Sunday, June 13, 2010

T I M

REFLELSI SENIN KE-24
14 June 2010

Towers Watson, konsultan sumber daya manusia, yang melakukan jajak pendapat kepada 20.000 pekerja di 22 negara dari Nopember 2009 hingga Januari 2010, menemukan bahwa 2/3 responden menempatkan ‘kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain’ sebagai karakter yang paling diinginkan dari seorang pimpinan. Menyusul sesudahnya sifat dapat dipercaya, mendorong pengembangan bakat. Hasil survey yang sama juga menunjukkan bahwa di Singapura, misalnya, banyak penekanan pada kemampuan individual, yang membuat orang sangat kompetitif secara individual tetapi mengalami kesulitan dalam kerja tim dan bekerjasama dengan unit-unit kerja yang lain (Straits Times 24 April 2010).

Kerjasama dalam sebuah tim bukan hanya merupakan tuntutan masyarakat atau lingkungan kerja tetapi sesuatu yang amat hakiki dalam iman dan tugas panggilan orang Kristen. Sayang sekali, kehidupan dan kerjasama sebuah tim sering mengalami aneka benturan hingga perseteruan. Penyebabnya? Di antara sekian banyak penyebab macetnya kerjasama suatu tim terkait dengan masih tingginya tingkat kadar kekanak-kanakan anggota tim. Dan seberapa kental kadar kekanak-kanakan dalam diri orang seorang dewasa sangat tergantung pada kesediaan seseorang itu melihat sedikitnya dua pembentukan sejak masa kecil.

Pertama, mental juara. Agaknya keinginan menjadi juara terbentuk sedemikian rupa melalui pengaruh hampir semua bidang kehidupan seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Akibatnya? Berikut sebuah contoh faktual. Ada seorang anak yang berhasil tenjadi juara di sekolahnya. Sayang sekali, kemampuannya berelasi dengan sesamanya amat rendah. Suatu ketika dia main game dengan teman-temannnya. Setelah beberapa kali kalah, dia marah dan berkata, “Aku tidak mau main lagi dengan kalian. Ini adalah permainan bodoh”. Inilah yang terjadi jika ‘mental juara’ begitu mendominasi. Ada keinginan untuk menjadi juara dalam segala hal. Jika tidak tercapai menjadi menarik diri sambil mengkambinghitamkan orang lain atau kegiatan itu sendiri.

Dalam peristiwa dan bentuknya yang berbeda, hal yang sama tidak jarang terjadi dalam kelompok orang-orang dewasa. Gagal menguasai, beralih ke marah, menarik diri dan mengkambinghitamkan.

Kedua, pemanjaan. Thubten Chodron mengatakan, “Menyayangi anak tidak berarti Anda membiarkan mereka melakukan apa saja yang mereka mau atau memberikan semua yang mereka inginkan. Perlakuan seperti ini merusak anak-anak. Kebiasaan seperti itu secara serta merta mengembangkan kebiasaan buruk membuat mereka mengalami kesulitan menjalin hubungan sehat dengan orang lain. Salah satu keahlian yang paling perlu dimiliki oleh orang tua adalah mengajar anak mereka menghadapi rasa frustrasi karena tidak mendapat apa yang merekeka inginkan. Jika keinginan-keinginan anak-anak tidak dipenuhi dan mereka tidak belajar bahagia ketika keinginannya tidak dikabulkan, mereka akan mengalami kesulitan membangun berhubungan dengan orang lain saat mereka dewasa. Tentu, orangtua juga perlu memberi contoh dengan sikap mereka sendiri pada saat keinginan mereka tidak terpenuhi.”

Mengapa orangtua memberikan semua keinginan anak? Sedikitnya ada tiga keungkinan. Satu, orangtua mampu memberikannya. Apalagi, hal ini dipadu dengan tujuan untuk ‘menjinakkan’ anak yang aktif dan mengganggu pekerjaan. Dua, sebagai kompensasi kebersamaan yang hilang. Tiga, menunjukkan nilai ‘lebih’ kepada anak-anak orang lain. Hal ini nampak khususnya orangtua yang sangat tanggap melihat apa yang dimiliki anak-anak orang lain atau bahkan mencari apa yang belum dimiliki oleh anak orang lain. Semua langkah ini merupakan proses ‘pemanjaan’ anak, yang dapat menjadi penghalang pembentukan kemampuan menjalin hubungan sehat dengan sesama.

Perasaan tidak kekurangan apa-apa dapat menumbuh-kembangkan sikap ketidakpedulian bahkan anti-sosial. Perasaan aman dengan apa dan siapa yang dimiliki bisa saja membawa seseorang menikmati dirinya dan miliknya sendiri.

Bagaimana mengembangkan kemampuan menjalin hubungan yang sehat dan bekerjasama dengan orang lain? Memutus mata rantai kekanak-kanakan dan memulai sesuatu yang baru! Bertambah usia dan bertambah tua tidak terhindarkan. Tetapi, bertumbuh dewasa (dalam berpikir, bersikap, berperilaku) sepenuhnya pilihan dan kemauan kita.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget