 16/3

Kita semua pasti pernah termasuk dalam suatu 'jaringan' triangulation, entah sebagai pihak pertama, pihak kedua, pihak ketiga atau malah perpaduan ketiganya. Triangulation adalah tindakan menyampaikan keluhan atas diri seseorang kepada pihak ketiga, bukan kepada yang bersangkutan secara langsung. Ini terjadi karena seseorang terlalu kuatir menyampaikan langsung kepada yang bersangkutan, takut akan kemungkinan reaksi yang tidak menyenangkan. Atau, bisa juga karena hal ini sudah merupakan ‘hobbi’. Padahal, melakukan triangulation dapat memicu beredarnya gossip dan rumor. Triangulation juga dapat menimbulkan konflik dan bahkan bisa menimbulkan kekacauan yang tidak terkendali.

Untuk memudahkan membedakan ketiga pihak dalam sebuah proses triangulation dapat disingkat dengan P1, P2, dan P3. P1 adalah sasaran keluhan, P2 adalah yang mengeluhkan P1; dan P3 adalah perantara P1 dan P2. Berikut ini ada empat saran praktis:[1]

1. Hindari Triangulation

Kita perlu mengindari triangulation dalam komunitas kerja, jemaat, dan keluarga. Jika Anda mempunyai masalah dengan seseorang (P1), bicaralah secara langsung kepada yang bersangkutan. Dalam konteks triangulation yang perlu dihindari, berikut ini ada beberapa hal yang kiranya dapat Anda pertimbangkan:
  • Dalam kehidupan sehari-hari hindari terlalu banyak mengeluh dan mempercakapkan hal-hal sepele secara mendalam.
  • Temuilah yang bersangkutan dalam semangat kasih persaudaraan. Kasih persaudaraan itu sendiri akan mempengaruhi kata-kata dan cara Anda.
  • Carilah waktu dan situasi yang lebih tepat.
  • Mohonlah hikmat kepada Tuhan untuk memperlengkapi Anda untuk menyampaikan isi hati Anda.
  • Jika yang Anda sampaikan berkaitan dengan sebuah kritik, pilihlah kata-kata yang lebih konstruktif bukan ofensif. Misalnya, jika Anda mau membicarakan sifatnya yang pemarah atau pemberang, jangan katakan, “Saya sangat membencimu, karena engkau pemarah”. Katakan dengan tulus, “saya akan sangat menghargai dan berterima kasih jika engkau lebih lemah-lembut dalam bersikap dan berkata-kata!” Isi pesannya sama, tetapi yang kedua lebih meneguhkan dan membuka jalan untuk sebuah perubahan tanpa mengorbankan kebenaran dan persahabatan.

Dalam konteks kehidupan berjemaat, firman Tuhan sebagaimana tertulis dalam Matius 18:15-17 menjadi pedoman kita:

Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat.

2. Menghadapi Triangulation Dengan Kasih

Jika seorang P3 menjumpai Anda dan mengatakan, “banyak orang mengeluhkan” atau “ada seseorang yang meminta saya menyampaikan keluhannya tentang Anda”, dengarkanlah dengan sepenuh hati. Kemudian, lanjutkan dengan menanyakan nama-nama (P2) yang dimaksudkan. Sekiranya seseorang itu tidak memberitahukan namanya, Anda tidak perlu bereaksi berlebihan atau bersikap ofensif dan defensif. Anda cukup merenungkannya dan memperbaiki diri jika benar atau melupakannya jika yang dikeluhkan tidak benar.

Jika seseorang memberitahukan nama yang melakukan triangulation terhadap diri Anda, bicaralah secara langsung kepada yang bersangkutan. Tanyakanlah mengapa dia segan atau takut berbicara kepada Anda. Dan yang terpenting adalah Anda memasuki inti masalah dengan kasih persaudaraan. Jika apa yang dikeluhkan tentang diri Anda benar, maka Anda perlu mengekspresikan rasa terima kasih Anda kepada yang bersangkutan yang menolong Anda memperbaiki kelemahan. Jika apa yang dikeluhkan seseorang itu tidak benar, Anda dapat memberi penjelasan secukupnya tanpa menyerang atau memarahi.

3. Memikul Tanggung Jawab

Jika seorang P2 datang kepada Anda dan meminta Anda sebagai pihak ketiga (P3) dalam sebuah triangulation, Anda dapat mendorongnya untuk berbicara langsung kepada yang bersngkutan (P1). Sekiranya seseorang(P2) itu tetap tidak mau atau belum mampu menyampaikan secara langsung kepada yang bersangkutan, padahal apa yang dikeluhkannya benar dan sangat perlu diketahui yang bersangkutan, Anda dapat mengambil inisiatif menyampaikannya kepada P1. Bukan lagi terutama karena ada orang (P2) yang menyampaikannya kepada Anda, tetapi karena Anda sendiri menyadari bahwa masalah itu perlu disampaikan. Sebelum menyampaikannya kepada yang bersangkutan (P1), Anda mesti pertama sekali ‘menyampaikannya’ kepada Tuhan melalui doa Anda. Mintalah hikmat kepada Tuhan agar ‘misi’ Anda bertemu kepada yang bersangkutan dipimpin oleh Tuhan sendiri.

4. Triangulation yang dibenarkan

Barangkali triangulation yang dibenarkan adalah berkaitan dengan kehidupan berbangsa atau berorganisasi berskala besar, di mana masyarakat atau anggota suatu organisasi tidak memiliki akses langsung kepada para pemimpin selain menyampaikannya melalui jalur perwakilan atau melalui media massa. Dalam hal ini hendaknyalah semua pihak mengutamakan penyelesaian masalah tanpa menambah atau memperparah masalah. Itu bisa terjadi jika semua pihak mengedepankan semangat kehidupan yang lebih baik untuk semua dan dalam koridor kebenaran.
***

[1] Uraian singkat tentang topik ini lihat The Lutheran Handbook for Pastor, (Minneapolis: Augsburg Fortress, 2006), 130-131.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget