Sepasang suami istri sedang bersiap-siap ke sebuah pesta pada suatu malam. Setelah mengenakan pakaian rapi sebagaimana layaknya ke pesta, mereka mengeluarkan kucingnya dari rumah. Mereka mengunci pintu rumah baik-baik karena tidak ada orang yang mereka tinggalkan di sana. Setelah berhasil mendapat taksi, sang suami kembali lagi ke rumah untuk menghalau kucing mereka yang berhasil kembali masuk rumah.
Karena si istri kuatir sopir taksi mengetahui bahwa rumahnya tidak berpenghuni (siapa tahu supir taksi itu merangkap sebagai pencuri juga) ia mengatakan, “Maaf, Pak supir, suami saya kembali ke rumah karena ia lupa berpamitan kepada ibu saya”.
Beberapa menit kemudian si suami masuk ke dalam taksi dan berkata kepada supir itu, “Maaf Pak, agak lama sedikit. Makhluk tua bodoh itu bersembunyi di bawah tempat tidur dan saya harus mengusirnya dengan sapu supaya ia keluar”.
Jika Anda pernah mengatakan sesuatu yang tidak benar dan kemudian secara tidak sengaja terungkap oleh orang lain pasti Anda merasa tidak enak, apalagi jika orang yang Anda bohongi itu masih bersama Anda. Mungkin Anda masih berpikir untuk memberi penjelasan dengan kebohongan baru yang bisa saja ‘berhasil’ tetapi bisa juga membuat Anda semakin frustrasi. Atau, Anda berusaha memberi bahasa isyarat --entah kerdipan mata, gerakan tangan dan lain-lain-- agar yang 'membocorkan kebohongan' Anda mengubah topik pembicaraan. Sayangnya, teman Anda berbicara tidak berhasil menangkap sinyal yang Anda berikan. Anda pun kian disesah rasa bersalah. Karena itu, marilah kita pikirkan sebijaksana mungkin kata, sikap dan cara-cara kita dalam menyampaikan suatu pesan bahkan dalam menjalani hidup ini.
Karena si istri kuatir sopir taksi mengetahui bahwa rumahnya tidak berpenghuni (siapa tahu supir taksi itu merangkap sebagai pencuri juga) ia mengatakan, “Maaf, Pak supir, suami saya kembali ke rumah karena ia lupa berpamitan kepada ibu saya”.
Beberapa menit kemudian si suami masuk ke dalam taksi dan berkata kepada supir itu, “Maaf Pak, agak lama sedikit. Makhluk tua bodoh itu bersembunyi di bawah tempat tidur dan saya harus mengusirnya dengan sapu supaya ia keluar”.
Jika Anda pernah mengatakan sesuatu yang tidak benar dan kemudian secara tidak sengaja terungkap oleh orang lain pasti Anda merasa tidak enak, apalagi jika orang yang Anda bohongi itu masih bersama Anda. Mungkin Anda masih berpikir untuk memberi penjelasan dengan kebohongan baru yang bisa saja ‘berhasil’ tetapi bisa juga membuat Anda semakin frustrasi. Atau, Anda berusaha memberi bahasa isyarat --entah kerdipan mata, gerakan tangan dan lain-lain-- agar yang 'membocorkan kebohongan' Anda mengubah topik pembicaraan. Sayangnya, teman Anda berbicara tidak berhasil menangkap sinyal yang Anda berikan. Anda pun kian disesah rasa bersalah. Karena itu, marilah kita pikirkan sebijaksana mungkin kata, sikap dan cara-cara kita dalam menyampaikan suatu pesan bahkan dalam menjalani hidup ini.
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.