Sunday, December 5, 2010

KRISTEN-MUSLIM

REFLEKSI SENIN KE-49
06 Desember 2010

Saya sangat gembira ketika menerima undangan Bapak Suyanto dan Ibu Suana untuk menghadiri acara pernikahan anaknya, Bambang Prasetya. Rasa gembira ini saya wujudkan dengan menghadirinya kemarin, 05 Desember 2010, bersama istri dan kedua anak saya. Kami dapat melihat dan mengalami bagaimana rasa sukacita Bapak Suyanto dan Ibu Suana menyambut kami. Sambil menikmati hidangan yang lezat kami sempat berbincang-bincang di sela-sela kesibukan mereka menyambut para tamu.

Kami mengenal keluarga ini delapan tahun lalu. Sejak itu kami bersahabat dan beberapa kali saling mengunjungi. Beliau tahu bahwa saya seorang Kristen dan seorang pendeta. Saya juga mengetahui beliau seorang muslim. Sejujurnya, saya tidak pernah dan tidak akan pernah mempengaruhi keluarga ini untuk menjadi Kristen. Tentu, saya tidak keberatan malah senang, jika beliau menjadi Kristen atas pilihan sendiri. Saya juga yakin, beliau tidak ada niat mempengaruhi saya untuk menjadi muslim.

Persahabatan kami terbanagun karena kami (1) Mengakui dan menghargai perbedaan agama. (2) Tidak ada agenda terselubung untuk mempengaruhi satu sama lain khususnya untuk menarik ke agama sendiri. (3) Menekankan bahwa kami adalah “sesama manusia”: yang sama-sama berharkat, sama-sama mempunyai tugas panggilan untuk membanagun persahabatan, sama-sama merindukan kedamaian, mempunyai tanggung jawab saling menolong. Jadi, ketika kami bersalaman, yang bertemu bukan terutama tangan Kristen dan tangan Muslim, tetapi tangan sesama manusia; sesama manusia yang adalah sama-sama ciptaan Allah yang sama.

Atas dasar itu pulalah persahabatan saya terbangun dengan beberapa penganut agama Islam lainnya, seperti Keluarga Pak Sardoyo dan Ibu Iyah di Yogyakarta, Keluarga Pak Sanimin di Medan, Keluarga Pak Suryono di Pematangsiantar dan lain-lain. Persahabatan sebagai ‘sesama manusia’ tanpa dipisahkan oleh perbedaan.

Sebagai seorang Kristen dan pendeta, hubungan seperti ini bukanlah mengingkari tugas panggilan saya di bidang missi Kristen. Sebab, tugas panggilan Kristen bukan ‘mengkristenkan’ orang lain, melainkan terutama untuk ‘mengasihi’ sesama manusia. Memberitakan Injil, bukan terutama melalui kata-kata, apalagi hanya menjelaskan isi Alkitab, melainkan melalui perbuatan dan tingkah laku yang mengalir dari kasih Kristus. Tugas seorang Kristen bukan pula menetapkan seseorang masuk sorga atau tidak. Itu adalah sepenuhnya hak Tuhan Yesus. Memang, menjadi tugas panggilan Kristen juga untuk menyambut penganut agama lain menjadi Kristen, jika itu pilihan sadar mereka. Yang jelas, tidak ada unsur pemaksaan dan tanpa iming-iming duniawi.

Kehadiran sahabat-sahabat muslim ini, tidak menggantikan sahabat-sahabat yang Kristen, melainkan 'perluasan'. Perluasan yang melintas tembok sempit ras, etnis, agama, dan sebagainya.Ungkapan 'seribu sahabat terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak' benar adanya. Memang menyedihkan karena terkadang persahabatan dengan penganut agama lain justru lebih baik ketimbang sesama Kristen. Hanya saja, jika kita sudah berbuat sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya, tapi ada saja orang yang memusihi kita, dari kita tidak akan dituntut apa-apa.

Rindu melihat dunia yang lebih damai dan toleransi umat beragama tidak hanya tertulis dalam dokumen dan bergema dalam ruang seminar, tetapi terbukti tumbuh mekar di seantero bumi.



No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget