Tuesday, February 26, 2008

KESEDERHANAAN DAN SOLIDARITAS


Belajar dari Komunitas Taize[1]

Kumunitas Taize adalah sebuah ‘biara’ antar denominasi di sebuah desa, bernama Taize, di Prancis. Komunitas ini memadukan sedemikian rupa kehidupan meditasi, kontemplasi dan aksi nyata. Para bruder dengan setia dan teratur mengadakan doa bersama setiap hari dan mereka bekerja untuk kehidupan mereka dengan dasar ‘kecukupan’ bukan kemewahan.

Dengan pendirian Komunitas Taize, Bruder Roger telah berupaya menyembuhkan perpecahan di antara umat Kristen. Bruder Roger tiba di Taize pada 1940 dan memulai komunitas ini seorang diri. Kemudian, secara berangsur ia bergabung dengan beberapa bruder lain. Pada 1949 mereka memutuskan komitmen mereka untuk hidup bersama dalam komunitas dengan selibat dan hidup sederhana.

Peraturan dan kehidupan komunitas Taize dapat memberi ‘pencerahan’ kepada setiap orang yang menyerahkan diri kepada pekerjaan Tuhan, dengan atau atau tanpa selibat. Barangkali itulah sebabnya mengapa banyak orang dari penjuru dunia yang telah menimba pengalaman dari komunitas ini, termasuk dari Indonesia sendiri.
Berikut ini beberapa hal dapat dikemukakan mengacu pada peraturan Taize.

HIDUP KONTEMPLATIF

Roger menekankan bahwa “jika imam (=pastor atau pendeta) tidak kontemplatif, maka kepala mereka akan kosong dan uluran tangannya akan hampa”. Ia percaya bahwa kasih kita terhadap sesama sangat ditentukan oleh hidup kontemplasi kita yang benar. Dengan indahnya ia mengatakan “bukalah hidupmu kepada orang lain, maka hasrat untuk menyelamatkan diri sendiri dari penderitaan dunia ini akan lenyap dari hatimu”.

Salah satu godaan terbesar dalam era di mana “budaya sibuk” tengah menggempur dunia ini, dengan motto “waktu adalah uang”, adalah terbuangnya peluang berdoa dan waktu kontemplasi. Godaan yang sama juga bisa menimpa orang yang sedang dibius mental terlalu santai. Dalam konteks ini seruan Roger sangat bermanfaat, yakni “keseimbangan dalam hidup kita ditentukan oleh perhatian kita terhadap ibadah, (baik secara pribadi maupun dalam persekutuan) dan pekerjaan baik”.

Berkaitan dengan ini ada beberapa “tanda” kehidupan kontemplatif, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kesederhanaan

Roger sangat menekankan urgensi kesederhanaan, tidak dengan memaksa diri melainkan karena iman. Berikut ini satu petikan pendapat (dan pola hidup) Roger:

Anda tidak membutuhkan begitu banyak hal untuk hidup. Anda tidak memerlukan begitu banyak untuk menyambut orang lain. Ketika Anda membuka rumah Anda bagi orang lain, dan di dalamnya terlalu banyak barang-barang milik Anda, maka hal itu lebih merupakan penghalang ketimbang sebuah jembatan penghubung persaudaraan.

Ini berarti bahwa seseorang tidak harus mendapatkan semua yang mampu ia raih dalam hidup ini. Malah, dalam suasana doa seseorang dapat dengan tulus memohon: “Ya Tuhan, ambillah dari padaku segala sesuatu (harta milik, gengsi, popularitas dan sebagainya) yang memisahkan aku dari padaMu, tetapi anugerahkanlah kepadaku segala sesuatu yang menolong aku mengikut Engkau”.

Dewasa ini, kita perlu dengan sungguh-sungguh berpaling pada kesederhanaan di tengah kegandrungan warga masyarakat terhadap kemewahan dan pemborosan. Kesederhanaan adalah menggunakan segala sesuatu seperlunya, sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan apalagi ketamakan. Kesederhanaan membuka pintu persaudaraan dan persahabatan.

b. Doa dan Pekerjaan Baik

Peraturan Taize menekanakan bahwa doa tidak dapat dipisahkan dari kerja. Dalam kata-kata lain bahwa tidak ada “spesialis doa”. Berikut ini ada beberapa pernyataan penting dari Peraturan Taize:

-“Penyerahan diri kita kepada Kristus tidak bermakna kecuali dengan menyerahkan diri dalam pekerjaan Allah melalui kemampuan nalar, bibir dan kerja nyata”
- “Pujian kepada Kristus yang menggema dalam ibadah hanya bermakna ketika serta merta diwujudkan dalam tindakan nyata dengan kerendahan hati”.
- “Carilah kehendak Allah dalam kehidupan doa dan meditasi Anda, dan lakukan segera, tanpa menunda-nunda. Karena itu, dengan membaca sedikit, merenungkannya, kemudian melakukannya. Agar doa Anda menjadi kenyataan, kehidupan Anda harus berpadanan dengan permohonan itu, yaitu dengan bekerja”.

Di sini, nilai kerja amat dalam maknanya, karena ia berakar pada pada doa dan penghayatan iman. Kelelehan fisik dalam konteks ini menjadi bermakna pula karena emosi seseorang tetap terpelihara sehat.

c. Pelaku Perdamaian Dunia dan Kesatuan Gereja

Tidak diragukan bahwa keprihatinan Roger sungguh mendalam atas keterpecahan umat manusia. Ia melihat bahwa individualisme yang tengah merambah ke pejuru dunia membajak persekutuan umat manusia. Itu sebabnya ia memandang perlunya perwujudan perdamaian dunia yang bisa dimulai dalam diri setiap individu. Ia mengatakan, “karena tidak ada kesatuan tanpa perdamaian, marilah kita mendamaikan hati dan pikiran kita masing-masing”.
Dalam kaitan itu, Roger mengatakan bahwa tidak ada persahabatan tanpa penderitaan murni. Tidak ada kasih terhadap sesama tanpa kerelaan menanggung salib. “Jika kita ingin menyerukan kepada dunia agar terwujud kedamaian yang nyata, demikian Roger berpendapat, marilah kita mulai dari dalam diri kita sendiri mewujudkan keutuhan dan kesatuan di dalam dan di antara diri kita sendiri”.

Bagi Roger, kasih, dalam arti yang sangat luas, justru melintas batas denominasi dan agama. “Kasihilah sesamamu, tanpa memandang perbedaan latar belakang politik atau keyakinan agama”, demikian nasihat Roger. Dari sudut pandang Alkitabiah, pandangan Roger ini sebenarnya mengacu sedikitnya pada dua hal. Pertama, manusia (tanpa memandang perbedaan latar belakang) adalah gambar Allah. Kedua, dalam Injil Matius (5:13-15) diamanatkan “kamu adalah garam dunia; kamu adalah terang dunia”. Sama sekali tidak dikatakan, “kamu adalah garam gereja. Kamu adalah terang gereja”.

d. Agen Keadilan

Roger sangat sering berbicara tentang “keadilan”. Ia sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus mempunyai perhatian khusus kepada orang-orang yang diabaikan, mereka-mereka yang diperlakukan secara tidak adil, mereka yang merindukan keadilan. Karena itu, mengikut Kristus berarti mengasihi orang-orang yang hidup dalam kenyataan demikian. Ia mengamanatkan:

Di mana pun Anda berada, jangan takut memperjuangkan orang-orang tertindas, apakah mereka orang percaya (kepada Kristus) atau tidak. Panggilan untuk mewujudkan keadilan harus mewujud dalam solidaritas nyata dengan mereka yang paling hina….dengan kata-kata saja hanya akan menjadi opium.

Memahami kiprah dan kehidupan Bruder Roger dan Komunitas Taize sama sekali tidak dimaksudkan agar kita menjadi “Roger kecil”, sama halnya bahwa kita tidak diminta oleh Tuhan menjadi “Paulus kecil” atau ‘Amos kecil’, dan alain-lain. Tetapi, Tuhan menghendaki kita menjadi diri kita sendiri sebagaimana Tuhan menghendakinya. Hanya saja, kita masih berhadapan dengan persoalan kehidupan yang menjadi keprihatinan Roger. Di sini, kita mempunyai panggilan yang sama.
[1] Uraian ini terutama mengacu pada Peraturan Komunitas Taize (The Rule of Taize; yang sekarang sudah diubah) dan refleksi pengalaman keterlibatan penulis di Taize-Prancis.

ShoutMix chat widget