Sunday, June 14, 2009

A I R


REFLEKSI SENIN KE-24

16/6/2009


Ketersediaan air tawar dunia semakin terbatas dan pendistribusiannya juga tidak merata. Sekitar satu miliar penduduk dunia saat ini mengalami kekurangan air minum yang bersih. Masih ada air, tapi tidak bersih. The International Water Management Institute memperkirakan bahwa sekitar satu miliar penduduk akan benar-benar mengalami kekurangan air pada tahun 2025. Yang kurang bersih pun tidak tersedia! Bahkan ada yang memperkirakan 3 miliar akan menghadapi ketegangan berkaitan dengan ketersediaan air pada tahun 2025. PBB memperingatkan kemungkinan perang pada tahun 2032 untuk memperebutkan sungai sebagai sumber air.[1] Banyak yang memperkirakan bahwa perang ke depan bukan terutama memperebutkan minyak, tetapi justru memperebutkan air. Kemungkinan ini sangat terbuka khususnya di Timur Tengah.[2]

Mengapa pasokan air bersih berkurang? (1) Karena penggundulan hutan yang sudah melampaui batas, baik karena ulah mereka-mereka yang kaya dan berkuasa, maupun karena pembukaan lahan baru dengan menebang dan membakar hutan oleh para peladang berpindah. (2) Banyak sumber air yang tercemar oleh limbah dari berbagai industri. (3) Dengan mencairnya es di kutub bumi (karena pemanasan global), maka air laut pun naik yang dapat mengganggu ketersediaan air tawar.

Persentase penggunaan air dalam tingkat dunia adalah: untuk rumah tangga 8%; industri 22%, dan pertanian 70%.[3] Masalah kelangkaan air sudah semakin meningkat di 26 negara yang total penduduknya sekitar 200-300 juta . (Kekurangan air diartikan: kurang dari 1000 m3/ orang/ tahun.) Sejak awal tahun 2000, sepertiga dari total penduduk Afrika berada dalam keadaan kekurangan air. Air bersih sudah semkain menurun juga di China, India, Mexico, bagian Timur AS, Afrika Utara dan Timur Tengah. Seiring dengan berkurangnya pasokan air, hasil pertanian juga akan menurun sebagaimana sudah terjadi di sebagian besar Afrika.[4]

Dalam hal ini ada beberapa hal yang kiranya perlu kita sikapi, hindari dan lakukan dengan sepenuh hati:
  1. Air adalah pemberian Tuhan untuk kehidupan seluruh ciptaan-Nya. Seringkali kita kurang memberi perhatian pada pemberian yang sangat berharga ini. Mungkin karena kita sudah terbiasa setiap hari menggunakan air, apakah kita beli atau tidak, seolah-olah kita tidak perlu mensyukurinya, menggunakannya sebaik-baiknya, dan menjaga kelangsungannya, baik dari segi kecukupan maupun kebersihannya.

  2. Sudah saatnya kita melakukan penghematan air. Memang, sebagian dari kita yang ekonomi pas-pasan mungkin kontrol yang kita lakukan terhadap kran-kran air di rumah lebih ketat. Berbeda dengan mereka yang tidak mempersoalkan pembayaran air karena cukup uang (atau --yang lebih celaka-- mereka-mereka yang tinggal di rumah dinas, yang airnya ditanggung kantor) air banyak yang terbuang.

  3. Kita perlu memperhatikan konsumsi kita, baik makanan maupun barang-barang yang kita gunakan. “Kecerdasan Ekologi” yang disebutkan oleh Daniel Golemann (2009) hendaknya menjadi salah satu panduan kita yang hidup pada zaman ini. Kecerdasan Ekologi juga menyangkut bagaimana kita memilih makanan yanag kita konsumsi dan barang-barang yang kita gunakan. Mengurangi konsumsi daging, dapat menghemat air. Karena untuk memelihara sapi misalnya, hutan berkurang dan air yang dibutuhkan juga sangat banyak untuk menghasilkan 1 kg daging sapi saja. Lemari dan kursi kayu yang berlebihan, pakaian dsb. pasti akan menghabiskan hutan, yang ujung-ujungnya berdampak kepada berkurangnya air tawar.

  4. Yesus adalah air hidup. Tuhan juga meberikan air untuk kehidupan kita di dunia ini. Menghemat air tidak berarti bahwa kita harus mengurangi minum air. Untuk kebutuhan minum, air pasti cukup untuk kita semua. Karena itu, minumlah air sesuai anjuran pakar kesehatan untuk membuat tubuh kita sehat. Di samping mensyukurinya setiap kali kita meminumnya, kita juga hendaknya tergerak untuk menjaga ketersediaannya dan kebersihannya.




[1] Colin Mason, The 2030 Spike: Countdown to Global Catastrophe (London: EarthScan, 2003), 44-45
[2] Edward Brown, Our Father’s World. Mobilizing the Church to Care for Creation, (South Hadley: Doorlight Publications, 2006), 27
[3] I. John Mohan Razu, “Water for People, Water for Life: An Ethical (Christian) Response”, in Sam P. Mathew and Chandran Paul Martin (eds.), Waters of Life and Death. Ethical and Theological Responses to Contemporary Water Crisis, (Kashmere Gate, India: UELCI/ ISPCK, 2005), 24.
[4] Karolyn M. King, Habitat of Grace: Biology, Christianity and the Global Environmental Crisis, (Adelaide: Australian Theological Forum, 2002), 4.

1 comment:

  1. uraian yang baik dan aplikasi yang berguna, terima kasih Pak Victor :)

    ReplyDelete

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget