Salah satu ancaman terbesar dalam kehidupan kita saat ini adalah penghancuran hutan dunia secara besar-besaran. Masalah kemiskinan dan hegemoni kekayaan dua-duanya ada di balik kehancuran hutan. Karena kemiskinan, banyak peladang berpindah yang menebang dan membakar hutan untuk bercocok tanam atau untuk kayu bakar. Orang-orang kaya yang umumnya tinggal di kota-kota memburu komoditi yang berkaitan langsung dengan hutan seperti minyak kelapa sawit, kacang kedele, coklat, daging sapi (untuk membesarkan sapi, hutan juga korban), perabot, kertas dan lain-lain.
Total luas hutan dunia adalah sekiar 4 miliar hektar (sekitar 1/3 dari total daratan). FAO memperkirakan (2000) hutan dunia lenyap seluas 9 juta hektar setiap tahun pada akhir decade abad ke-20 (pengurangan 2,4 persen) Dan antara 1990-2005, hutan dunia lenyap 3 persen dari total luas hutan (berkurang rata-rata 0.2 persen setiap tahun). Penebangan dan penggunaan pohon setiap tahun dalam tingkat dunia diperkirakan: 2,25 miliarton sebagai bahan bakar di negara-negara berkembang; 1,25 miliar ton untuk pembuatan kertas; belum termasuk untuk perabot, bahan bangunan dan sebagainya.
Pengurangan hutan dunia berdampak langsung sedikitnya pada perubahan iklim dan berkurangnya pasokan air tawar. Misalnya, hutan Amazon di Amerika Selatan, yang merupakan hutan terluas di dunia, merupakan sumber seperlima dari total air dunia, semakin menurun tahun demi tahun. Masalahnya bukan hanya berkurangnya hutan secara kuantitas, tetapi juga dari segi kualitas. Itu sebabnya di berbagai negara maju sekarang ini percakapan seputar hutan telah beralih dari “berapa banyak” hutan yang kita butuhkan ke “jenis hutan apa” yang masih tersisa dan yang dapat diciptakan.
Sayangnya, negara-negara maju tersebut sebenarnya mengabaikan kuantitas dan kualitas hutan. Semua Negara-negara kaya dapat memelihara hutannya sendiri tetapi mereka lebih bertanggungjawab dalam hal pemunahan hutan dunia. Edward Brown, misalnya, berkata, “Jepang tidak mungkin memelihara standar lingkungan dan ekonominya jika ia tidak mengambil sumber-sumber alam dari –dan mengekspor masalah-masalah lingkungan ke – negara lain. Jepang dapat mempertahankan hutannya, tetapi ia adalah salah satu pemeran utama pengabisan hutan di Negara-negara lain, seperti Indonesia.” Hal yang sama juga terjadi di negara-negara maju lainnya seperti Eropa, Amerika Serikat, Singapura dan sebagainya.
Di antara sekian akibat berkurangnya hutan adalah sebagai berikut:
- Terancamnya kehidupan. Hutan ‘memelihara’ lebih dari setengah spesies dunia. Semakin berkurang hutan semakin banyak pula tumbuhan dan binatang yang punah.
Peranan hutan sangat menentukan curah hujan. Artinya, semakin banyak pohon yang tumbang, iklim juga semakin kacau. Akibatnya, pertanian juga akan mengalami masalah. - Pohon-pohon adalah ‘pemakan’ alami karbondioksida (sekitar 20% karbondioksida global menjadi tanggung jawab pohon-pohon untuk ‘mengamankannya). Maka dengan berkurangnya pohon, semakin banyak karbondioksida yang tidak dapat ditangani, pemanasan global pun tidak terelakkan. Dan pemanasan global berarti ‘angsuran neraka’.
Sikap dan tindakan apa yang bisa kita lakukan sebagai orang Kristen?
1. Berangkat dari kesadaran bahwa Allah menciptakan hutan, bukan hanya untuk kebutuhan manusia (apalagi untuk ‘keinginan dan kerakusan manusia). Allah menciptakan bumi, termasuk pohon di dalamnya, karena Ia menganggapnya baik. Lagi pula, semua yang bernafas memuji Tuhan (Mzm 150:6). Ini tidak berarti bahwa kita harus menyembah pohon, sama seperti keyakinan yang pernah ada di beberapa tempat, tetapi menghormati Allah dengan menghargai ciptaan-Nya.
2. Mengaurangi segala sesuatu yang berkaitan dengan perusakan hutan baik secara langsung (menebang dan membakar) maupun tidak langsung (menggunakan secara berlebihan produk hutan, dan yang dapat merusak hutan). Singkatnya, gaya hidup perlu menjadi perhatian serius. Pakaian dan perabot secukupnya. Berkendara seperlunya. Dan sebagainya.
3. Menam pohon di lingkungan rumah, gereja, dan tempat-tempat di mana memungkinkan.
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.