Sunday, February 20, 2011

ARTI KEHADIRAN SAHABAT

RENUNGAN MINGGU KE-8
20-26 Pebruari 2011
(Baca terlebih dahulu Ayub 2:11-13)

Penderitaan Ayub tidak tanggung-tanggung: (1) Semua anaknya meninggal; (2) Hartanya habis (3) Ia menderita penyakit parah; (4) Istrinya sendiri tidak memberi dukungan yang baik; (5) Kata-kata ’penghiburan’ sahabat-sahabatnya tidak meneguhkan. Ini adalah penderitaan yang luar biasa!

Di tengah musibah berat itu, ketiga sahabatnya berusaha melakukan yang terbaik. Mereka datang dari tempatnya masing-masing (ayat 11), yang mungkin saja dari tempat yang jauh. Yang jelas, mereka datang dengan sengaja dan terencana. Niat mereka murni, yakni: ingin menolong dan menghibur. Kepedulian mereka tinggi. Mereka pun hadir bagi Ayub. Mereka ikut menangis dan mengoyakkan jubah, tanda kedukaan. Tujuh hari lamanya mereka duduk bersama Ayub. Sayangnya, setelah itu mereka tidak tahan. Mulailah mereka menasihati dan menghakimi. Percakapan Ayub dan sahabat-sahabatnya itu cukup panjang (Baca mulai pasal 4). Tetapi, kata-kata sahabatnya itu tidak punya makna bagi Ayub. Ia mengatakan, ”Alangkah hampanya penghiburanmu bagiku! Semua jawabanmu hanyalah tipu daya belaka (21:34).

Untuk menjadi “saudara dalam kesukaran”, kerap yang dibutuhkan bukanlah perkataan hikmat yang memikat. Sahabat kita kadang tidak butuh banyak nasihat. Yang ia butuhkan hanyalah kehadiran dan pendampingan kita. Telinga yang peka mendengar, bukan mulut yang cepat menghakimi atau mempersalahkan yang membuat hidup yang sudah sarat beban bertambah berat. Kita terkadang tergoda membandingkan dengan apa yang pernah kita alami dan apa yang dialami oleh sahabat kita seolah belum apa-apa. Tentu hal seperti ini tidak menolong saudara kita yang sedang mengalami sebuah pergumulan. Yang lebih dibutuhkan adalah hati yang peka dan mengerti atas dasar kasih.

Yang lebih memberatkan adalah kata-kata yang menghakimi bahwa penyakit adalah hukuman Tuhan akibat suatu dosa yang tidak diakui. Juga kata-kata yang justru melemahkan semangat seperti banyak menceritakan tentang penyakit yang kurang lebih sama dengan yang diderita si pasien yang tidak sembuh-sembuh. Yang sakit itu bisa saja menjadi semakin frustrasi dan memperparah penyakitnya.

Doa Fransiskus Asisi berikut ini kiranya menjadi doa dan sikap kita juga:

Tuhan, jadikanlah aku pembawa damaiMu.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih;
Bila terjadi luka, jadikanlah aku pembawa kesembuhan;
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian;
Bila terjadi keputusasaan, jadikanlah aku pembawa harapan;
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang;
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan.


Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur;
Memahami daripada dipahami;
Mencintai daripada dicintai,
Sebab dengan memberi kami menerima;
Dengan mengampuni kami diampuni.......

No comments:

Post a Comment

Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.


ShoutMix chat widget