Banyak orang yang menyebut usia 40-an sebagai “usia krisis”. Beberapa alasan di balik pemahaman ini adalah sebagai berikut.
- Muncul tanda-tanda penuan seperti tumbuhnya uban, keriput di wajah, bercak-becak hitam dan berbagai ‘noda’ yang tidak dikehendaki. Bagi sebagian orang ‘tumbuhnya uban’ dianggap sebagai ‘kiamat kecil’. (Mohon dicatat: ketika uban Anda mulai muncul, pakailah kesempatan itu bersyukur karena pemeliharaan Tuhan sekaligus bertanya, “apakah saya makin berhikmat?
- Hasil medical check up menunjukkan adanya kelebihan kolestrol, asam urat, gula darah. Makanya ada pula yang tidak mau melakukan medical check up karena takut mengetahui penyakitnya.
- Pernikahan diuji. Bagi sebagian pasangan, sikap kritis mulai mendominasi. Celakanya, ada pula yang sudah menikah lebih dari 15 tahun masih bertanya-tanya dalam hati, “jangan-jangan ini bukan jodoh saya. Padahal, anak-anaknya sudah remaja!
- Seiring dengan meluasnya lingkaran keluarga, makin terbuka pula kemungkinan konflik. Beruntunglah kalau orangtua atau mertua tidak terlalu campur kepada keluarga anak-anaknya. Ketidakcocokan bisa terjadi kepada keluarga pihak istri atau suami.
- Mengubah pekerjaan sudah jauh lebih sulit, meskipun kebutuhan keluarga melebihi penghasilan. Tanggungan meningkat: anak-anak, orangtua yang sudah lanjut usia, anggota keluarga dari pihaka suami dan istri.
Apakah masalah-masalah itu membenarkan label ‘usia krisis”? Sebenarnya, bagi orang Kristen tidak ada “usia krisis”. Setiap tahapan perjalanan hidup ada di tangan Tuhan.
Benar, kalau tahun bertambah, usia kita pasti bertambah juga. Kalau usia kita bertambah sesudah usia dewasa, akan banyak bula yang berkurang dari kita di samping hal-hal yang bertambah.
YANG BERKURANG SAAT USIA BERTAMBAH
Ingatan berkurang. Mengingat nama orang makin susah. Baru bertemu, sudah tidak ingat namanya. Lupa di mana kunci diletakkan. Padahal, baru dia pegang. Tapi (anehnya) kesalahan orang 37 tahun lalu tetap diingat.
Kesehatan berkurang. Waktu muda, segala macam makanan boleh dimakan; sudah tua perut sudah malas mencerna. Kalau sudah tua, mau tidur semua kaki pegal, waktu bangun pagi punggung yang pegal. Singkatnya, banyak yang berkurang. Penglihatan berkurang, pendengaran berkurang dan sebagainya. Sebagian yang kurang ini bisa digantikan dengan yang palsu: warna rambut palsu, mata palsu (kaca mata), gigi palsu, alis mata palsu, bahkan ada yang memakai hidung palsu dengan operasi plastik.
Tetapi satu hal yang tidak akan berkurang (dan itu yang paling penting) adalah: kesetiaan dan pemeliharaan Tuhan. Artinya, dalam hal-hal tertentu kita berubah tetapi Allah tidak berubah: kasih dan pemeliharaanNya tetap. Itu cukup bagi kita.
Dalam Yes. 46:4 dengan sangat jelas dikatakan bagaimana Allah terus campur tangan, yaitu:
Mengendong : Allah tetap memelihara dan melindungi anak-anakNya hingga tua.
Menanggung: Bukan tabungan kita, bukan yang kita bangun yang menjadi sandaran kita. Kita sepenuhnya tetap tergantung pada kemurahan dan pemberian Allah.
Memikul dan Menyelamatkan: Allah menebus kita dengan mengampuni dosa-dosa kita. Keselamatan Tuhan sediakan dalam kehidupan di dunia ini sampai pada kehidupan yang kekal.
Di segi lain, kalau usia bertambah, ada juga yang ikut bertambah. Mudah-mudahan yang bertambah bukan yang tidak baik, tetapi biarlah yang baik yang bertambah.
YANG BERTAMBAH SAAT USIA MAKIN BERTAMBAH
(1) Bertambah keluhan: bisa karena perilaku anak-anak, suami, mertua; keadaan masyarakat, gereja dan lain-lain. Keriput dan bercak hitam di wajah, dan uban bertambah pula. Mohon diingat, mengeluhkan semua ini akan mempercepat pertambahan keriput wajah dan uban.
(2) Bertambah gampang tersinggung dan marah. Mohon diingat bahwa ketika marah wajah kita jelek lho! Perempuan yang sangat cantik sekali pun, jika marah tidak enak dipandang mata. Makanya jarang orang yang mau berkaca kalau ia lagi marah. Kalau mau, Anda bisa coba bawa cermin kecil ke mana-mana dan berkaca pada saat Anda marah. Mudah-mudahan dengan melihat wajah kita yang ‘semrawut’ itu kita tidak akan marah-marah lagi di lain waktu. Itulah antara lain yang terjadi jika usia bertambah namun iman tindak bertumbuh.
Idealnya, pertambahan usia seirama dengan pertumbuhan iman hingga mencapai kedewasaan iman. Kita juga menyaaksikan bahwa pertambahan usia juga sering diikuti dengan bertambahnya hikmat –sesuatu yang sangat penting dan ditekankan di dalam Alkitab. Apakah kita semakin berhikmat seiring dengan pertambahan usia? Apakah kita bertumbuh ke arah kedewasaan iman seiring dengan pertambahana usia? Semoga.
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.