RENUNGAN MINGGU KE-10
06-12 Maret 2011
(Baca terlebih dahulu Lukas 10:38-42)
Ketika mendengar kisah Maria dan Marta ini, mungkin kita langsung mengambil kesimpulan bahwa Maria benar dan Marta salah. Karena itu, kita beranggapan bahwa kita perlu meniru Maria dan menghindari sikap Marta. Tetapi, saat ini kita disegarkan melalui firman Tuhan ini bahwa sesunguhnya jika kasih adalah landasan hubungan kita dengan Tuhan dan sesama, kita bukanlah Maria atau Marta. Kita adalah Maria dan Marta.
Benar, bahwa Marta mempunyai kelemahan. Hal ini jelas kita lihat dari teguran Yesus atas kekurangannya. Tetapi, apa yang Marta lakukan sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Masalahnya adalah berkaitan dengan ‘mana yang pertama dan terutama’ dan mana yang dikemudiankan.
Ada kalanya kita meluangkan waktu bersama dengan Yesus dalam doa dan mendengarkan firman-Nya melalui perenungan Alkitab atau ibadah. Ada pula wakutnya untuk melayani Yesus melalui seluruh geraka hidup dan pekerjaan kita sehari-hari. Inilah yang hilang dari pemahaman Marta. Ia sibuk bekerja sebelum mendengar firman Tuhan. Kesibukan atau mungkin perasaan lelah Marta juga mempengaruhi sikapnya. Di sini kita lihat (1) Menganggap bahwa dia benar dan Maria salah. “Enak saja dia, orang sudah capek dia tenang-tenang saja!, begitu kira-kira kalau kita bahasakan sendiri. (2) Marta mencari pembelaan Yesus agar Ia membenarkan Marta dan ‘menyadarkan’ Maria dengan menyuruhnya membantu Marta. (Jadi, kalau orang capek bukan atas dasar kasih dan tujuan yang benar, biasanya gampang tersulut amarah, menyebarkan perasaan sakit hatinya kepada orang lain dan mau mencari pembelaan. Sebaliknya, kalaupun capek secara fisik tetapi dengan hati damai dan ceria, rasa lelah tidak terasa).
Jadi, yang pertama dan terutama adalah kasih kepada Tuhan, kemudian menyusul aktivitas (perbuatan) yang mengalir dari hati yang penuh kasih. Thomas Kempis dengan sangat indah mengatakan:
Tanpa kasih, semua pekerjaan tidak bernilai; tetapi sekecil apapun yang dilakukan atas dasar kasih, ia akan berbuah lebat. Sebab, Allah lebih memperhatikan besarnya kasih yang mendorong seseorang ketimbang apa yang ia kerjakan atau capai.Yesus menerima Marta dan tidak menolak perlunya pelayanan seperti yang ia lakukan, ia hanya perlu melakukannya atas dorongan kasih. Ini pula yang perlu menjadi acuan hidup kita:
1. Menempatkan hubungan dan kasih kita kepada Tuhan sebagai yang pertama dan terutama. Kita perlu semakin memahami firman Tuhan dan kehendak-Nya dalam hidup kita. Hal ini kita wujudnyatakan melalui kehidupan ibadah dan doa kita, serta senantiasa haus akan firman-Nya.
2. Melakukan pekerjaan kita sehari-hari sebagai bagian dari pelayanan kita kepada Tuhan. Memperhatikan keluarga dan sesama yang membutuhkan pertolongan. Ini semua mengalir dari hati yang dipenuhi oleh kasih. Hanya dengan demikianlah pekerjaan dan pelayanan kita menjadi berkat bagi orang lain, kemuliaan bagi Tuhan dan sukacita bagi kita –bebas dari sungut-sungut yang melemahkan diri kita sendiri.
No comments:
Post a Comment
Kami sangat menghargai komentar Anda yang membangun.