Thursday, June 19, 2008

SINGKONG DAN KEJU PENDETA

Seorang pendeta yang sudah ditempatkan di kota selama 15 tahun mengunjungi temannya pendeta di sebuah desa terpencil. Mereka satu kelas ketika kuliah di Pendidikan Teologi dulu. Ia amat heran dan prihatin menyaksikan temannya makan singkong sebagai andalan karena sulitnya mendapat nasi. Padahal, di kota ia makan keju dan berlebihan makanan berkalori tinggi.

Menyakasikan kenyataan pahit itu, ia memberi ‘nasihat’ kepada temannya, “Sekiranya engkau mau menjilat kepada Pimpinan, engkau tidak perlu tinggal terus di desa ini dan mengkonsumsi singkong terus-menerus”.

Setelah diam sejenak, temannya itu menjawab, “sekiranya engkau membiasakan diri bersahabat dengan orang desa dan makan singkong, engkau tidak perlu menjilat kepada pimpinan”.

Barang siapa bertelinga hendaklah ia mendengar.

Friday, June 6, 2008

TAMBAH USIA TANPA GELISAH


Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu. (Yesaya 46:4)


Saya mengajak kita untuk berhitung sejenak. Begini: Kita umpamakan satu hari sama dengan 10 tahun. Jadi orang yang berumur 10 tahun berarti ia berada pada hari Senin; 20 tahun – Selasa; 30 tahun – Rabu; 40 tahun – Kamis; 50 tahun – Jumat ; 60 tahun – Sabtu (makin dekat ke hari ‘perhentian’!); 70 tahun – Minggu. Bagaimana dengan yang berusia 80 tahun? Mereka berada pada Hari Senin (Minggu II). Ini adalah ‘bonus’.

Anda tahu sudah pada hari apa berada sekarang bukan? Nah, kemudian lihat sebuah gelas yang berisi air setengah. Apa yang Anda katakan melihat gelas berisi air setengah itu? Mungkin ada yang mengatakan, “Wah airnya sudah habis setengah”. Yang dipikirkan justru yang sudah habis. Mudah-mudahan kita mau melihat dari sudut pandang yang lain dengan mengatakan, “Masih ada air setengah gelas lagi”. Kalau kita memusatkan perhatian pada “yang sudah habis setengah” kita akan kehilangan kegembiraan. Mungkin yang lebih mengemuka adalah kekuatiran, ketakutan, kesedihan dan sebagainya. Tetapi kalau kita memusatkan perhatian pada apa yang masih ada, “masih ada air setengah gelas lagi” hidup kita akan berbeda. Kita masih memiliki pengharapan, sukacita, semangat pelayanan sebagai ungkapan syukur kita kepada Tuhan.

Kalau Anda misalnya sekarang berada pada hari Kamis atau Jumat, jangan katakan, “Aduh, sudah lewat hari Senin sampai Rabu. Tetapi katakanlah dengan penuh harapan, “Masih ada hari Sabtu, Minggu dan Senin Minggu II. Atau, jangan pusatkan perhatian pada hari-hari hidup yang sudah berlalu 40-50 tahun. Katakan dalam iman, “Saya bersyukur kepada Tuhan, Dia memberi ‘hari’ ini untuk saya jalani dimana saya bisa melayaniNya”.

Perlu kita sadari betul bahwa usia tua adalah pemberian Tuhan. Oleh karena itu, masa tua bukanlah untuk ditakuti, melainkan untuk disyukuri dan dijalani dengan sukacita. Semua pemberian Tuhan adalah baik dan semua rancanganNya adalah rancangan damai sejahtera. Tidak ada yang ditakutkan dalam segala pekerjaan dan pemberian Tuhan.

Ada yang menghitung bahwa di dalam Alkitab terdapat sedikitnya 365 kali seruan “jangan takut”. Seolah-olah setiap hari, pada saat kita bangun pagi, kita diingatkan, “Jangan takut!” Memang tidak ada ayat Alkitab yang secara langsung mengatakan “jangan takut menjadi tua”. Hanya saja, semakin kita takut semakin membuat kita lebih cepat tua dari yang sudah dirancangkan oleh Tuhan. Sebab, rasa takut akan membuat kita lemah, sakit dan lebih cepat menjadi tua.

Kalau tahun bertambah, pasti usia kita juga bertambah. Kalau usia kita bertambah, di satu segi akan banyak pula yang berkurang dari kita.

YANG BERKURANG:

Ingatan berkurang. Mengingat nama orang makin susah. Baru bertemu, sudah tidak ingat namanya. Memang ada orang yang pura-pura kenal padahal sebenarnya dia tidak mengenal. Seorang nenek dengan yakin berkata, “Jeni kamu banyak berubah. Dulu kamu gendut, sekarang langsing seperti botol coca-cola. Sekarang kulitmu putih, padahal dulu warna kulitmu sawo setengah matang. Dulu rambutmu keriting sekarang lurus, bukan karena direbonding ‘kan?, katanya. “Aku Lia nek, bukan Jeni”, kata si gadis itu memberitahu yang sebenarnya. Si nenek itu malah bilang, “Wah namamu sudah berubah juga ya”.

Kesehatan berkurang. Waktu muda, segala macam makanan disantap tanpa banyak pertimbangan. Sesudah makin berumur, banyak pantangan. Kolestrol dan gula darah perlu dijaga. Kalau sudah tua, mau tidur semua kaki pegal, waktu bangun pagi punggung yang pegal. Singkatnya, banyak yang berkurang. Penglihatan berkurang, pendengaran berkurang dan sebagainya. Sebagian yang kurang ini bisa digantikan dengan yang palsu: warna rambut palsu, mata palsu (kaca mata), gigi palsu, alis mata palsu, bahkan ada yang memakai hidung palsu dengan operasi plastik.

Sayang sekali banyak dari ‘yang palsu’ itu tidak dapat berfungsi optimal. Ada seorang kakek yang dengan sangat bangga memperkenalkan kepada temannya alat bantu pendengaran yang baru saja dia beli. Berselang beberapa saat, temannya itu bertanya, “Jam berapa sekarang?” Dia jawab, “1200 dollar!” Sehebat apa pun alat pendengaran palsu itu, ternyata ada keterbatasannya.

Yang jelas, banyak yang berkurang. Tetapi satu hal yang tidak akan berkurang (dan itu yang paling penting) adalah: kesetiaan dan pemeliharaan Tuhan. Artinya, dalam hal-hal tertentu kita berubah tetapi Allah tidak berubah: kasih dan pemeliharaanNya tetap. Itu cukup bagi kita.

Di segi lain, kalau usia bertambah, ada juga yang ikut bertambah. Mudah-mudahan yang bertambah bukan yang tidak baik, tetapi biarlah yang baik yang bertambah.

YANG BERTAMBAH:

(1) Bertambah keluhan: bisa karena perilaku anak-anak, suami, mertua; keadaan masyarakat, gereja dan lain-lain. Keriput dan bercak hitam di wajah, dan uban bertambah pula. Mohon diingat, mengeluhkan semua ini akan mempercepat pertambahan keriput wajah dan uban.

Ada seorang ibu yang datang ke sahabatnya mengeluh. “Saya pusing nih. Anak saya yang pertama tidak mau ke gereja; menantu saya perempuan kerjanya cuman bergaya, tidak bisa ngurus anak dan suaminya. Anak saya yang kedua pacaran dengan perempuan beragama lain, saya khawatir dia akan meninggalkan gereja nantinya. Suami saya tidak lama di rumah, dan itupun kerjanya marah terus. Rasanya kepala ini mau pecah, pusiiiiiiing.” Demikianlah si ibu itu berbicara hampir satu jam menyampaikan keluhannya. Setelah berdiam sejenak, sahabatnya itu bertanya dengan lembut, “Sekarang bagaimana perasaanmu?”. Si ibu itu menjawab, “Wah, saya merasa lega, rasa pusing saya hilang”. Sang sahabat mengatakan setengah oyong, “Tapi sekarang kepala saya yang pusing ”. Pusing kepala berpindah dari kepala yang satu ke kepala yang lain.

(2) Bertambah gampang tersinggung dan marah. Mohon diingat bahwa ketika marah wajah kita jelek lho! Perempuan yang sangat cantik sekali pun, jika marah tidak enak dipandang mata. Makanya jarang orang yang mau berkaca kalau ia lagi marah. Kalau mau, Anda bisa coba bawa cermin kecil ke mana-mana dan berkaca pada saat Anda marah. Mudah-mudahan dengan melihat wajah kita yang ‘semrawut’ itu kita tidak akan marah-marah lagi di lain waktu.

Itulah antara lain yang terjadi jika usia bertambah namun iman tindak bertumbuh. Idealnya, pertumbuhan iman seirama dengan pertambahan usia. Tetapi, daripada sibuk dengan hal-hal yang membuat kita kehilangan kebahagiaan, baik karena apa yang berkurang atau godaan untuk bertambah dalam hal-hal yang tidak membangun, marilah kita pusatkan perhatian kita pada firman Tuhan sebagaimana tertulis dalam Yes. 46:4: “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.”

Allah yang mengasihi umatNya ribuan tahun yang silam adalah Allah yang memelihara kehidupan kita anak-anakNya hingga hari ini. Mari kita perhatikan apa yang Allah perbuat kepada kita:

Mengendong:
Allah tetap memelihara dan melindungi anak-anakNya hingga tua. Di hadapan Tuhan, manusia bagaikan bayi yang mendapat kenyamanan dan keamanan dari Tuhan sendiri.

Menanggung:
Menyediakan kebutuhan kita. Bukan tabungan kita, bukan yang kita bangun yang menjadi sandaran kita. Semua itu memang perlu, tetapi bukan jaminan kehidupan kita. Kita sepenuhnya tetap tergantung pada kemurahan dan pemberian Allah.

Memikul dan Menyelamatkan:
Allah menebus kita dengan mengampuni dosa-dosa kita. Kita tidak dapat memikul dosa-dosa kita yang begitu banyak. Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita. Hanya karena rahmat dan anaugerah Tuhan semata, kita diselamatkan –dalam kehidupan di dunia ini sampai pada kehidupan yang kekal.

Sehubungan dengan itu, sedikitnya ada tiga hal yang kiranya perlu kita renungkan. Pertama, kita hendaknya menerima pemberian Tuhan, yaitu pertambahan usia, dengan ucapan syukur dan sukacita. Banyak orang yang sudah tua tidak menghendaki hal-hal yang baru terjadi. Mereka menjadi lebih sinis terhadap segala sesuatu, lebih asyk dengan diri sendiri saja, atau merasa bosan. Perubahan adalah pemberian Tuhan, yang hendaknya akita sambut dengan hati terbuka dan gembira. Kedua, seiring dengan bertambahnya usia, hendaknya yang buruk semakin berkurang (yang buruk dalam pikiran, sikap, perkataan dan perbuatan) tetapi yang baik semakin bertambah (keteguhan iman bertambah, hikmat bertambah dan berbagai hal yang baik bertambah). Singkatnya, buah-buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23) semakin mewujud dalam hidup kita. Dalam Pkh. 4:13 dikatakan, “Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi.”

Ketiga, hendaknyalah kita menjalani hidup ini dengan mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan melalui pekerjaan dan pelayanan kita sehari-hari sampai usia tua. Saya pernah mendengar sebuah ungkapan yang mengatakan, “Pada waktu muda aku mengagumi orang sukses dan pintar. Tetapi ketika aku semakin tua aku mengagumi orang-orang yang baik hati.” Idealnya, tidak saja mengagumi orang yang baik hati tetapi juga menjadi orang yang benar-benar baik hati.

Rasul Paulus menasihatkan:

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (1 Kor 15:58).

ShoutMix chat widget