Sunday, July 19, 2009

BUNGA BERDURI

REFLEKSI MINGGU KE-29
21 JULI 2009


Bayangkan sebuah acara sykuran ulang tahun pernikahan. Seorang undangan menyerahkan setangkai bunga mawar kepada yang berulangtahun dengan mengatakan seperti ini:


Saya akan memotong bunga mawar ini dari tangkainya dan menyerahkan bunganya kepada bapak dengan harapan bahwa bapak akan sukses, termasyhur, dan disenangi banyak orang. Sedangkan tangkai bunga yang berduri ini saya serahkan kepada ibu untuk mengingatkaan bahwa ibu harus menderita. Mempersiapkaan segala sesuatu yang bapak butuhkan untuk bekerja. Ibu harus menguras tenaga mengurus rumah dan merawat anak-anak. Jika anak-anak demam waktu malam, jangan bangunkan bapak, biarkan dia tidur pulas. Ibu harus menanggung derita kurang tidur. Saat bapak pulang kantor atau kerja, siapkan minumannya, letakkan sepatunya pada tempatnya. Jika bapak mau nonton TV, ibu harus menenteramkan anak-anak. Singkatnya, ibu harus menanggung 'duri' atau derita.

Seorang istri yang berpikir 'normal' pasti tidak menerima kata-kata itu. Suami yang berperikemanusiaan pun tidak akan menerima kata-kata itu. Suami-stri adalah satu, yang mestinya bersama-sama mengalami suka-duka kehidupan; sama-sama menanggung beban dan sama-sama merayakana kehidupan.
.
Bunga berduri juga dapat menggambarkan kehidupan ini. Kita mesti melihat kehdiupan secara utuh. Dalam kehidupan ini ada saja 'duri' yang kita alami sejak kecil hingga masa senja. Bentuknya bisa berbeda, tapi semuanya merupakan sesuatu yang tidak enak bahkan menyakitkan: mengerjakan PR untuk lulus ujian, sakit untuk mengingatkan keterbatasan kita; disalahmengerti orang, yang dapat untuk mendewasakan kita; difitnah yang dapat melatih kita untuk lebih bersabar dan tangguh; serta aneka 'duri' kehidupan lainnya. Tetapi, kita perlu memfokuskan diri pada 'keindahan dan keharuman bunga', yaitu anugerah Tuhan dan segala kebaikan-kebaikan yang kita terima dalam hidup ini. Itulah bunga berduri. Jangan hanya berfokus pada duri-duri kehidupan yang hanya akan menyakiti diri kita sendiri dan orang lain. Fokuslah pada Dia yang sudah menanggung puncak 'duri' kehidupan di kayu salib untuk kesembuhan kita dan sumber keuatan kita menjadi berkat bagi sesama.
.
Satu lagi, jika kita tidak mau (atau tidak mampu) memberi 'bunga' kepada orang lain, paling tidak jangan memberi 'duri'.

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget