04 Januari 2010
Kita tidak ikut merencanakan kehadiran kita di dunia ini. Kita juga tidak ikut merencanakan adanya tahun 2010. Kenyataan ini sedikitnya membuat kita sadar diri: kita hidup dan berada oleh dan di dalam Pencipta kita. Bayangkan kita sedang tinggal di rumah orang lain. Kita adalah tamu. Sebagai tamu yang tahu diri pasti kita tidak berbuat sesuka hati kita, bukan? Tuan rumah mungkin saja mengatakan “anggap seperti rumah sendiri”. Akan atetapi, sekali lagi, sebagai tamu yang tahu diri kita seharusnya menyesuaikan diri dengan tradisi tuan rumah.
Memang kita bukanlah tamu di hadapan Allah. Ia adalah Bapa kita. Tetapi, sebagai anak yang sadar diri, kita yang menyesuaikan diri dengan kehendak Bapa, bukan sebaliknya Bapa yang kita paksakan menyesuaikan diri dengan kehendak kita. Apalagi, Bapa lebih tahu yang terbaik bagi kita anak-anakNya. Dalam hal ini kita dapat dengan mudah memahami mengapa Yesus berfirman, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu…..” (Yoh 10:15). Kita yang menyesuaikan diri dengan Tuhan, supaya kita dapat berbuah. Buah yang baik!
Pertanyaan yang perlu kita jawab bukan “Apa yang terjadi sepanjang tahun 2010?” melainkan "Apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita agar sesuatu terjadi dan tidak terjadi?" Kita dilibatkan Tuhan untuk memungkinkan sesuatu yang baik dan benar terjadi. Tuhan juga menghendaki kita terlibat dalam pekerjaanNya agar tidak terjadi yang ia tidak kehendaki: ketidakadilan, permusuhan, peperangan, kehancuran alam ciptaanNya dan sebagainya. Tuhan memang bisa melakukan segala sesuatu. Tanpa kita! Tetapi kita dirancang bukan seperti robot. Kita diciptakan memiliki hati, pikiran, kemauan, yang hendaknya semuanya itu kita tempatkan di bawah pimpinan RohNya.
Sedikitnya ada empat yang sangat penting kita hayati sepanjang tahun 2010 ini:
Pertama, dasar bangunan. Program dan rencana kita mungkin sudah ada. Kita hendaknya mengujinya berdasarkan kehendak Tuhan. Kita tidak hidup hanya kebetulan. Kita ada dan hidup atas rancangan Allah. PekerjaanNya belum selesai atas kita. Proses masih sedang berjalan. Jadi, apakah kita menekuni pekerjaan, pelayanan, studi, bisnis kita harus mencari kehendak Tuhan dalam semua itu. Kita tidak mengukur sukses berdasarkan standar dan kalkulator dunia. Kita mengujinya sejauh mana semua itu berkenan kepada Tuhan, membawa berkat bagi kita dan orang lain, hormat dan kemuliaan hanya bagi Allah. Jangan sampai pekerjaan yang memiliki kita. Jangan sampai uang yang memiliki kita. Jangan sampai jabatan yang memiliki kita. Keadaan seperti ini akan membawa ketegangan yang tidak perlu. Dan, biasanya obsesi demikian menjerusmuskan kita menghalalkan segala cara dan memaksa diri. Itu yang membuat banyak orang kehilangan kebahagiaan, sukacita dan damai sejahtera.
Kedua, mengingat tanpa memikirkan secara mendalam. Untuk beberapa hari ke depan ini, dalam menuliskan tanggal ada kalanya kita masih menulisnya dengan tahun 2009. Hal ini dapat dimengerti karena selama 12 bulan kita menggunakan angka 2009. Agak aneh kalau hingga bulan Pebruari kita masih menulis angka 2009 untuk 2010. Kenyataan ini mengingatkan kita untuk tidak mengingat yang tidak perlu yang sudah berlalu, apalagi yang merusak, di tahun yang lalu. Sekiranya peristiwa menyakitkan masa lalu singgah kembali dalam ingatan kita, kita tidak perlu mengulasnya lebih jauh. Sebab, dengan demikian kita memberi kekuatan padanya menguasai bahkan melumpukan hidup kita. Kita bisa membiarkannya berlalu atau menggantikannya dengan pikiran yang membangun. Kita adalah ‘tuan’ dari pikiran kita. Dengan tepaku pada masa lalu yang kelabu kita terhalang ‘mengalami’ hari ini dengan segala keindahannya dan tanggung jawab kita memaknainya.
Ketiga, siuman. Berjaga-jaga. Dunia ini akan semakin gencar mempromosikan diri sebagai pengganti Allah. Iklan akan tetap gencar menggoda dan menodai nurani kita. Umumnya, iklan menggiring kita untuk hanya memikirkan diri sendiri: bagaimana supaya ‘lebih’ keren, lebih sukses, lebih ganteng, lebih cantik dengan bayaran uang, tenaga, waktu yang tidak habis-habisnya. Godaan terbesar dalam zaman ini adalah keinginan untuk meng-upgrade ‘status’ di mata orang, bukan meng-upgrade iman dan kesetiaan kepada Tuhan. Di sinilah kita kehilangan jati diri sebagaimana dirancang dan dianugerahkan Tuhan. Kita ada di sini bukan untuk mengumpulkan barang-barang dan mainan dengan mempermaikan Tuhan. Kita ada di sini untuk menjalani hidup bersama dengan Allah dan mengemban misi-Nya demi damai sejahtera.
Keempat, bersiap pada yang terburuk tanpa mengutuk dan mengantuk. Tantangan pasti akan ada pada tahun 2010 ini. Di satu segi oleh kajahatan manusia (teroris, ekstrimis, konsumeris dan is is yang lain) dan di segi lain bencana alam berkaitan dengan krisis ekologi yang mungkin saja terjadi. Di dalam ancaman seperti ini, tidak sedikit orang yang ‘mengantuk’, pasrah passif. Memahaminya sebagai suratan tangan yang tidak bisa diedit (padahal kebanyakan karena ulah manusia yang harus ditolak). Ada pula yang hanya mengutuk dalam hati, perkataan dan perbuatan. Keduanya bukan solusi.
Mengandalkan Tuhan, kita dapat berbuat sesuatu: mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil, dan mulai hari ini.
Terima kasih banyak atas renungan yang menyegarkan engawali tahun ini
ReplyDelete