Sunday, December 14, 2008

YANG POKOK dan YANG SAMPINGAN

Dalam pengalaman kita keseharian sedikitnya ada empat suasana perjumpaan.

Pertama, perjumpaan yang penuh dengan sukacita. Dalam perjumpaan seorang ibu dengan anak yang dikasihinya yang sudah lama merantau dan sudah lama tidak bertemu di situ pasti ada kegembiraan yang meluap-luap. Meskipun disitu ada air mata, ia adalah air mata kegembiraan.

Kedua, perjumpaan yang tidak peduli. Ada begitu banyak orang yang sudah bertetangga puluhan tahun tetapi amat jarang saling menyapa. Mungkin sesekali mereka saling melempar senyum ketika saling berpapasan atau kebetulan ada dalam lift yang sama. Memang mereka tidak saling mengganggu atau bermusuhan, tetapi mereka juga tidak terlalu peduli satu sama lain.

Ketiga, perjumpaan yang menakutkan sepihak. Bagaikan persentuhan durian dengan mentimun. Apakah mentimun yang menyentuh durian atau sebaliknya, selalu mentimun yang terluka. Misalnya perjumpaan bos kejam dengan bawahan, raja lalim dengan hamba dan sebagainya. Pihak yang lebih lemah selalu kalah atau harus mengalah meskipun menang. (Konon, banyak bos yang main tennis atau golf dengan bawahannya 'dimenangkan' oleh sang bos meskipun bawahannya lebih unggul).

Keempat, perjumpaan yang menghancurkan. Ini bisa terjadi dalam lingkungan yang saling mengenal dan tidak mengenal. Ia bahkan bisa terjadi dalam sebuah persekutuan keagamaan. Setiap kali ada pertemuan, ada saja orang yang selalu saling menyindir, perang urat saraf, perang mulut bahkan, ironinya, hingga saling memukul.

Bagaimana perjumpaan kita dengan Allah? Dari pihak Allah sendiri tidak ada masalah. Ia menjumpai kita dengan sukacita karena kasihNya. Karena itu, menjelang perayaan Natal ini kita perlu sungguh-sungguh menyambut Tuhan dengan sukacita. Natal bukan terutama faktor luar tetapi terutama berkaitan dengan ‘hati’. Kita tidak dapat menutup mata dengan kenyataan yang terjadi hingga saat ini dimana begitu banyak orang yang menekankan hal-hal yang sifatnya lahiriah dalam merayakan natal. Itu sebabnya pada bulan Desember tingkat stress lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang lain. Tingkat stress ini berkaitan langsung dengan kesibukan dan pengeluaran yang membengkak. Di sinilah orang-orang merias diri dan mendekorasi rumah, toko, jalan dan gereja. Rambut keriting direbonding dan rambut lurus dikeritingkan; rambut putih dihitamkan dan rambut hitam dijadikan warna pink. Kaum perempuan di Indonesia sibuk di dekat kompor dan oven memasak kue. Pintu-pintu ditutup (yang membuat semakin panas) supaya anak-anak tidak masuk. Kalau anak-anak masuk, maka kue yang masak baru empat yang habis juga langsung empat. sama sekali belum ada yang bisa masuk kaleng untuk disimpan. Celakanya, sesudah kue masak, panas kompor dan oven pindah ke dalam hati. Wajah jadi keriting karena cepat naik darah.

Semua faktor luar seperti itu boleh-boleh saja, asalkan tidak mengabaikan yang terpenting, yaitu menyambut Tuhan dengan hati yang bersukacita. Lebih baiklah rambut keriting dengan hati lurus ketimbang rambut lurus tetapi hati kerting. Jadi, ‘hati’ kitalah yang terutama perlu didekorasi bukan ruang tamu atau toko-toko.

Karena Allah sendiri datang menjumpai kita dan selalu menyertai kita, hendaknya kita meresponinya sedikitnya dengan tiga hal berikut.

1. Mengaku percaya. Kita percaya bahwa Tuhan menyertai kita setiap saat. Kita percaya Ia mengenal kita dan mengetahui kebutuhan kita. Karenanya, orang percaya terhindar dari stress berlebihan, mengeluh dan bersungut-sungut.

2. Berserah kepada Tuhan. Kehendak Tuhan menjadi kehendak kita. Kita menjalani hidup ini dan berjuang dalam iman.

3. Bersaksi melalui kehidupan agar orang lain dapat melihat dan merasakan kehadiran Tuhan melalui kata, senyuman, perbuatan dan seluruh gerak hidup kita.

Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
Jangan kita tinggalkan Dia!

1 comment:

  1. Shalom !

    " I wish you in Merry Christmas and Happy New Year "

    ReplyDelete

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget